Sukses

Tim Percepatan Evakuasi WNI dari Yaman Dikirim Hari Ini

Terdapat 4.159 WNI di Yaman. Mereka mayoritas bertempat tinggal di selatan negara itu, yang kondisinya lebih kondusif.

Liputan6.com, Jakarta - Upaya menyelamatkan warga negara Indonesia (WNI) yang masih ada di Yaman terus ditingkatkan. Wakil Menteri Luar Negeri, A M Fachir mengatakan, tim percepatan evakuasi siap dikirim ke negara yang sedang bergejolak itu.

"Tim utama ini terdiri dari 4 komponen yaitu Kementerian Luar Negeri, TNI Angkatan Udara, Badan Intelijen Negara (BIN), dan Polri," kata Wamenlu Fachir di kantor Kemlu, Rabu (1/4/2015).

Tim ini, kata Fachir, akan dibagi dua. Yang pertama terdiri dari 8 orang dan akan ditempatkan di perbatasan Yaman dan Oman, tepatnya di Shalala, wilayah Oman.

Sementara tim selanjutnya, akan ditempatkan di Ibu Kota Yaman, Sanaa. Tim ini beranggotakan 15 orang. Rencananya tim pertama akan berangkat malam ini, semenatra lainnya dijadwalkan terbang pada Kamis 2 April 2015 pukul 19.00 WIB.

Dari data Kementerian Luar Negeri (Kemlu), terdapat 4.159 WNI di Yaman. Mereka mayoritas bertempat tinggal di Yaman selatan, yang kondisinya lebih kondusif.

Sebanyak 2.626 WNI berprofesi sebagai mahasiswa, pekerja profesional di bidang perminyakan ada 1.488 orang, 45 lainnya merupakan staf kedutaan Indonesia.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, ada beberapa jalur yang diambil untuk evakuasi. "Kita akan evakuasi melalui Oman dan Arab Saudi. Kalau dari Oman, kita ambil di titik Salalah," ujar Retno di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin 30 Maret 2015.

Tak hanya Indonesia, satu per satu perwakilan dari negara lain di Yaman mulai ditarik pulang, termasuk PBB.

"Kami telah menarik sisa personel internasional dari Yaman, sementara kepala badan HAM PBB memperingatkan bahwa negara itu berada di tepi jurang kehancuran total," kata juru bicara lembaga tersebut Farhan Haq seperti dikutip dari VOA News, Rabu (1/4/2015).

Konflik di Yaman memanas ketika pemberontak Houthi mulai beraksi, merebut sejumlah wilayah di negara tersebut. Kelompok Houthi diduga dibeking mantan Presiden Ali Abdullah Saleh yang sebelumnya digulingkan. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.