Sukses

Beredar Video Ancaman Militan Filipina Sandera Turis Asing

Militan meminta Filipina untuk hentikan operasi militer di Filipina Selatan, kalau tidak, 3 turis asing dan 1 Filipino akan dibunuh.

Liputan6.com, Mindanou - Sebuah video tentang korban turis asing penculikan di Filipina Selatan beredar secara online. Mereka dikabarkan diculik pada 21 September di Resor Oceanview, Pulau Samal, yang berada di pantai selatan pulau Mindanao.

Dalam rekaman tersebut, ketiga korban penyulikan yang merupakan warga negara Kanada dan Norwegia tengah meminta tolong kepada pemerintahnya agar diselamatkan. Sementara korban keempat, seorang perempuan Filipina, tidak berbicara apapun.

Sedangkan para penyandara menutupi wajahnya, membawa persenjataan berat serta bendera yang mirip dengan ISIS, ataupun bendera militan lainnya yang mirip berwarna hitam dan putih. Para penculik ini tidak mendeklarasikan afiliasi mereka, namun umum diketahui, daerah itu dikuasai militan Abu Sayyaf. Baca: Kelompok Bersenjata Filipina Culik Turis Asing dan Wanita Lokal

Juru bicara Armed Forces of the Philippines (AFP) kepada media pada Rabu 14 Oktober mengatakan, bahwa mereka telah melihat rekaman itu.

"Kami tidak bisa mengatakan rencana apa yang akan dilakukan, dan tak mau berkomentar tentang identitas para penculik sehubungan dengan video tersebut," kata Kolonel Restituto Padila, seperti dikutip CNN, Kamis (15/10/2015)

"Hingga hari ini, sikap militer kami sama," tambahnya.

Padilla juga mengatakan bahwa para penculik tak meminta tebusan.

"Pokoknya, kami akan melakukan apapapun dan berkoordinasi dengan sejumlah aparat lokal dan luar negeri," terangnya lagi.


Rekaman yang Mengerikan

Menurut CNN, rekaman itu begitu mengerikan. Dalam video itu diperlihatkan 4 sandera, 3 pria asing dan 1 perempuan, duduk berjejer dalam penahanan. Setidaknya 8 pria bersenjata menggunakan penutup muka berdiri di belakang mereka.

Kamera menyorot satu sandera yang diketahui bernama Robert Hall. Dalam rekaman itu ia mengatakan kepada teman-teman, keluarga, bahwa kesehatannya menurun. Hidup para sandera termasuk dirinya dalam bahaya.

Hall meminta kepada kerabatannya untuk menghubungi Pemerintah Kanada juga Filipina, untuk menghentikan operasi militernya di Selatan dan hal-hal lain yang memberi dampak bagi penduduk Mindanao.

Kamera lalu beralih ke pria bernama Kjartan Sekkingstad. Ia diketahui sebagai pemilik Resor Oceanview Marina dan berwarga negera Norwegia. Ia membenarkan permintaan Hall serta menambahkan kalau tidak dipenuhi mereka bisa dibunuh.

Kamera beralih ke pria samping Sekkingstad. Seorang militan memegang kepalanya sementara tangannya memegang pisau yang diletakkan dekat leher pria yang diketahui bernama John Riddel.

Setelah permintaan disebutkan oleh para sandera, rekaman menyoroti seorang militan wajahnya ditutupi kain serta memakai kacamata gelap.

Dalam permintaan menggunakan bahasa Inggris, ia mengatakan bahwa pemerintah harus menghentikan aksi militer agar bisa bernegosiasi membebaskan sandera.

Setelah itu, para penyandara berbahasa Arab sambil mengangkat senjata-senjata mereka.

Juru bicara Kepresidenan Filipina Sonny Coloma mengatakan pemerintahnya akan memastikan keselamatan dan pembebasan mereka. Pemerintah Norwegia juga mengatakan bahwa mereka tahu rekaman itu namun tidak mau berkomentar. Demikian pula Kemlu Kanada.

"Pemerintah Kanada terus berkomunikasi dengan otoritas Filipina serta meminta semua pihak untuk mencari informasi mengenai ini. Kami tidak akan berkomentar atau mengeluarkan informasi apapun yang justru membahayakan warga negara Kanada di luar negeri," tutur jubir kemlu Kanada.

Sementara pemerintah Filipina menandatangani perjanjian perdamaian dengan kelompok pemberontak Muslim terbesar, Front Pembebasan Islam Moro, pada 2014, tetapi baku tembak masih kerap terjadi. Baca: Baku Tembak Polisi-Pemberontak di Filipina Selatan, 30 Tewas

Sejak 1990-an Filipina selatan telah menjadi lokasi insiden penculikan oleh kelompok militan Muslim, yang kerap meyandera untuk uang tebusan. (Rie/Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini