Sukses

Di Taipei, Dokter Merawat Pasien Cerebral Palsy Dibantu Robot Canggih

Taipei Medical University Hospital (TMUH) memamerkan perawatan baru untuk cerebral palsy.

Liputan6.com, Jakarta Robot dengan augmented reality (AR) rupanya sangat membantu petugas medis dalam merawat pasien, terutama pasien terapi seperti penyandang cerebral palsy.

Dilansir dari Taipei Times, Taipei Medical University Hospital (TMUH) memamerkan perawatan baru untuk cerebral palsy. Pihak Rumah Sakit tersebut mengklaim bahwa teknologi ini dapat membantu meningkatkan kecepatan berjalan dan kekuatan cengkeraman.

Pengawas TMUH Chiou Jeng-fong (邱仲?) mengatakan bahwa cerebral palsy adalah salah satu penyebab paling umum dari keterbatasan anak, dan rumah sakit sedang mencari strategi intervensi dini.

Mereka memiliki tim interdisipliner khusus, termasuk dokter anak, ahli bedah saraf dan ahli fisioterapi, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik anak-anak dengan cerebral palsy.

Seminarnya di rumah sakit dirancang untuk membantu masyarakat dan orang tua dari anak-anak dengan cerebral palsy memahami beberapa metode pengobatan baru untuk gangguan tersebut, termasuk penggunaan robot rehabilitasi ekstremitas atas atau bawah, suntikan toksin botulinum, pengobatan regeneratif dan perawatan kesehatan holistik.

Wakil inspektur TMUH Tseng Sung-Hui, seorang dokter yang hadir di departemen rehabilitasi rumah sakit, mengatakan bahwa dari 2012 hingga Desember tahun lalu, rumah sakit tersebut merawat 311 anak-anak dengan cerebral palsy, terhitung sekitar 7 persen orang dengan gangguan tersebut.

"Tahun lalu, perangkat rehabilitasi bantuan robotik digunakan untuk rehabilitasi ekstremitas (anggota gerak) atas atau bawah anak-anak dengan cerebral palsy dalam 325 sesi terapi, dan semua anak menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kemampuan dan kecepatan berjalan mereka, atau kekuatan genggaman," tambahnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Robot Memiliki Sensor untuk Membantu Motorik Pasien

Rumah sakit tersebut menjelaskan bagaimana perangkat tersebut dapat membantu pasien. Mereka menjelaskan bahwa sistem rehabilitasi bantuan robotik menggunakan perangkat penopang berat badan bagi seseorang dengan cerebral palsy untuk melatih keseimbangan dan gaya berjalan di atas treadmill.

Ia juga memiliki sensor, dan instrumen realitas virtual dan augmented untuk umpan balik waktu nyata, memungkinkan orang tersebut untuk belajar kembali dan berlatih berjalan dengan kecepatan mereka sendiri selama rehabilitasi setelah operasi.

"Sesi terapi tidak hanya membantu anak-anak mendapatkan kembali gerakan fungsional sehingga mereka dapat menghadiri kegiatan sekolah dan menyelesaikan pekerjaan rumah, tetapi juga membantu mereka mendapatkan kembali kepercayaan diri dalam situasi sosial dan meningkatkan kualitas hidup keluarga mereka," kata Tseng.

 

3 dari 4 halaman

Penyebab Cerebral Palsy

Cerebral palsy adalah sekelompok gangguan yang memengaruhi gerakan dan koordinasi otot. Orang yang hidup dengan cerebral palsy dapat memiliki masalah neurologis dan muskuloskeletal yang memengaruhi postur, persepsi sensorik, komunikasi, gerakan, dan fungsi lainnya. Dalam banyak kasus, cerebral palsy juga memengaruhi penglihatan, pendengaran, dan sensasi.

Kata “cerebral” berarti berhubungan dengan otak. Kata “palsy” berarti kelemahan atau masalah dengan gerakan tubuh. Cerebral palsy adalah penyebab paling umum dari cacat motorik di masa kanak-kanak.

 

4 dari 4 halaman

Penyebab Cerebral Palsy

Penyebab cerebral palsy secara pasti belum diketahui hingga saat ini. Secara umum penyebab cerebral palsy dipicu oleh perkembangan otak yang tidak normal atau kerusakan pada otak yang sedang berkembang yang mempengaruhi kemampuan anak untuk mengontrol otot-ototnya.

Perkembangan otak yang tidak normal atau kerusakan yang menyebabkan cerebral palsy dapat terjadi sebelum lahir, saat lahir, dalam waktu satu bulan setelah lahir, atau selama tahun-tahun pertama kehidupan anak, saat otak masih berkembang. Menurut Pusat Pengendalian Penyakit (CDC), sebagian besar kasus kondisi ini dibawa sejak dalam kandungan atau merupakan kondisi bawaan.

Ini berarti mereka dihasilkan dari kerusakan otak atau perkembangan otak atipikal yang terjadi sebelum kelahiran, selama kelahiran, atau pada bulan pertama kehidupan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.