Sukses

Siluet Dior di Negeri Ginseng dan Asia di Kancah Fesyen Dunia

Pada 20 Juni - 25 AGustus 2015, pameran fesyen Esprit Dior diselenggarakan di Seoul, Korea Selatan.

Liputan6.com, Seoul Saat mobil menanjak memasuki gerbang hotel The Shilla yang menjadi tempat menginap di Korea Selatan, fesyen menjadi perjumpaan pertama. Butik Hermes di sana seolah menyapa. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Asia dan pertambahan masyarakat ekonomi kelas atas yang terjadi, berbagai rumah mode mewah menaruh perhatian lebih kepada konsumen di teritori ini. Termasuk Korea Selatan.

Pada Mei 2015, Louis Vuitton menyelenggarakan pameran `Louis Vuitton Series 2 – Past, Present, Future` di Seoul. Di bulan yang sama, kota ini juga menjadi tempat berlangsungnya show dari Chanel yang menampilkan Cruise Collection 2015/2016. Usut punya usut, Karl Lagerfeld sang Creative Director bersama para selebriti pada saat itu – termasuk Kristen Stewart – juga menginap di hotel The Shilla, tempat Liputan6.com menginap selama mengikuti program Samsung SEA-Korea Tour di awal Agustus 2015.

Jika fakta bahwa selebriti G-Dragon – leader di boy band K-pop, Big Bang – termasuk dalam jajaran yang berfoto di antara Karl Lagerfeld, Julianne Moore, Kristen Stewart, Rita Ora terkait show dari koleksi haute couture Chanel di Paris belum lama ini tak cukup kuat bagi Anda untuk menilai bagaimana posisi Korea di mata fesyen dunia, maka kedatangan pameran fesyen Esprit Dior rasanya tak bisa lagi menunda penyimpulan bahwa Korea mendapat spotlight dari dunia fesyen.

Esprit Dior Exhibition - Seoul, South Korea

Dengan rupa futuristik seperti gambaran mengenai pesawat luar angkasa, Dongdaemun Design Plaza menjadi tempat diselenggarakannya pameran yang dihelat pada 20 Juni – 25 Agustus 2015 itu. Terawal yang sekaligus secara literal menjadi gerbang pameran ini adalah sebuah bangunan transparan berarsitektur Eropa dan dengan cahaya keemasan. Ini adalah replika artistik dari pintu masuk 30 Avenue Montaigne buatan seniman Korea, Do Ho Suh. Di 30 Avenue Montaigne, Paris pada 12 Februari 1947, Christian Dior (42) mempresentasikan koleksi rancangan busana yang pertama.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dunia Dior

Dunia Dior

Memasuki gerbang itu, mata langsung lurus berhadapan dengan manekin yang karena gelapnya set pencahayaan terbentuk siluet ikonik rumah mode Dior: The New Look. Perang Dunia II (1939-1945) merenggut senyum dunia dan Dior ingin mengembalikan apa yang dalam bahasa Prancis diistilahkan joie de vivre.

Pada masanya, garis peplum (yang beberapa waktu lalu sempat jadi sangat hits) bukan sekadar kemunculan trend. Wujud menyerupai bunga itu adalah bagian dari revolusi cara pandang hidup demi menghadirkan kembali joy of life melalui estetika feminin dengan rupa-rupa aspeknya, kecentilan dan sensualitas serta keanggunan dan dignitas.

Adalah Carmel Snow yang merupakan editor Harper’s Bazaar saat itu yang mengatakan, “Dear Christian, your dresses have such a New Look!”. Blazer putih siluet New Look yang legendaris itu bernama Bar (Spring/Summer 1947), merujuk pada sebuah bar di hotel Plaza Athenee yang bersebelahan dengan House of Dior.

Esprit Dior Exhibition - Seoul, South Korea

Legasi garis khas Dior di jaket itu mengalami interpretasi seiring perkembangan gaya estetika. Hasilnya bisa ditemukan hingga ke koleksi rancangan Raf Simons, Creative Director Dior sejak tahun 2012.  Menapaki bagian lain ruang pameran, sebuah lukisan besar wajah Dior disusun dari susunan gambar muka Marilyn Monroe terpampang.

Karya kreasi Dongyoo Kim ini menjadi simbol yang mengutarakan kedekatan Dior dengan dunia seni. Pelukis Pablo Picasso dan Salvador Dali adalah teman dekat sang couturier. Tradisi menjalin tali dengan seni tetap dipertahankan rumah mode Dior hingga saat ini. Raf Simons membuat koleksi haute couture pertamanya untuk label ini dengan berkolaborasi bersama seniman Amerika, Sterling Ruby, dan menghasilkan gaun bermotif lukis abtsrak.

Berlatar seri lukisan mawar – bunga favorit Dior – karya pelukis Heryun Kim, sebuah short-sleeves dress putih berdekorasi floral dan pita beludru merah di pinggang dari tahun 1950 berdiri bersama karya-karya lain di era kini di bawah tema `The Dior Garden` yang menunjukkan kesukaan si perancang terhadap kebun dan bunga. Silk dress kerah bundar tanpa lengan koleksi tahun 2014 tampak sedikit berbeda dengan gaun-gaun lain di sana karena potongan lurusnya.

Esprit Dior Exhibition - Seoul, South Korea

Yang lebih menarik adalah keberadaan busana two-pieces biru pucat, dimana tanktop brokat dipadu dengan celana sutra, di kelompok  `Versailles: The Trianon`. Di antara kumpulan gaun yang mengingatkan pada era Marie-Antoinette Ratu Prancis tahun 1774-1792, karya tersebut bagai imajinasi alternatif akan sosok bangsawan penghuni istana. Baik di kedua bagian tadi maupun yang lainnya, Esprit Dior yang dikurasi oleh sejarawan mode Florence Muller menyuguhkan pesona dunia desain Dior dengan set yang menarik.

Termasuk juga di antaranya adalah bagian `The Dior Allure` yang manekin-manekin di dalamnya dideretkan memanjang serta tiap-tiapnya dibingkai dengan pigura berlampu berkelip-kelip. Dior bukan hanya cerita tentang Christian Dior, melainkan narasi panjang mode yang ditulis oleh insan-insan desain spektakuler lain seperti Yves Saint Laurent dan John Galliano. Di Pameran ini, semua termaktub. Pun bukan Cuma busana yang menjadi bagian dari cerita rumah mode ini.

Esprit Dior Exhibition - Seoul, South Korea

Tas Lady Dior, parfum Miss Dior, koleksi J’adore yang berisi rancangan dan wewangian yang terinspirasi emas merupakan penyusun kisah fesyen Dior dengan melibatkan sosok-sosok ternama, dari Putri Diana aktris Charlize Theron hingga penyanyi kulit hitam Rihanna. Bagaimana Pameran yang melibatkan 6 seniman Korea dan sebelumnya sudah menyinggahi Shanghai Tiongkok dan Tokyo Jepang ini (dalam sentuhan artistik lokal yang berbeda) ini juga memberi penghormatan pada proses pembuatan pakaian itu sendiri.

Toiles (bahan yang digunakan untuk menguji pola) dan manekin-manekin telanjang yang ditempatkan di rak susun yang tinggi dapat dilihat dalam nuansa serba putih. Di sini sketsa-sketsa busana juga dipajang. Dunia Dior adalah dunia imajinasi, passion, romantisme, estetika, dan selebrasi nan glamor serta magical. Dunia dimana fesyen eksis melampaui helaian busana dan mencapai level artistiknya, melalui tas Lady Dior edisi terbatas hasil kerja sama dengan Andy Warhol Foundation atau partitur Miss Dior yang dibuat oleh komposer Prancis Henri Sauguet.

Esprit Dior Exhibition - Seoul, South Korea

 

3 dari 3 halaman

Asia Bersuara di Fesyen Dunia

Asia Bersuara di Fesyen Dunia

Hari dibukanya Pameran Esprit Dior di Seoul juga merupakan saat diresmikannya flagship store Dior di kota tersebut. Terletak di Cheongdam di distrik Gangnam – di mana butik label-label mewah internasional lainnya berada – bangunan 6 lantai itu merupakan butik Dior terbesar di Asia. Memakan waktu pembangunan selama 4 tahun, butik ini hadir dengan VIP longue, exhibition hall, dan rooftop cafe yang dipimpin oleh chef ternama Pierre Herme. Perancang arsitektur butik bergaya kontemporer tersebut adalah Christian de Portsamparc.

Bagaimana semua `perhatian` dari label-label fesyen dunia tertuju pada Korea, dan pada Asia secara umum merupakan indikasi tentang bagaimana perubahan posisi benua ini dalam tataran global. Di satu sisi memang positif. Akan tetapi dalam cara pandang yang lebih elaboratif, satu hal perlu ditanyakan. Sebagai apa Asia mendapat tempat dalam ekosistem mode dunia? Sebagai konsumen?

Nama-nama seperti Naeem Khan, Reem Acra, Elie Saab, Tadashi Shoji, Kenzo Takada, Yohji Yamamoto, Jimmy Choo, Prabal Gurung, Jason Wu, Rei Kawakubo, Issey Miyake, memang membawa nama Asia ke kancah fesyen internasional. Akan tetapi, harus diakui bahwa hingga saat ini Asia belum memiliki presence yang kental dalam term `Fashion`. Jika menyebut kata itu atau kata `Mode`, nuansa atau referensi yang muncul dalam pikiran adalah label-label Eropa dan Amerika.

Uniqlo asal Jepang yang berdiri sejak tahun 1949 menjadi salah satu contoh konkret dari eksistensi kuat yang merepresentasikan Asia di dunia fesyen. Seperti dilansir dari artikel `The Future of Fashion Retailing Revisited: Part 1 – Uniqlo` di Forbes.com, Uniqlo memasuki pasar Amerika pada tahun 2005 dan targetnya kini adalah memiliki 100 gerai dan mencapai penjualan sebesar US$ 10 milyar di Amerika sampai tahun 2020. Sebagai sebuah brand Asia bertaraf internasional, Uniqlo hadir secara global di 14 negara.

Nasib Asia di dunia mode tentu harus dibangun dengan kerja cerdas dan kerja keras dari insan-insan fesyen di dalamnya. Spotlight yang mulai didapat oleh negara-negara Asia jangan sampai sia-sia karena mudahnya berbangga diri bahwa kini fashion show ataupun fashion exhibition ternama menghampiri. Bukan juga untuk `merengek` mendapat affirmative action dari label-label mapan yang datang, namun kesempatan ini perlu secara efisien dimanfaatkan untuk Asia secara proaktif berupaya melibatkan diri dalam percakapan kreatif dengan mereka.

Korea dengan laju kepopuleran kultur K-Pop, yang didalamnya fesyen menjadi salah satu unsur penting, punya peluang yang lebih luas untuk melancarkan misi tersebut. Terlebih lagi kala mempertimbangkan sosok-sosok desainer Korea seperti Taeyong Ko, Seunghee Lee dan Juyoung Lee yang diberitakan situs Vogue pada awal 2015 terkait partisipasi mereka di New York Fashion Week.

(bio/igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini