Sukses

Uang Tebusan Tak Kunjung Dibayar, Abu Sayyaf Bunuh Sandera Kanada

Pada Senin 25 April kemarin, sepotong kepala penuh luka ditemukan. Penemuan itu terjadi setelah deadline uang tebusan habis.

Liputan6.com, Jolo - Seorang warga negara Kanada yang disandera Abu Sayyaf selama berbulan-bulan harus meregang nyawa. Karena uang tebusan untuknya tak kunjung dibayarkan.

John Ridsel, diculik dari tempat wisata di Filipina Selatan pada September tahun 2015 lalu, bersama 3 turis asing lainnya. Mereka dijadikan sandera oleh kelompok Abu Sayyaf dan dijadikan jaminan untuk uang tebusan yang hingga kini belum diberikan.

Terkait dengan kematian warga negaranya, Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau mengatakan aksi Abu Sayyaf adalah pembunuhan berdarah dingin. Demikian dilansir dari BBC, Selasa, (26/4/2016).

"Saya marah luar biasa atas berita pembunuhan warga Kanada, John Ridsel. Ini aksi pembunuhan berdarah dingin," kata PM Trudeau.

 

Trudeau juga berjanji akan mengambil langkah serius bersama pemerintah Filipina dan membawa pelaku ke pengadilan.

Pada Senin 25 April kemarin, sepotong kepala penuh luka ditemukan di sebuah pulau di pedalaman Filipina. Penemuan itu terjadi setelah batas deadline uang tebusan habis.

Sejauh ini pihak militer Filipina belum bisa mengonfirmasikan apakah kepala itu milik salah seorang sandera. Namun memastikan kepala itu milik pria warga negara asing.

Ridsel diculik dari dermaga dekat kota Davao. Bersama turis 68 tahun itu, Abu Sayyaf menculik Robert Hall dari Kanada, lalu warga negara Norwegia Kjartan Sekkingstand dan warga Filipina pacar Hall bernama Marites Flor.

Mereka dibawa ke Jolo, 300 km dari Davao.

Sandera Turis Asing, Militan Filipina Rilis Video Ancaman (CNN)

Pada November 2015 lalu, Abu Sayyaf sempat merilis video meminta uang tebusan US$80 juta atau sekitar Rp 1,056 triliun untuk kebebasan mereka.

Dalam video itu, Ridsel memperingatkan ia adalah sandera pertama yang bakal dihabisi nyawaya jika uang tak dibayar.

Keluarga Ridsel terluka akibat nasib tragisnya. Mantan kepala operasi perusahaan tambang Kanada dan jurnalis di CBC itu dikenal orang yang ramah.

"Ia dicintai oleh seluruh temannya dan dipuja oleh anak perempuan, saudara perempuan dan keluarga besarnya. Ini pukulan luar biasa bagi kami semua," kata Don Kossick bekas kolega di CBC.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.