Sukses

11-5-1812: PM Inggris Spencer Perceval Tewas Terbunuh

Spencer Perceval hingga saat ini dikenang sebagai satu-satunya perdana menteri Inggris yang tewas dibunuh.

Liputan6.com, Jakarta - Sejarah mencatat nama Spencer Perceval sebagai satu-satunya perdana menteri Inggris yang menemui ajal dengan tragis. Ia menjadi korban pembunuhan. 

Pada eranya, Perceval mendapat tempat istimewa di hati rakyat Britania Raya. Sosoknya yang dinilai cakap dipilih untuk menduduki kursi perdana menteri sejak 4 Oktober 1909.

Namun, ternyata tak semua menyukai caranya memimpin pemerintahan Inggris. Peristiwa sore itu menjadi buktinya. 

Jarum jam menunjuk ke angka 17.15, Senin 11 Mei 1812, PM Perceval berjalan memasuki gedung parlemen di Westminster. 

Tak terduga, seorang pria yang duduk di dekat perapian tiba-tiba saja berdiri. Ia berjalan mendekati sang perdana menteri, mengeluarkan senjata api dari jas panjangnya, lalu melepaskan tembakan yang mengenai dada Perceval.

Sang perdana menteri pun terhuyung sebelum akhirnya jatuh. "Saya dibunuh," kata dia. " Oh Tuhan." Dua kalimat tersebut diyakini sebagai kata-kata terakhir Perceval yang dideskripsikan sebagai 'erangan' akibat menahan rasa sakit.

Pelaku penembakan itu adalah John Bellingham. Pedagang yang pernah dipenjara di Rusia itu kesal bukan kepalang karena petisinya untuk menuntut kompensasi dari pemerintah ditolak.

John yang merasa jadi korban ketidakadilan awalnya berharap Pemerintah Inggris di bawah pimpinan PM Spencer Perceval dapat membantunya. 

Peristiwa penembakan tersebut dijelaskan secara rinci dalam buku The Assassination of the Prime Minister karya David Hanrahan, demikian seperti dilansir History Today, Rabu (11/5/2016).

Dalam buku itu juga dijelaskan apa yang terhadi pascapenembakan. Yang mengejutkan, John tidak berusaha melarikan diri. Pria itu justru kembali duduk di dekat perapian.

Sejumlah anggota parlemen yang ada di lokasi kejadian mengatakan, John tidak berusaha menjauh saat sejumlah orang, termasuk anggota parlemen William Smith berusaha membawa Perceval ke ruangan lain.

Perceval yang tak berdaya pun didudukkan di atas sebuah meja dengan dipegangi oleh sejumlah orang.

Ketika dokter tiba, nyawa Perceval sudah tidak lagi tertolong. Sang perdana menteri dinyatakan tewas akibat peluru yang menerjang tulang rusuknya. Sementara itu, John ditangkap di lokasi yang sama.

Dalam proses penyelidikan terungkap, John telah menyiapkan saku khusus untuk menyimpan senjata api yang digunakannya untuk membunuh targetnya.

Seorang jurnalis yang berada di tempat kejadian perkara mengaku, ia sempat melihat John di galeri pengunjung di gedung parlemen. Pria itu dijelaskan oleh sang jurnalis telah meminta identitas seorang anggota parlemen yang sedang berbicara, termasuk salah satu menteri di kabinet.

Sempat muncul kekhawatiran bahwa John memiliki kaki tangan yang akan berusaha menyelamatkannya dari jerat hukum. Ketika diinterogasi, ia dilaporkan bersikap tenang dan mengakui perbuatannya.

"Saya telah ditolak oleh pemerintah. Saya telah diperlakukan dengan buruk. Mereka semua tahu siapa saya...Saya adalah orang yang paling merasa tidak beruntung di sini dan saya merasa apa yang saya lakukan adalah sebuah kebenaran," ujar John.

Dua hari setelah pemakaman Spencer Perceval, John Bellingham dilaporkan tewas setelah menjalani hukuman gantung.

PM Perceval yang sebelumnya sempat menjabat sebagai Jaksa Agung Inggris ini adalah bungsu dari sebuah keluarga aristokrat. Ia mengenyam pendidikan di Harrow dan Cambridge.

Perdana menteri yang mendukung kebijakan perang Inggris melawan Napoleon serta penghapusan perdagangan budak ini meninggalkan seorang istri dan 12 anak. Lima hari setelah insiden penembakan tersebut, jasadnya dimakamkan di kompleks Gereja St. Lukes, Charlton.

Selain tewasnya PM Inggris Spencer Perceval, sejumlah kejadian penting terjadi pada tanggal 11 Mei. Pada 1981, duka juga dirasakan dunia musik reggae.

Sebab ikon genre musik itu, Robert Nesta Marley meninggal dunia. Pria yang lebih dikenal dengan sebutan Bob Marley menghembuskan nafas terakhirnya di Miami Hospital, akibat kanker kulit yang dideritanya telah menyebar sampai otak, paru-paru, dan lambung.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.