Sukses

Lumpur Beracun dari Bendungan Jebol Hancurkan Hutan di Brasil

Lumpur berwarna merah ini menyembur setelah bendungan yang digunakan untuk menahan air limbah dari tambang besi runtuh pada 5 November lalu.

Liputan6.com, Sao Paolo - Menteri Lingkungan Brasil, Izabella Teixeira mengatakan lumpur beracun yang menggenangi beberapa kota di Brasil awal bulan ini menyebabkan kerusakan hutan yang meluas. Kondisinya dinilai semakin mengkhawatirkan. 

Lumpur berwarna merah ini menyembur setelah bendungan yang digunakan untuk menahan air limbah dari tambang besi jebol pada 5 November lalu. Di mana 8 orang tewas dan 11 orang hilang. Sebelumnya disebutkan 11 tewas dan 12 lainnya hilang. 

Sejauh ini lembaga lingkungan Ibama sudah menjatuhkan denda kepada pemilik tambang biji besi, Samarco, atas kecelakaan tambang yang disebut-sebut terburuk di Brasil.

"Ibama sudah membuat penilaian awal kerusakan," kata Teixeira seperti dikutip dari BBC, Rabu (25/11/2015).

"Tapi kami akan menyiapkan studi secara rinci, membandingkan gambar satelit sebelum dan sesudah pelanggaran tersebut," tambahnya kepada surat kabar O Globo.

Menurut penilaian awal, setidaknya 900 hektare area yang ditanami tumbuhan di bagian tenggara Minas Gerais --tempat bendungan itu runtuh-- dalam kondisi hancur.

"Penelitian penuh akan dilakukan oleh Ibama usai musim hujan di Brasil berakhir, pada akhir 2016 musim panas," jelas Teixeira.

Sementara itu, desa yang paling dekat dengan bendungan jebol itu, Bento Rodrigues dilaporkan dalam kondisi benar-benar hancur akibat robohnya bendungan tersebut. Sekitar 600 orang yang tinggal di sana telah mendapatkan akomodasi sementara sejak insiden itu terjadi.

Sejumlah warga mengatakan tidak ada peringatan. Mereka tetap harus menjalani hidup setelah musibah bendungan Fundao jebol runtuh yang telah menghilangkan segalanya.

Lumpur telah menyebabkan kerusakan di sepanjang jalur Sungai Doce, yang memenuhi Samudera Atlantik di Negara Bagian Espirito Santo --sekitar 500 km dari areal bendungan runtuh.

Dua Bendungan Terancam

Perusahaan Samarco sejauh ini sudah berusaha melindungi tanaman dan hewan di jalur yang dilewati aliran bendungan, dengan membangun penghalang di sepanjang tepi sungai.

Pekan lalu, perusahaan itu juga sudah sepakat membayar pemerintah Brasil sebesar 1 miliar reais atau setara dengan Rp 3,5 triliun sebagai kompensasi. Uang tersebut akan digunakan untuk mengganti biaya kebersihan dan menawarkan beberapa kompensasi kepada para korban serta keluarganya.

Perusahaan itu juga mengatakan bahwa 2 bendungan lainnya yang berada dekat dengan lokasi bencana berisiko runtuh.

Kini pekerjaan darurat untuk mencegah bencana lain akan dilakukan selama 3 bulan ke depan.

Samarco adalah perusahaan tambang patungan Vale dari Brasil dan BHP Biliton dari Inggris dan Australia. (Tnt/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini