Sukses

Mimpi pada Penyandang Disabilitas Netra, Apa Ada Tampilan Visual?

Mimpi adalah hal biasa yang dialami setiap orang, baik disabilitas maupun non difabel pada saat tidur.

Liputan6.com, Jakarta Mimpi adalah hal biasa yang dialami setiap orang, baik disabilitas maupun non difabel pada saat tidur.

Mimpi biasanya hadir seperti film yang menampilkan tokoh atau tempat yang pernah maupun tak pernah dilihat di kehidupan nyata. Namun, sebagian orang mempertanyakan, apakah penyandang disabilitas netra juga bermimpi, bagaimana mimpi yang dialaminya?

Ahli saraf bersertifikat sekaligus sleep medicine specialist Brandon Peters, MD mengatakan bahwa penyandang disabilitas netra juga bermimpi.

“Apa yang diimpikan oleh penyandang disabilitas netra akan berbeda berdasarkan faktor-faktor salah satunya usia di mana mereka kehilangan penglihatan,” kata Brandon mengutip Very Well Health, Jumat (30/9/2022).

Orang yang tidak menyandang disabilitas netra sejak lahir dapat bermimpi seperti orang pada umumnya. Ia melihat warna, gambar, dan suasana di dalam mimpinya. Namun, orang yang mengalami disabilitas netra sejak lahir tidak dapat melihat gambar, warna, atau suasana. Mereka mengalami mimpi berdasarkan indera lain misalnya hanya berupa suara.

Tidur hingga bermimpi dikaitkan dengan tahap tidur yang disebut tidur rapid eye movement (REM). Selama tidur REM, orang akan mengalami perubahan fisiologis seperti relaksasi otot dalam, pernapasan lebih cepat, dan peningkatan aktivitas otak.

Pada beberapa kesempatan, tidur REM akan menyebabkan sekitar dua jam bermimpi, dipecah oleh tahap tidur bergantian lainnya.

Terkait mimpi, beberapa peneliti percaya bahwa itu hanyalah cara pikiran untuk mengkonsolidasikan ingatan. Artinya mimpi berkaitan dengan pengalaman dan sensasi kehidupan yang dirasakan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sensasi Mimpi Penyandang Disabilitas Netra

Dalam konteks ini, penglihatan adalah komponen utama dari memori. Namun, penglihatan bukanlah indera yang berfungsi pada penyandang disabilitas netra. Mimpi mereka cenderung berkaitan dengan pengalaman rasa, sentuhan, penciuman, kesadaran spasial, dan pendengaran.

Selama ada kenangan dan sensasi yang dapat dihubungkan, seseorang akan bermimpi terlepas apa orang itu bisa melihat atau tidak.

Ketika kebanyakan orang berpikir tentang mimpi, mereka mengenali citra visual yang intens yang dibuat di alam mimpi. Bagi banyak orang, ini seperti menonton film di kepala seseorang. Mimpi ini juga bisa melibatkan elemen lain dari pengalaman itu, termasuk suara, sentuhan, rasa, dan bau. Meski begitu, pengalaman visual tetap memainkan peran sentral.

Sebagian besar mimpi mengandung ciri-ciri yang kinestetik atau berhubungan dengan gerakan serta pendengaran. Kurang dari 1 persen mimpi melibatkan sensasi penciuman (bau), gustatory (rasa), atau taktil (sentuhan).

Sedangkan, pada orang dengan disabilitas netra, sensasi penciuman, rasa, dan sentuhan lebih sering terjadi saat bermimpi.

3 dari 4 halaman

Bisa Mengalami Mimpi Visual?

Sebagian penyandang disabilitas netra juga bisa mengalami mimpi visual layaknya orang yang bisa melihat.

Seperti dikatakan Brandon sebelumnya, ini sangat tergantung pada tingkat gangguan penglihatan serta kapan mereka mulai tak dapat melihat.

“Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang menjadi disabilitas netra setelah usia 7 tahun mempertahankan kemampuan untuk "melihat" gambar dalam mimpi mereka.”

Namun, semakin lama mereka menjadi penyandang disabilitas netra, maka seiring berjalannya waktu mereka semakin jarang mengalami mimpi visual.

“Mereka yang disabilitas netra sejak lahir tidak (mengalami mimpi visual), tetapi otak mereka dapat membangun gambar ‘virtual’ melalui pendengaran, sentuhan, dan kombinasi indera lainnya.”

Meskipun orang yang disabilitas netra sejak lahir tidak akan memiliki mimpi visual, tapi banyak yang akan mengalami hubungan spasial. Ini memungkinkan mereka untuk membentuk representasi imajiner dari ukuran, skala, posisi, atau pergerakan orang dan objek.

“Intinya, mereka ‘mengenali’ waktu, tempat, dan orang dengan cara yang sama seperti yang dilakukan orang awas saat bermimpi.”

4 dari 4 halaman

Cenderung Mengalami Mimpi Buruk

Sementara isi mimpi tidak berbeda antara disabilitas netra dan orang yang melihat, ada perbedaan dalam intensitas emosi tertentu.

Menurut sebuah studi tahun 2014 yang diterbitkan dalam Sleep Medicine, orang yang lahir dengan disabilitas netra cenderung mengalami mimpi buruk yang lebih agresif daripada mereka yang memiliki penglihatan atau yang menjadi disabilitas netra di kemudian hari.

“Ini mungkin karena ketidakmampuan untuk membangun gambaran mental yang membuat ingatan dan sensasi lebih mudah untuk diamati dan diproses. Tanpa rasa hubungan spasial, mimpi bisa menjadi lebih terpisah, tidak teratur, dan kacau.”

Teori lain menunjukkan mimpi buruk lebih sering terjadi pada orang yang terlahir dengan disabilitas netra karena mereka memiliki tingkat pengalaman mengancam yang lebih tinggi dalam kehidupan sehari-hari.

“Ini adalah fenomena yang juga dialami oleh orang-orang yang terlahir Tuli, yang juga lebih cenderung mengalami mimpi buruk.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.