Sukses

Kisah Sitoula 36 Jam Terjebak Puing Gempa Nepal

Tanka Maya Sitoula terjebak 36 jam di antara puing-puing gempa. Tak ada makanan, air, ia hanya punya satu hal: kekuatan dari keyakinan.

Liputan6.com, Kathmandu - Saat lembah Kathmandu, Nepal diguncang gempa 7,8 skala Richter, Sabtu 25 April 2015, Tanka Maya Sitoula sedang berada di rumahnya -- di dasar sebuah apartemen berlantai 5. Ibu 4 anak itu panik bukan kepalang, namun, ia tak sempat menyelamatkan diri.

Gedung tempatnya bernaung roboh, puing-puing menimpa lantai dasar. Perempuan 40 tahun itu pun terjebak di antaranya. Hingga 36 jam lamanya.

Tak ada makanan atau minuman di sekitarnya. Hanya puing-puing berdebu, rangka baja yang mencuat di sana sini. Tanka Sitoula hanya punya keyakinan. Dan itu yang mungkin membuatnya bisa selamat.

Seperti dimuat CNN, Rabu (29/4/2015), ia mengaku yakin akan melewati cobaan berat itu. "Saya mendengar suara bising orang-orang di luar. Itu yang membuat saya berpikir bakal bisa diselamatkan," kata dia.

Apa yang dilakukannya selama 36 jam terjebak? "Aku hanya berbaring," kata dia. "Sama sekali tak ada celah untuk bergerak."

Keyakinan pula yang membuat suami Sitpula, Mahendra terus mencari istrinya. Ia yakin, pasangannya itu masih hidup.

"Aku sangat yakin, dia ada di sana," kata dia. "Aku tak berhenti memanggilnya. Lalu, dari bawah sana dia membuat suara dan aku bisa mendengarnya."

Mahendra, yang sehari-hari mencari nafkah sebagai tukang jagal hewan, lantas mencari pertolongan. Butuh 18 jam bagi Sitoula menanti bantuan datang. Dan diperlukan 18 jam lainnya untuk membebaskannya.

"Aku meminta bantuan orang. Polisi lalu lintas, siapapun yang kutemukan. Masalahnya, tak ada peralatan yang diperlukan untuk memotong puing logam yang mengurung istriku," kata Mahendra.

Harapan lantas muncul. Tim penyelamat asal India datang, membawa perlengkapan yang dibutuhkan.

Meski cemas dan didera khawatir, Mahendra tak pernah berhenti berharap. "Aku sungguh yakin, istriku akan bisa diselamatkan dalam kondisi baik."

Hanya satu yang menjadi ganjalan di hati Mahendra: apakah istrinya bakal bisa bertahan selama itu.

Inspektur Karam Singh dari National Disaster Management Authority India mengawasi proses evakuasi di bekas rumah Sitoula.

Ia mendeskripsikan upaya penyelamatan yang sangat menguras fisik. "Memotong, mendorong, menarik," kata dia. Namun, kerja keras itu tak sia-sia. Sitoula berhasil diselamatkan dalam kondisi baik, tanpa cedera sedikit pun.

"Ia sangat gembira, tak henti-hentinya menghujani kami dengan puijian," kata Singh. "Dan kami berkata padanya, untunglah ia selamat."

Sejumlah warga Kathmandu melihat jalan yang rusak akibat gempa , Minggu (26/4/2015). Gempa berkekuatan 7,8 Skala Richter dikabarkan telah menelan korban sekitar 2000 jiwa. (AFP Photo/Prakash Mathema)

Singh menambahkan, timnya juga mengevakuasi 1 jasad dari bangunan yang sama. Diduga masih ada 10 lainnya yang terjebak di dalamnya.

Saat tim dari Prancis datang, membawa anjing pelacak, dan menyusuri reruntuhan, tak ada lagi tanda-tanda kehidupan di sana. Alat sensor juga tak menemukan indikasi makhluk bernyawa di bawah puing-puing.

Sitoula mengatakan, 2 hari setelah penyelamatannya, ia tak yakin masih ada yang selamat.

Suasana muram juga dirasakan di pemukiman Gangabhu, di mana tim penyelamat sedang fokus mengevakuasi lokasi guesthouse 6 lantai yang ambruk.

Tim SAR Jepang menyusuri puing-puing dengan anjing pelacak. Namun, "Maaf, tak berhasil (menemukan korban selamat)," kata salah satu dari mereka.

Tejush Swarnakar dari Kepolisian Nepal mengatakan, diduga ada 50 orang yang terjebak di antara reruntuhan. Baru 4 jenazah yang berhasil dievakuasi.

Korban jiwa akibat bempa yang mengguncang kaki Himalaya hingga kini terus bertambah. Diperkirakan menembus angka 10.000. (Ein/Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini