Sukses

Ashraf Ghani, Ekonom Senior Jadi Presiden di Negeri Konflik

Presiden baru Afghanistan, Ashraf Ghani, juga pernah menjadi kandidat Sekjen PBB.

Liputan6.com, Kabul - Presiden ke-13 Afghanistan ini bernama lengkap Dr. Ashraf Ghani Ahmadzai. Ia lahir pada 1949 di Provinsi Logar.

South China Morning Post dan beberapa media lain menyebut Ghani sebagai sosok intelektual yang temperamental. "One is an intellectual high- achiever with a famous temper who proudly describes himself as a "free spirit"," tulis media itu.

"Dia tidak pernah membiarkan siapapun untuk terlalu dekat, kerap menyendiri. Tapi sikap temperamental dan arogan dengan sesama warga Afghanistan membuatnya jadi sosok yang dibenci," ungkap seorang penulis senior, Ahmed Rashid, yang mengenalnya selama 25 tahun.

Dalam pemilihan sebagai calon kandidat Sekretaris Jenderal PBB, ia menempati urutan keeempat di bawah Ban Ki-moon, Shashi Tharoor, dan Vaira VÄ«Ä·e-Freiberga. Gagal menjadi Sekjen PBB, ia kembali mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilu Afghanistan tahun 2009, namun hanya berhasil mengumpulkan 3% suara. Ini kegagalan kedua setelah 2004.

Ghani menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di SMA Habibia di Kabul. Ia lalu melanjutkan pendidikannya ke Universitas American University of Beirut, dan menjadi sarjana pada 1973. Di kampus itu, Ghani bertemu perempuan yang kelak menjadi istrinya, Rula Ghani.

Ia kembali ke Afghanistan pada 1977 untuk mengajar antropologi di Universitas Kabul. Lantas, ia menerima beasiswa pemerintah untuk meraih gelar master di bidang antropologi di Universitas Columbia di Amerika Serikat.

Ghani kemudian menjadi Universitas Kabul di kampus tersebut. Ia menjabat dari 22 Desember 2004-21 Desember 2008. Ia juga dipercayakan menjadi menteri keuangan pada masa jabatan 2 Juni 2002-14 Desember 2004, di bawah pemerintahan Presiden Hamid Karzai.

Jauh sebelum itu, ia pernah bergabung dengan Bank Dunia (World Bank) pada 1991, bekerja pada proyek-proyek di Asia Timur dan Selatan melalui pertengahan 1990-an.

Kemudian, pada 1996, ia merintis penerapan analisis kelembagaan dan organisasi untuk proses makro perubahan dan reformasi, bekerja secara langsung pada program penyesuaian industri batubara Rusia.

Tak hanya itu, Ghani juga melaksanakan review dari strategi bantuan bank untuk negara dan program penyesuaian struktural secara global.

Dia menghabiskan lima tahun bekerja di China, India, dan Rusia untuk mengelola pembangunan skala besar dan proyek transformasi kelembagaan yang membuat perekonomian China saat ini bersinar.

Dilansir dari The Independent, masyarakat berharap terpilihnya Ghani sebagai presiden baru bisa memerangi korupsi dan inefisiensi di pemerintahan. (Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini