Sukses

NASA Berniat Hasilkan 'Obat Super' di Angkasa Luar

Lingkungan yang penuh tantangan dalam ISS dalam memicu perubahan tanggapan fisiologis pada kapang Aspergillus nidulans.

Liputan6.com, Los Angeles - Ketika sedang dalam keadaan tertekan di planet Bumi, kadang-kadang kapang (jamur) menghasilkan zat yang dapat digunakan sebagai obat, semisal obat antibiotik penicilin. Nah, apalagi kalau berada dalam keadaan yang lebih tertekan lagi di International Space Station (ISS).

Beberapa jenis kapang menghasilkan sejumlah molekul yang disebut dengan metabolit sekunder yang tidak hakiki bagi pertumbuhan kapang itu, tapi ternyata dapat dijadikan obat.

Dikutip dari Daily Mail, Jumat (1/4/2016), para ilmuwan NASA dan University of Southern California (USC) menduga lingkungan yang penuh tantangan dalam ISS dalam memicu perubahan tanggapan fisiologis pada kapang Aspergillus nidulans.

Kata Clay Wang, seorang profesor farmakologi USC mengatakan, “Lingkungan dengan tingginya radiasi dan gravitasi renik dapat memicu Aspergillus nidulans untuk menghasilkan molekul-molekul yang tidak diciptakannya di planet Bumi yang lingkungannya kurang menantang.”

“Organisme ini dikenal dapat menghasilkan obat-obatan osteoporosis (pengeroposan tulang), sehingga sangat penting bagi para astronot karena, seperti kita ketahui, para astronot menderita pengeroposan tulang selama berada di ruang angkasa.”

Para peneliti USC dan NASA akan mengirimkan sejumlah spesimen Aspergillus nidulans ke ISS menumpang misi SpaceX CRS-8. Sebuah roket Falcon 9 dijadwalkan meluncur dari Markas AU Cape Canaveral di Florida pada 8 April, jam 01.43 (waktu Pasifik).

Ini adalah penerbangan Cargo Resupply Services (CRS) pertama kalinya oleh Space X setelah CRS-7 meledak, hanya dalam waktu 139 detik setelah lepas landas pada 28 Juni 2015.

Merujuk kepada penelitian sekarang yang ada di Bumi, para ilmuwan USC mengatakan bahwa molekul-molekul Aspergillus nidulans memiliki potensi untuk dipakai dalam penelitian anti kanker, anti jamur, dan penyakit Alzheimer’s.

Peneliti Clay Wang (USC) dan Kasthuri Venkateswaran (NASA) mencoba menciptakan obat baru di ISS. (Sumber news.usc.edu)

Kasthuri Venkateswaran, seorang ilmuwan peneliti senior di JPL dan peneliti bersama dalam penelitian ini mengatakan bahwa zat yang mungkin bisa dibuat di angkasa nantinya sangat berharga bagi manusia.

Katanya, “Ini adalah proyek ambisius oleh NASA untuk menjajal apakah kita bisa melakukan terobosan dalam biologi angkasa. Hingga sekarang, kita telah mengirim bakteri dan ragi ke ISS.”

“Kita juga telah memaparkan kapang ke sejumlah fasilitas di luar ISS, tapi inilah pertama kalinya kita menumbuhkan kapang di dalam ISS untuk mencari temuan obat baru.”

“NASA perlu mengembangkan cara mandiri untuk menjaga manusia sehat di angkasa karena tidak bisa memilih untuk melakukan panggilan darurat 911.”

Laboratorium Wang dan sejumlah tempat lainnya mendapati bawha ketika kapang ditempatkan dalam keadaan yang menantang, saluran metabolit sekundernya bergiat. Aspergillus nidulans sendiri telah digunakan sebagai model genetik dalam penelitian tentang kapang dan genom kapang itu merupakan yang pertama kalinya disusun.

Wang mulai memusatkan penelitian pada kapang serba bisa ini pada 2005 dan telah berhasil mengkaitkan sekitar 30% gen-gen metabolit sekundernya dengan produk bioaktif yang potensial.

Laboratoriumnya masih harus mengungkapkan jalur rahasia guna membuktikan terapi yang berguna. Katanya, “Dalam banyak kasus, jalur penghasil obatnya diam saja. Mereka hanya menghasilkan obat kalau diperlukan.”

Ada 4 jenis keluarga Aspergillus nidulans yang akan disimpan dalam suhu 4 derajat Celcius di dalam CRS-8 milik Space X. Setelah roket ini tiba di ISS, kapang itu akan ditempatkan dalam kondisi tumbuh ideal bersuhu 37 derajat Celcius selama 4 atau 7 hari. Sesudahnya, kapang itu akan didinginkan lagi ke 4 derajat Celcius.

Pada bulan Mei, contoh-contoh ini akan dikembalikan ke USC supaya Wang dan timnya dapat mempelajari datanya dan membandingkan dengan contoh kapang yang ada di Bumi.

Kata Wang, “Tidak semua obat-obatan akan stabil dalam jangka waktu tersebut, jadi kemampuan untuk membuat obat-obatan di angkasa memungkinkan kita berkelana lebih jauh dari Bumi dan mendapatkan manfaat dari penjelajahan angkasa di masa depan.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini