Sukses

ISIS Rilis Video Penggal Tahanan Rusia dan Ancam Presiden Putin

Pelaku kali ini memperlihatkan mukanya dan berbicara bahasa Rusia.

Liputan6.com, Raqqa - Kelompok teroris ISIS meluncurkan rekaman bengisnya berisi pemenggalan kepala pria Rusia disertai ancaman terhadap Presiden Vladimir Putin serta rakyatnya.

Rekaman itu dirilis oleh bagian media ISIS yang memperlihatkan seorang tahanan dengan baju oranye. Adapun pria yang mengaku anggota militan itu terdengar berbicara bahasa Rusia sambil membawa pisau di tangannya.

Sebelum dipenggal, tahanan itu mengaku bahwa ia merupakan anggota Federal Security Service (FSB) atau mata-mata Rusia yang bekerja mengumpulkan informasi tentang ISIS.

Dalam rekaman 8 menit bertajuk 'You Shall be Disappointed and Humiliated O Russians' itu, si pembunuh tak memakai penutup muka yang selama ini dikenakan para algojo militan itu.

"Serangan militer Rusia hanya membuat kami semakin kuat dan semakin yakin," kata pria anggota ISIS itu berbicara bahasa Rusia, seperti dilansir dari Daily Mail, Kamis (3/12/2015).

"Kalian, rakyat Rusia, kalian tidak akan merasakan kedamaian di rumah kalian. Kami akan bunuh anak laki-lakimu, seperti kalian bunuh anak laki-laki di sini. Dan kami akan hancurkan rumah kalian seperti kalian menghancurkan rumah di sini," ucap pria tersebut.

Pada Januari, ISIS pernah merilis sebuah rekaman yang memperlihatkan seorang anak laki-laki menembak dua pria yang dianggap bekerja untuk Rusia. Kelompok itu menguasai sebagian besar wilayah Suriah dan Irak dan mendeklarasikan kekhalifahan.

Video kali ini merupakan respons terhadap keputusan Presiden Vladimir Putin yang mengebom sebagian wilayah Suriah. Kremlin sejauh ini tidak pernah mengkonfirmasikan apakah ada warga negaranya yang diculik ISIS.

Ahli anti-terorisme SITE memprediksi video itu dibuat di Provinsi Raqqa, kota kekuatan ISIS di utara Suriah.

Sementara itu, FSB menolak untuk berkomentar. Pun, dengan Kementerian Luar Negeri Rusia.

ISIS telah memenggal sejumlah tahanan asing dan orang penting di Suriah. Kini AS, Rusia, Prancis dan Inggris tengah membombardir kelompok itu.**

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini