Sukses

Terlacak di Internet, Penantang Junta Militer Thailand Ditangkap

Dalam kudeta militer ini para jenderal yang berkuasa berusaha untuk membasmi setiap kritik terhadap kekuasaan mereka.

Liputan6.com, Bangkok - Junta militer Thailand telah menangkap seorang buronan pemimpin anti-kudeta. Diperkirakan si pemimpin akan menghadapi hukuman penjara.

"Sombat Boonngamanong yang memimpin kampanye online untuk menggelar aksi flashmob ilegal terhadap pengambilalihan militer, ditangkap pada Kamis malam lalu, di Provinsi Chonburi timur," kata juru bicara militer Sirichan Ngathong dikutip Liputan6.com dari Channel News Asia, Jumat (6/6/2014). "Kami memiliki tim yang melacak dia melalui internet."

"Dia menghadapi tuduhan awal melanggar perintah untuk melapor kepada junta," jelas Sirichan menambahkan bahwa hukumannya kemungkinan bisa mencapai dua tahun penjara.

Dalam kudeta militer ini para jenderal yang berkuasa berusaha untuk membasmi setiap kritik terhadap kekuasaan mereka. Sehingga mereka yang dianggap tak sejalan dipaksa untuk berubah pikiran.

Sombat adalah salah satu dari beberapa ratus orang -- termasuk para politisi, aktivis, akademisi dan wartawan -- yang dipanggil oleh junta militer untuk melapor sejak kudeta militer pada 22 Mei 2014.

Namun pria yang merupakan seorang aktivis pro-demokrasi terkemuka itu menolak untuk menyerahkan diri. Ia malah memposting pesan di Facebook bertuliskan Catch me if you can atau tangkap aku jika bisa, untuk menantang junta.

Sejak itu, Sombat mendesak para pengikutnya untuk menggelar demonstrasi damai dengan membuat aksi mengacungkan tiga jari -- manis, tengah dan telunjuk -- terinspirasi dari film 'Hunger Games' yang menjadi simbol perlawanan terhadap junta.

Sombat adalah pemimpin dari faksi gerakan "Kaos Merah", yang mendukung mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra dan adiknya PM cantik Thailand sebelum dilengserkan bulan lalu, Yingluck Shinawatra.

Dalam kudeta itu, beberapa orang yang diminta melapor sempat ditahan di lokasi rahasia. Mereka kemudian dibebaskan dan diperintahkan untuk menghentikan kegiatan politik yang bertentangan dengan junta.

Mereka yang tak menurut, seperti menteri di kabinet Yingluck, akhirnya ditahan oleh tentara dan akan menghadapi sidang di pengadilan militer.

Dalam penerapan status darurat militer, junta memberlakukan sensor media dan jam malam sebagai upaya untuk mengakhiri pertumpahan darah.

Para kritikus melihat kudeta sebagai dalih untuk merebut kekuasaan lama yang telah direncanakan oleh royalis -- kaum pendukung istana-- yang didukung militer, untuk membersihkan pengaruh Thaksin.

Kisah selengkapnya perjalanan kudeta militer di Thailand bisa dibaca di sini: Takhta dan Kutukan Kudeta Negeri Gajah Putih. (Ein)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini