Sukses

Ada Segelintir Muslim yang Dukung Donald Trump, Apa Alasannya?

Kerap mengeluarkan pernyataan kontroversial, Donald Trump dibenci, tapi banyak juga yang memujanya.

Liputan6.com, Washington DC - Ajang Pilpres Amerika Serikat kian menegangkan. Pertarungan sengit antar kandidat capres berlangsung di dua kubu, Republik dan Demokrat. 

Dalam beberapa bulan, siapapun yang bakal jadi juara akan menggantikan posisi Barack Obama di Gedung Putih. 

Salah satu figur menonjol dalam pemilihan pendahuluan Pilpres AS adalah Donald Trump. Miliarder nyentrik yang pada awalnya hanya dianggap 'penggembira', menjelma menjadi calon terkuat di Partai Republik.

Kerap mengeluarkan pernyataan kontroversial, Trump dibenci, tapi banyak juga yang memujanya.

Sang miliarder sebelumnya sempat membuat banyak pihak resah dengan kebijakan-kebijakan ekstrem seperti pembuatan dinding yang membatasi negara Amerika Serikat dan Meksiko dan juga larangan untuk Muslim masuk ke AS.

Setiap individu di AS punya alasan masing-masing di balik kekaguman atau kebencian mereka terhadap Donald Trump. Ekspresi mereka kerap dituangkan di media sosial.

Mulai dari pakar politik, selebriti, kaum sosialita, sopir taksi hingga narapidana, semua punya interpretasi masing-masing akan seorang Donald Trump dan kebijakannya apabila ia berhasil terpilih menjadi seorang Presiden nantinya.

Donald Trump

Komentar Narapidana

Seorang narapidana etnis Afrika-Amerika asal New York, Tut mengaku tak suka pada  Donald Trump.

Ia telah dijatuhi hukuman seumur hidup oleh pengadilan negeri AS setelah melakukan tiga pelanggaran besar. Saat ditanya oleh Vice komentarnya tentang Donald Trump, jawabannya cukup dalam.

“Tidak dapat dipungkiri bahwa Donald Trump adalah seorang pengusaha yang sangat sukses. Namun hidup bukan hanya soal uang dan materi. Manusia tidak dapat disamakan dengan real estate. Perekonomian tidak selalu tentang mata uang, tetapi masyarakat yang menggerakkannya,” kata, seperti dikutip hari Rabu (16/3/2016).

Senada dengan Tut, seorang narapidana di penjara kota Tennessee, Alex, melontarkan ketidaksukaannya pada pria yang sejak dulu kerap dikenal karena acara televisi The Apprentice itu.

“Saya percaya dia adalah reinkarnasi dari Hitler. Perilaku pun sama, dia mengatakan apa yang orang-orang ingin dengar dan membuat janji yang tidak dapat dipegang,” Alex berkata.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pendukung yang Unik

Komentar negatif terus mengalir dari dalam dan luar negeri. Namun, figur Donald Trump berhasil mencuri perhatian sejumlah kalangan, bahkan yang pada awalnya tidak menganggap politik menarik. Perhatian pun perlahan-lahan berubah menjadi sebuah dukungan.

Dinger, seorang narapidana asal Pittsburgh yang kali ini sedang menjalani hukuman 20 tahun penjara di kota Kentucky, mempunyai pandangan yang berbeda dengan Tut dan Alex terkait Trump.

“Saya memang tidak tahu banyak soal politik, namun Donald Trump memiliki banyak kasino. Saya pikir, siapa pun yang bisa memiliki kasino sendiri itu hebat dan pantas dipilih untuk menjadi Presiden,” terangnya.

Komentar Dinger memang terkesan dangkal dan kurang berbobot. Namun, kata-kata tersebut membenarkan tanggapan analis politik senior Aljazeera, Marwan Bishara pada awal bulan Februari kemarin.

Ia berpendapat bahwa Trump memang ‘berbahaya’,apalagi dengan perjalanan kampanyenya yang kerap kali diiringi dengan kicauan berbau negatif dan provokatif terhadap kandidat lainnya.

Kendati begitu, Bishara beranggapan bahwa potensi bahaya yang Trump perlihatkan kepada masyarakat AS dan dunia secara keseluruhan tidak berkaitan dengan ekstremisme ataupun kecenderungan terhadap suatu ideologi. Trump menurutnya, berbahaya karena ‘kevulgaran’ dan sikap populisnya.

Donald Trump (Reuters/Lisa Norman-Hudson)

Kevulgarannya dapat dilihat dengan jelas melalui kekayaan materi yang berlimpah dan juga didengar dengan seksama dari pemilihan kata-katanya dalam pidato selama kampanye berlangsung.

Jadi, tidak heran apabila seorang narapidana asal Pittsburgh, Dinger mengidolakan sang miliarder karena punya banyak kasino di beberapa kota besar di AS. Ini membuktikan bahwa teknik ‘vugarisme’ Trump berhasil memikat hati dan pikiran banyak orang.

Selain itu,hal tersebut juga menunjukan bahwa sangat penting untuk seorang Trump yang tidak punya latar belakang politik, untuk memamerkan kemampuannya dalam menata suatu negara dengan memberikan contoh keberhasilan mengelola dan mengatur bisnis-bisnisnya dari dulu sampai sekarang.

Disamping vulgar, Trump juga dianggap oleh analis Bishara sebagai seorang populis yang berperan seakan ia berpihak pada kepentingan orang banyak dengan kerap kali mengucapkan kata-kata yang sebetulnya ‘Amerika ingin dengar’.

“Kebijakan bersifat diskriminatif terhadap etnis tertentu seperti Amerika Latin, Asia dan juga kepada kaum Muslim adalah aksi untuk menenangkan orang-orang kulit putih AS yang marah dan kurang suka dengan keberadaan mereka,” tulisnya.

Pelarangan Muslim masuk ke AS dan wacana pembangunan tembok perbatasan Meksiko dianggap senjata ampuh untuk memompa kembali rasa kepercayaan diri kaum kulit putih Amerika yang selama ini kekuatannya dianggap semakin terbatas dengan keberadaan etnis lain.

Bishara lantas yakin banyak yang berpaling kepada Trump karena kaum kulit putih dipastikan akan kembali membuat pengaruh besar di negeri Paman Sam itu apabila ia terpilih.

3 dari 3 halaman

Muslim Bela Anti-Muslim?

Hasil akhir dari survei yang dilakukan oleh pihak The Independent, menunjukan bahwa sebanyak 7% kaum Muslim dari partai Republik memilih Donald Trump.

Hampir 2.000 orang Muslim dari 6 bagian negara AS seperti California, New York, Illinois, Florida, Texas dan Virginia, turut berpartisipasi dalam survei tersebut.

Banyak orang bertanya-tanya akan alasan di balik adanya segelintir orang Muslim yang masih berniat untuk memilih seorang Donald Trump setelah ia melontarkan tekadnya untuk melarang golongan tersebut untuk masuk ke AS.

Direktur Dewan Komunikasi Nasional Hubungan Amerika-Islam, Ibrahim Hooper menerangkan bahwa ada sejumlah faktor yang sangat mungkin berperan dalam pembuatan keputusan para kaum Muslim pro-Trump tersebut.

Yang pertama adalah keberhasilan sang miliarder untuk merengut atensi melalui peliputan media. Nama Donald Trump dan aktivitas kampanyenya mewarnai hampir semua headline media lokal dan internasional beberapa bulan terakhir ini.

Terlepas dari celotehan negatifnya, secara perlahan-lahan Trump menggenjot pamornya untuk naik dengan menggunakan media sebagai wadah utamanya. Menurut Hooper, sangatlah wajar apabila ada transformasi secara psikis dari reaksi awal yang berupa ketidakpercayaan menjadi ketertarikan.

“Yang kedua adalah, kemungkinan besar keputusan mereka dipengaruhi oleh fakta bahwa latar belakang politik mereka cenderung mengarah Partai Republik. Jadi, suka atau tidak suka dengan pandangan Trump, akan tetap memilih dia,” Hooper menuturkan kepada The Independent, Kamis, 11 February 2016 lalu, seperti dilansir pada hari Rabu, (16/3/2016).

Yang ketiga dapat dikaitkan langsung dengan maraknya istilah Islamophobia. Istilah ini tumbuh dengan pesat setelah organisasi-organisasi teroris seperti ISIS yang menggunakan nama Islam untuk melancarkan rangkaian aksi teror di sejumlah negara di seluruh dunia.

Hooper lanjut menjelaskan bahwa Islamophobia menduduki posisi ketiga tertinggi dalam survei yang dilakukan pada tahun 2014 tentang hal yang menjadi kekhawatiran utama masyarakat AS.

Donald Trump 'Bintang Tamu' dalam Video Rekrutan Teroris Somalia (Telegraph/SITE)

Kaum Hindu Simpatisan Trump

Selain mendapatkan kepastian suara 7% suara kaum Muslim, Trump juga mendapat dukungan simpatisan berlatar belakang agama Hindu. Seperti yang diberitakan BBC, sekelompok individu beragama Hindu telah membuat laman khusus The Hindus for Trump melalui akun media sosial Facebook.

Laman yang belum lama ini memuat poster dengan ilustrasi Donald Trump duduk dalam postur yoga berhasil menggalang setidaknya 500 ‘likes’. Poster tersebut mengisyaratkan bahwa kelompok ini sudah menganggap Trump bak dewa Hindu yang paling dihormati, Brahma dan Wisnu. Dalam kepercayaan agama Hindu, Brahma adalah pencipta dunia dan Wisnu mempunyai peran sebagai pelindung dan pemulih ketertiban moral.

"Donald Trump berjanji untuk membuat Amerika hebat kembali. Ini adalah suatu pertanda baik bahwa ke depannya akan lebih banyak lapangan pekerjaan, berkurangnya jumlah individu yang pro-perang, perbatasan antar wilayah negara yang aman, surplus dalam perihal keuangan dan tentunya hidup yang lebih baik untuk warga AS yang menetap secara legal. Dia akan menang,” Tulis grup tersebut di laman situs Facebook-nya.

 

 

Marco Rubio

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.