Sukses

Demi Amal, Pria Tunanetra Mengayuh Kayak di Sungai Thames Sendirian

Seorang pria yang telah kehilangan 80% penglihatannya mengayuh sepanjang Sungai Thames dengan kayak untuk mengumpulkan uang untuk amal.

Liputan6.com, Jakarta Seorang pria yang telah kehilangan 80% penglihatannya mengayuh sepanjang Sungai Thames dengan kayak untuk mengumpulkan uang untuk amal.

Dilansir dari BBC, Richard Simpson, dari Greenwich di London tenggara, terdaftar sebagai penyandang tunanetra pada tahun 2019 dan mengatakan dirinya ingin menyelesaikan tantangan sebelum ia kehilangan penglihatannya sepenuhnya.

"Saya resmi menyandang tunanetra tiga tahun yang lalu, tapi saya masih memiliki 20% penglihatan. Dengan sisa penglihatan itulah saya menggunakannya saat ini sebelum itu semua menghilang total dan saya melakukan ini untuk mengumpulkan amal untuk dikirim ke RNIB (Royal National Institute of Blind People)," ujar Simpson.

Pria yang kini berusia 61 tahun tersebut telah berkemah di sepanjang rute dan hampir menyelesaikan perjalanan sejauh 215 mil (346 km).

"Saya bertekad berkayak di sepanjang Sungai Thames yang sepanjang hampir 200 mil. Kini saya sedang di pintu air Teddington. Saya sudah berkayak sejauh 150 mil hingga kini, sangat lambat. Bahkan saya mungkin lebih banyak menghabiskan waktu berbincang dengan orang-orang daripada saya berkayak," jelas Simpson.

Sepanjang itu, ia mengaku telah menemukan berbagai karakter orang-orang yang membuatnya takjub.

"Saya telah bertemu beberapa karakter menakjubkan di sepanjang perjalanan saya di Thames. Saya kehilangan kemampuan melihat saya sejak tiga setengah tahun yang lalu dan saya telah menentukan target yang sedikit menantang saya."

"Dua minggu pertama saya berkemah, saya mengangkut tenda saya sendiri di atas perahuku, di atas kayakku, dan saya berkemah di pintu air, tapi kini saya telah sampai di London, sedangkan kayak yang saya pakai adalah jenis inflatable jadi setiap malam saya mengempiskannya dan pulang ke rumah, tidur di kasur yang benar dan kembali pagi berikutnya."

"Mungkin itu akan memakan waktu yang lebih lama bagi saya daripada kebanyakan orang, tetapi saya sudah melakukannya, dan semua orang yang mengatakan, 'tidak, Anda tidak bisa melakukannya sendiri', Anda salah," tambah Simpson.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perspektif Pendayung Tunanetra

 

 

Program Dayung yang Diadaptasi di California Polytechnic State University (Cal Poly) didirikan pada tahun 2001, memiliki kayak yang cukup untuk memungkinkan 12 siswa dan enam anggota komunitas penyandang disabilitas untuk berpartisipasi dalam program setiap kuartal.

Salah seorang peserta menuliskan hasil wawancaranya dengan peserta kayak tunanetra di blognya.

Salah satu peserta bernama Dana Holland, pria berusia 54 tahun yang lahir dan besar di dekat Atascadero, California. Dana mulai kehilangan penglihatannya sekitar 16 tahun yang lalu dan hari ini buta secara fungsional.

Pada awalnya, ketika Dana mulai pulih dari keterpurukannya karena kehilangan penglihatannya, ia mencoba untuk berpartisipasi dalam kegiatan komunitas tetapi merasa seperti ia tidak tahu bagaimana menavigasi lingkungannya dengan percaya diri.

 

3 dari 4 halaman

Kekhawatiran Dana

Ia mencatat salah satu hal tentang tunanetra adalah kekhawatiran orang lain terhadap Anda. 

“Anda terus-menerus mendengar, 'Oh, permisi. Maaf, saya minta maaf. Oh, kemarilah, saya akan membantu Anda.’ Itu karena kebaikan hati orang-orang tetapi itu menjadi berlebihan," kenangnya.

 

4 dari 4 halaman

Kesempatan Berpartisipasi

Ia menyatakan program ini karena memberinya kesempatan untuk berpartisipasi dalam sesuatu sendiri, di luar rumah.

“Saya juga menyukainya karena pendidikan yang diberikan kepada anak-anak ini, memaparkan mereka kepada orang-orang dengan kemampuan berbeda. Saya suka mengatakan 'kemampuan' daripada 'ketidakmampuan/disabilitas' karena beberapa hal yang dapat kita lakukan dengan apa yang kita miliki sangat menakjubkan!”

Dana juga mencatat bahwa partisipasinya dalam berkayak membantunya merasa lebih aman jika sewaktu-waktu terjadi bencana seperti banjir dan membantunya mengungsi nanti.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.