Sukses

Trump Biarkan Korsel dan Jepang Buat Senjata Nuklir Sendiri?

Untuk kesekian kalinya Donald Trump mengungkapkan hal kontroversial yang mampu tuai kritikan.

Liputan6.com, New York- Kandidat bakal calon presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump tidak pernah berhenti menjadi pusat perhatian masyarakat dunia. Aksi dan ucapannya yang dinilai kontroversial justru malah membantunya untuk lebih gigih bersaing di ranah politik AS.

Dalam sesi wawancara khusus untuk The New York Times, hari Minggu, 27 Maret 2016 kemarin, sang miliarder mengatakan bahwa ia mungkin akan memperbolehkan negara-negara seperti Korea Selatan dan Jepang untuk membangun senjata nuklir mereka masing-masing. 

Trump merasa kedua negara ini berhak untuk memperkuat sistem pertahanan mereka tanpa harus bergantung sepenuhnya kepada AS. Ini ia anjurkan agar Jepang dan Korea Selatan selalu siap siaga menghadapi tantangan-tantangan dari Korea Utara dan Tiongkok. 

Pernyataan ini merupakan sebuah kritik terhadap Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang ia anggap kurang efektif dalam menjalankan tugasnya untuk mengamankan situasi di wilayah tersebut.

"Peran NATO sudah tidak seefektif dan sesignifikan dulu. AS paling banyak gelontorkan dana untuk biayai operasi NATO," jelas Trump kepada abcnews.

Sebagai organisasi aliansi militer antar pemerintah negara, NATO mempunyai pengaruh signifikan dalam pembentukan kebijakan politik luar negeri AS. Upaya Trump untuk mengkritik NATO bukanlah tanpa alasan. Tanggal 31 Maret- 1 April 2016 nanti, Presiden AS Barack Obama dikabarkan akan menggelar pertemuan tingkat tinggi untuk membahas keamanan nuklir bersama dengan anggota 56 delegasi NATO lainnya.

Selain membicarakan keamanan nuklir, kritikan Trump terhadap NATO sangat mungkin menjadi salah satu topik pembahasan dalam pertemuan tingkat tinggi tersebut. 

Kandidat yang kini bersaing dengan Trump di dalam Partai Republik, Ted Cruz turut mengkritik pandangan sang miliarder.

"Itu adalah ide yang sangat bodoh. Niatnya untuk menelantarkan Eropa dan  melepaskan diri dari aliansi militer, akan menguntungkan pihak Rusia dan juga memberikan peluang untuk ISIS merajalela," ia menjelaskan, dikutip dari Japantimes, Senin (28/3/2016).

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini