Sukses

Jersey Unik di Gelaran Tour de Borobudur Didesain oleh Penyandang Disabilitas

Anak berkebutuhan khusus (ABK) asal Solo, Jawa Tengah, Jason Santoso memberikan kontribusi penting dalam ajang gelaran Jateng Tour de Borobudur (TdB) XXII 2022.

Liputan6.com, Jakarta Anak berkebutuhan khusus (ABK) asal Solo, Jawa Tengah, Jason Santoso memberikan kontribusi penting dalam ajang gelaran Jateng Tour de Borobudur (TdB) XXII 2022.

Ia dan anak-anak disabilitas lain yang berada di bawah binaan brand pakaian Zoleka diberi kehormatan untuk mendesain jersey atau pakaian para atlet dan pesepeda yang mengikuti gelaran tersebut. Hal ini menjadi keunikan tersendiri dari gelaran TdB tahun ini.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, perbedaan penyelenggaraan tahun ini memang tidak terlalu banyak dibandingkan sebelumnya. Tetapi hal baru yang dihadirkan kali ini begitu istimewa, karena melibatkan anak penyandang disabilitas dan berkebutuhan khusus.

“Para penyandang disabilitas kita ajak untuk mendesain, hasilnya ditempelkan pada jersey yang ada di acara nantinya. Jadi bedanya sekarang jersey kita buat dengan desain unik, dari anak-anak berkebutuhan khusus,” kata Ganjar mengutip keterangan di laman remi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Kamis (10/11/2022).

Jersey yang dikenakan oleh peserta Jateng Tour de Borobudur XXII pada 5-6 November 2022 bernuansa meriah dengan ada unsur gambar makanan, tempat wisata, dan unsur seni budaya berupa wayang.

Menurut Ganjar, keterlibatan penyandang disabilitas atau anak berkebutuhan khusus, merupakan wujud dari tema yang diangkat oleh penyelenggara Tour de Borobudur XXII tahun 2022. Tema Recover Together Stronger, sebagai semangat kebangkitan bersama setelah dua tahun lebih dihantam pandemi COVID-19.

“Mudah-mudahan ini bagian dari cara kita berkolaborasi dan memberikan semangat pada kegiatan ini, termasuk partisipasi kepada mereka (penyandang disabilitas),” kata Ganjar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Promosi Wisata Olahraga

Selain penyandang disabilitas, gelaran kali ini juga melibatkan lebih banyak kalangan masyarakat. Termasuk pemerintah daerah yang wilayahnya dilewati oleh rute Tour de Borobudur XXII.

“Kami libatkan lebih banyak masyarakat, atletnya terlibat, desa-desanya terlibat. Beberapa bupati/wali kota di daerah yang kita lewati diajak karena mau promosikan pariwisata,” katanya.

Hal berbeda lain yang ditawarkan dalam gelaran Tour de Borobudur XXII adalah kembalinya penyelenggaraan event serentak.

Ganjar menjelaskan, selama pandemi COVID-19 event ini masih tetap dilaksanakan tetapi terbagi ke dalam 22 seri dalam beberapa pekan. Jumlah peserta tiap seri dalam gelaran sebelumnya juga dibatasi sekitar 50-100 pesepeda saja.

“Kemarin saat pandemi sangat beda karena kita batasi sehingga ada 22 kali menyelenggarakan dalam beberapa minggu. Hari ini kita laksanakan secara serentak. Saya harapkan ini memacu atlet kita untuk makin berprestasi, tourism-nya bisa jalan lagi, sehingga sport tourism-nya sekarang bisa kita lakukan,” jelasnya.

3 dari 4 halaman

Pertemuan dengan Martin

Dalam rangkaian acara yang sama, ada sebuah kejadian yang menyentuh hati. Kejadian ini dibagikan Ganjar melalui video singkat di akun Instagramnya.

Ini merupakan video pertemuan Ganjar dengan penyandang autisme asal Bandung, Martin. Pertemuan tersebut cukup unik karena awalnya remaja usia 15 itu tidak mengenali Ganjar.

Video ini diunggah ulang oleh komunitas disabilitas Koneksi Indonesia Inklusif (Konekin). Dalam keterangan video disebutkan bahwa Martin dengan sabar menunggu kedatangan Ganjar sejak pagi.

Hingga akhirnya Ganjar berkeliling meninjau stan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Disabilitas di acara tersebut. Salah satunya adalah Zoleka. 

Saat itu, Martin yang juga anak binaan dari produk apparel tersebut masih sibuk menggambar dan tak sadar akan kehadiran Ganjar. Lalu pendampingnya memberitahu jika idolanya, Ganjar Pranowo datang. Namun Martin tak langsung mengenali Ganjar.

“Bapak siapa?” kata Martin.

“Hayo siapa,” jawab Ganjar.

“Siapa?”

“Siapa coba?”

“Ah enggak tahu Pak,” kata Martin dengan polosnya.

4 dari 4 halaman

Sempat Tak Kenal

Saat itu, Ganjar mengenakan pakaian untuk bersepeda (jersey) lengkap dengan topi. Hal inilah yang membuat Martin tak mengenali idolanya itu. Ia sempat berdiri dan dengan kesal menanyakan di mana Ganjar, padahal idolanya sudah ada di hadapannya.

“Katanya Pak Ganjar mau ke sini,” kata Martin dengan kesal kepada pendampingnya.

“Itu Pak Ganjar,” ujar pendampingnya.

“Pak Ganjar mana?” tanya Martin kepada Ganjar.

Sambil tertawa geli, Ganjar pun melepas topinya. Seketika Martin melompat dan berteriak sambil memeluk Ganjar.

Usai perjumpaan itu, Ganjar mengatakan perlu kesadaran tinggi bagi masyarakat awam untuk memahami anak-anak penyandang disabilitas.

“Ketulusan adalah satu-satunya bahasa universal yang paling mudah kita tangkap namun terkadang justru susah terungkap. Dia tidak terikat pada suku, agama bahkan negara. Tapi dia diikat kuat oleh perasaan bahwa ada cinta yang hendak dihaturkan,” kata Ganjar dalam keterangan video dikutip Kamis (10/11/2022).

“Kami banyak belajar darimu, Martin. Bagaimana kita fokus dan bersemangat untuk melakukan sesuatu dan membuat manfaat,” tambahnya.

Ganjar pun menjelaskan bahwa saat itu Martin sedang menggambar Jersey untuk memeriahkan acara sporturisme itu.

“Salah satu karya Martin berada pada Jersey Tour de Borobudur 2022, salah satu event sportourisme andalan Jawa Tengah. Terus semangat berkarya, Martin. Karena kamu adalah inspirasi bagi kita semua.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.