Sukses

'Topan di Filipina Peristiwa Alam, Bukan Murka Tuhan...'

Topan Haiyan menewaskan lebih dari 6.000 orang, sementara Hagupit, sejauh ini merenggut 3 nyawa.

Liputan6.com, Manila - Hagupit tak semematikan Haiyan. Warga Filipina bisa sedikit bernafas lega ketika topan itu berangsur-angsur melemah Minggu kemarin.

Kedatangan Hagupit membangkitkan kenangan buruk, 13 bulan setelah Haiyan menyebar maut.

"Tahun lalu, banyak orang bertanya-tanya, 'apakah ini kehendak Tuhan, atau jangan-jangan murka Yang Maha Kuasa? Namun, kini mereka merasa peristiwa ini (terjangan topan) adalah peristiwa alam," kata Pendeta Eliodoro Reteracion daru Redemptorist Church, Tacloban seperti Liputan6.com kutip dari CNN, Senin (8/12/2014).

Haiyan menewaskan lebih dari 6.000 orang, sementara Hagupit, sejauh ini merenggut 3 nyawa.

Direktur eksekutif badan penanganan bencara Filipina, National Disaster Risk Reduction Council, Alexander Pama mengatakan, identitas 2 korban tewas terkonfirmasi. Mereka adalah Thea Rojo yang baru berusia setahun dan Ernesto Baylon (55), keduanya dari Provinsi Iloilo meninggal dunia akibat hipotermia.

Sementara itu, 900 ribu orang dari 200 ribu keluarga mengalami dampak akibat topan tersebut. Kebanyakan dari mereka ditangani pusat-pusat evakuasi.

Pada Senin pagi, Hagupit 'turun status' jadi badai tropis. Demikian menurut Joint Typhoon Warning Center, badan pengamat topan milik Militer Amerika Serikat. Namun, ancaman belum sepenuhnya berlalu...



Ahli meteorologi CNN Michael Guy mengatakan, Hagupit akan mengarah lebih ke barat Senin ini, melewati bagian selatan ibukota Filipina -- dalam bentuk angin kencang dan hujan lebat.

Badai yang menghantam sejumlah wilayah Filipina sejak Sabtu lalu berpotensi mengakibatkan banjir dan tanah longsor.

Dan yang terburuk adalah, badai melewati area tak jauh dari Gunung Mayon. Kini petugas memusatkan perhatian pada gunung tersebut -- yang terkenal karena bentuk kerucutnya yang simetris. Sebab, hujan deras bisa merontokkan abunya dan mampu memicu tanah longsor.

Tak hanya berpotensi memicu tanah longsor yang bisa menghancurkan rumah-rumah, material longsor bisa masuk ke aliran air, sungai, dan bendungan dekat gunung tersebut. Memblokir saluran dan menyebabkan banjir yang lebih parah.

Pelajaran Berharga



Sekitar 40 juta orang berada di area yang dekat dengan jalur badai, yang memicu angin kencang hingga kecepatan 160 kilometer per jam.

Lucrecia Simbajon dari Magallanes adalah salah satu pengungsi. Ia bernaung di sebuah gereja. "Aku tak tahu sampai kapan harus berada di sini. Atap rumahku tersapu badai tadi malam," kata dia Minggu pagi.

Rumahnya, yang hanya gubuk, tahun lalu juga porak-poranda akibat Haiyan. Kala itu, ia mengungsi selama 20 hari di gereja.

Meski ada potensi bahaya, sejumlah warga Legazpi yang tinggal dalam naungan Gunung Mayon menolak evakuasi. Mereka bersikukuh tinggal di rumah mereka yang terletak di pinggir pantai.

"Aku yakin bisa menangani situasi ini," kata seorang pria. "Jika keadaan makin buruk barulah kami akan pergi ke pusat evakuasi."

Pun dengan seorang perempuan yang tinggal di bibir pantai. "Sudah 25 tahun kami di sini, dan menghadapi sejumlah topan," kata dia. "Ini terasa lebih kuat dari Haiyan, namun kami tetap bertahan di sini."

Jenderal Gregorio Catapang, kepala staf angkatan bersenjata Filipina mengatakan Minggu kemarin tentara dikerahkan untuk membersihkan jalanan dan bandara untuk mempermudah pemberian bantuan darurat.

Sebelas negara sejauh ini telah menawarkan bantuan, termasuk Australia, AS, China, Jepang, dan Inggris.

Hagupit diperkirakan melemah saat ia melewati Manila. Namun, hujan deras masih jadi ancaman -- yang bisa menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor -- bahkan di lokasi yang jauh dari pusat badai.

Sejumlah bandara ditutup kemarin, menyebabkan pembatalan sekitar 185 penerbangan domestik.

Sementara itu di Tacloban, di lokasi terparah terdampak Topan Haiyan jalanan kosong, warga sudah mengungsi. Tahun lalu badai menyebabkan lebih dari 6.000 orang tewas dan 200 ribu lainnya kehilangan tempat tinggal.

Sekitar 100.000 orang dievakuasi sebelum topan melanda. Itu berarti setengah populasi kota.

Mayor Alfred Romualdez mengatakan, listrik terputus di kota itu, namun ia hanya melihat kerusakan minor akibat jendela yang pecah dan pohon tumbang. Jalanan banjir, namun masih bisa dilewati

Persiapan menghadapi topan kali ini lebih baik dari tahun lalu. Kerusakan parah, jasad yang bergantungan di pohon dan bergeletakan di jalanan, kelaparan dan rasa putus asa itu... telah menyadarkan mereka. (Ein/Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.