Sukses

Asosiasi Penyandang Disabilitas Mental Kritik Adegan di Film Korea The Roundup

Asosiasi penyandang disabilitas meminta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Korea (Nhrck) untuk mengambil tindakan terhadap film populer "The Roundup" terkait adegan yang menggambarkan penyandang disabilitas mental.

Liputan6.com, Jakarta Film yang tengah naik daun di Korea saat ini, 'The Roundup' yang bahkan telah melampaui 12 juta penjualan tiket di cabang CGV Yongsan per 19 Juni ini terdapat skandal di baliknya, terlebih karena ini melibatkan disabilitas mental.

Asosiasi penyandang disabilitas meminta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Korea (Nhrck) untuk mengambil tindakan terhadap film populer "The Roundup" terkait adegan yang menggambarkan penyandang disabilitas mental.

Dilansir dari Korea JoongAng Daily, beberapa kelompok termasuk The Research Institute of the Differently Abled Person's Right di Korea mengadakan acara pers di depan gedung Nhrck di Distrik Jung, pusat Seoul, pada hari Kamis dan menuntut untuk “menghentikan pemutaran 'The Roundup,' yang merawat pasien dengan disabilitas mental sebagai penjahat.”

Adegan yang dimaksud mengacu pada awal film ketika seorang pria yang mengenakan gaun pasien rumah sakit mengancam polisi dengan pisau saat ia menyandera dua wanita di sebuah supermarket. Dalam adegan itu, karakter lain menyebut pria itu sebagai "orang gila" yang "melarikan diri dari rumah sakit jiwa."

Asosiasi tersebut mengkritik adegan tersebut karena “menggambarkan orang-orang dengan disabilitas mental sebagai penjahat yang kejam dan berbahaya, dan membuat [publik] menganggap mereka sebagai makhluk yang tidak terduga dan agresif.”

"Kami menyesal bahwa film populer yang penjualan tiketnya melampaui 10 juta menyebarkan citra negatif tentang orang-orang dengan disabilitas mental."

Asosiasi tersebut berpendapat bahwa mereka mengirim pernyataan mengenai adegan tersebut kepada kru produksi film pada 14 Juni tetapi mereka belum meminta maaf, menyatakan bahwa mereka "tidak berniat" untuk memberikan pesan semacam itu.

Asosiasi menuntut permintaan maaf publik dan pertemuan dengan kru produksi film tersebut.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Drakor yang mengangkat isu disabilitas

Dari sekian banyak drama Korea (Drakor) yang menyertakan penyandang disabilitas, ada beberapa rekomendasi yang bisa menjadi alternatif hiburan bagi Anda. 

Dikutip IMDB, berikut serial drama yang melibatkan penyandang Disabilitas Fisik yang tak kalah seru lho. 

1. The Devil Judge (2021)

Di serial drama ini, keponakan adik jaksa, Kang Elijah memerankan pengguna kursi roda. Ia memiliki masa kecil yang normal hingga kakinya tertimpa beban berat dan membuatnya mengandalkan kursi roda untuk berpindah tempat.

Menariknya, ia menunjukkan tekad bahwa meskipun ia penyandang disabilitas, itu tidak membatasinya dalam berprestasi di bidang pendidikan. Bahwa ia mampu memupuk pengetahuan meskipun dari atas kursi rodanya.

2. Healer (2014)

Choi Myung Hee adalah karakter yang duduk di kursi roda dalam drama Healer. Ia awalnya adalah wanita sehat, hingga kecelakaan yang membuat kakinya lumpuh.

3. Who Are You (2008)

Di serial drama ini ada satu karakter pengguna kursi roda, yaitu Yang Ji Sook. Dikutip Viu, drama ini mengisahkan cerita antara Yang Shi On (diperankan oleh So Yi Hyun), seorang wanita yang mampu melihat arwah setelah bangun dari koma selama 6 tahun dan Cha Gun Woo (diperankan oleh Ok Taec Yeon), seorang pria yang hanya percaya pada bukti yang kuat.

Kedua detektif itu mulai memahami satu sama lain saat mereka mencoba membantu arwah-arwah yang melekat pada benda-benda di pusat pencarian barang hilang untuk beristirahat dengan tenang.

 

3 dari 4 halaman

4. Our Blues (2022)

Drama Korea Our Blues menujukkan betapa pemeran disabilitasnya benar-benar dari seorang penyandang disabilitas asli. Ini mendorong industri perfilman agar lebih inklusif saat proses casting. Selain menambah lowongan kerja bagi penyandang disabilitas dan memperluas cakupan penonton dari kalangan pemerhati inklusivitas, menyertakan karakter dengan disabilitas aslinya akan membantu plot cerita tidak menyeleweng dari fakta tentang disabilitas itu sendiri.

Di drama Our Blues ini, ada satu karakter penyandang Down Syndrome yang memiliki saudara kembar non-difabel. Ini benar pada nyatanya, satu saudara kandung bisa ada yang memiliki disabilitas sementara yang lainnya tidak. Yang memerankannya adalah Lee Jung Eun, penyandang Down Syndrome bertalenta. Di luar perannya sebagai aktris difabel, ia juga seorang seniman. Gambar-gambarnya ditunjukkan dalam film yang merupakan lukisannya sendiri.

 

4 dari 4 halaman

5. It's Okay To Not Be Okay (2020)

Di serial drama ini, Seo Ye Ji memerankan Ko Moon Young, seorang penulis buku anak-anak dengan Anti Sosial Personality Disorder. Ia berhasil menunjukkan pola perilaku dan kepribadian seseorang dengan kondisi ini, misalnya tidak mengikuti norma masyarakat.

Kondisinya ini terjadi karena sewaktu kecil mengalami kejadian traumatis berulang-ulang. Selain dirinya, kakak laki-laki Kang Tae, Moon Sang Tae memiliki Autism Spectrum Disorder (ASD). Meskipun pemerannya bukan penyandang disabilitas sungguhan, namun ia mewujudkan perannya dengan baik, seperti perilaku berulang, rutinitas yang tidak bisa diprediksi hingga kesulitan dalam interaksi sosial.

6. Good Doctor (2013)

Drama Korea pertama yang diremake oleh perusahaan besar Amerika Serikat ini, juga telah diremake versi Jepangnya, menonjolkan pemeran utama yang meskipun menyandang ASD, ia mampu menjadi dokter. Film ini juga menunjukkan hambatan-hambatan yang dialami penyandang ASD di kehidupan sehari-hari.

Di dunia nyata, benar-benar sudah ada penyandang autisme yang menjadi dokter hewan di Swanbridge Veterinary Hospital in North Ferriby, East Yorkshire, dikutip dari BBC. Bahkan menurut BBC, dokter hewan ini juga menderita dispraksia dan Ehlers-Danlos Syndrome yang mempengaruhi mobilisasinya. Ia juga didiagnosis dengan kelainan fungsi neurologis (FND), gejala akibat masalah dalam sistem saraf. Sehingga ia untuk berpindah tempat sangat mengandalkan kursi rodanya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.