Sukses

Ketika Bocah Taman Kanak-kanak Habiskan Waktu Bersama Lansia

Para kakek-nenek yang tampak murung hari-harinya, langsung 'hidup' saat tangan-tangan kecil menggengam mereka.

Liputan6.com, Seattle - Sebuah bangunan di Seattle menjadi tempat dimana usia dini dan usia senja berbaur.

Menggabungkan pra sekolah dan panti jompo, anak-anak kecil dan lebih dari 400 kakek nenek bisa menghabiskan waktu bersama, bersenang-senang dan saling belajar di Intergenerational Learning Center.

Prasekolah terletak di panti jompo Providence Mount St. Vincent di Seattle Barat. Selama 5 hari seminggu, anak-anak berinteraksi bersama para kakek nenek penghuni panti, melakukan kegiatan menyenangkan seperti berdansa, seni, musik, makan siang, bercerita, atau sesekali hanya mengunjungi.

Menurut Evan Briggs, pembuat film dan dosen tambahan di Universitas Seattle, yang berencana membuat film mengenai prasekolah-panti jompo ini, para orang tua telah menjalani 'transformasi lengkap' di hadapan anak-anak. Ketika ia baru masuk, sebelum anak-tiba, beberapa dari mereka terlihat hanya setengah hidup.

"Itu adegan yang membuat depresi, namun saat anak-anak masuk untuk melakukan kegiatan seni atau musik, atau membuat makanan bagi kaum tunawisma, proyek apapun yang mereka lakukan hari itu, para penghuni panti terlihat 'hidup'," kisah Briggs dikutip Oddity Central, 30 Oktober 2015.

Anak-anak usia pra sekolah sabar menghadapi kakek nenek, para kakek nenek pun terlihat berenergi dalam bermain bersama anak-anak. (foto: Evan Briggs)

Para anak-anak pun terlihat tidak kalah bahagia, juga sabar dan pengertian. Saat seorang anak kecil bernama Max bertemu seorang penghuni usia senja, John. Max perlu mengulang menyebut namanya beberapa kali, namun John terus salah menyebut, memanggilnya Mack, Matt, dan Match.

"Namun Max sangat sabar, ia hanya terus-terus mengulangi namanya," ungkap Briggs. Ia mendeskripsikan momen di antara anak-anak dan penghuni panti dengan "manis, beberapa kali canggung, dan beberapa lucu, namun semuanya sungguh sendu dan nyata."

Briggs memilih nama 'Present Perfect' untuk film-nya, yang merupakan referensi kontrasnya antara hidup para murid pra sekolah --yang penuh harapan masa depan-- dan para kakek nenek--yang penuh kenangan masa lalu. Masa kini menjadi dunia tempat mereka menyatu.

Lansia dan anak usia pra sekolah menghabiskan waktu bersama. (foto: Evan Briggs)

"Kisah ini mengenai keberadaan di momen sekarang, sesuatu yang menjadi masalah bagi kebanyakan orang dewasa," tambahnya.

Walaupun kebanyakan dari orangtua murid tidak memilih pra sekolah ini secara khusus untuk program bersama para lansia, mereka menyadari dampak positif yang dimiliki untuk anak-anak mereka.

"Sekolah memiliki reputasi bagus dan guru yang hebat," jelas Briggs. 

"Seorang ayah mengatakan itu pada saya, bahwa ia khususnya bisa melihat itu sekarang, saat kedua orangtuanya sudah lanjut usia."

Briggs mengadakan kampanye Kickstarter untuk menggalang dana film-nya. "Melakukan syuting film ini, dan mengikutsertakan diri saya sendiri di lingkungan panti membuat saya bisa melihat, bahwa di masyarakat, kita terpisah dengan jarak umur," tulisnya di laman kampanye-nya. "Mendapat kesempatan mengenal para penghuni yang hebat di Mount, semakin menekankan kehilangan bagi kita semua ini.

Pra-sekolah tersebut merupakan ide jenius menurut Briggs, dan "terjangkau" untuk diimplementasikan di skala lebih besar.

"Ini contoh yang bagus bagaimana kita mengikutsertakan para lansia dalam masyarakat."

Sementara, kampanye Briggs sudah mendapat perhatian internasional. Hampir 2000 orang ebrkontribusi $104.388 untuk pembuatan film. Kini film ada dalam tahap editing dan akan dirilis tahun depan.

Saksikan trailer film Present Perfect!

(Ikr/Rie)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini