Sukses

Penyandang Disabilitas Mulai Terganggu Kafe Trotoar di New York

Sejak kafe trotoar di New York di legalkan per tahun 2020, popularitas tipekafe ini bagai tak ada habisnya. Yang disayangkan, banyak trotoar di pusat kota itu tidak dapat diakses oleh penyandang disabilitas.

Liputan6.com, Jakarta Sejak kafe trotoar di New York di legalkan per tahun 2020, popularitas tipe kafe ini bagai tak ada habisnya. Kafe trotoar ini dilegalkan jika terdaftar di bawah lisensi Business and Planning Act 2020.

Yang disayangkan, banyak trotoar di pusat kota itu tidak dapat diakses oleh penyandang disabilitas.

Hal ini sebanrnya sudah pernah dibahas tahun lalu, tahun 2021, dimana advokat disabilitas mengajukan keluhan atas kafe trotoar yang dianggap tidak sesuai janji pemerintah atas kesetaraan seputar ini. Beberapa gugatan yang diajukan saat The City of York Council Licensing and Regulatory Committee 26 April 2021 lalu yaitu:

- Ketika lisensi kafe trotoar diberikan kepada pebisnis di New York, kebutuhan penyandang disabilitas tidak diperhitungkan

.- Kafe trotoar memiliki dampak besar pada banyak penyandang disabilitas, misalnya pengguna kursi roda dan alat bantu mobilitas, orang tunanetra dan orang-orang dengan mobilitas terbatas

- Untuk penyandang tunanetra, kafe trotoar menempatkan bahaya fisik di jalan yang dapat menyebabkan cedera dan hilangnya kepercayaan diri

- Tidak ditemukannya kafe trotoar mana pun yang dengan hati-hati memikirkan bagaimana pelanggan penyandang disabilitas akan menggunakan kafe.

- Toilet umum baru yang telah ditambahkan di Parliament Street tidak termasuk toilet yang dapat diakses penyandang disabilitas- Jarak sosial sekarang bahkan lebih sulit bagi banyak warga difabel dipusat kota

- Itu menjadikan New York sepertinya bukan tempat yang ramah bagi penyandang disabilitas.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kata penyandang disabilitas

Dilansir dari BBC, beberapa penyandang disabilitas mengungkapkan pendapat mereka tentang hal itu. Setiap yang diwawancara mengakui kalau popularitas kafe trotoar di York telah membuat pusat kota tidak dapat diakases oleh mereka.

"Saya merasa marah. Saya juga warga yang membayar pajak wajib. Saya sudah tinggal disini selama 26 tahun. Namun kini saya merasa pusat kota semakin sulit diakses oleh saya, dan saya marah karenanya," ujar Glynis Garner, penyandang tunanetra yang melintas melewati trotoar bersama anjing pembantunya.

Jade Puckering, warga tunanetra yang juga melintasi trotoar juga mengungkapkan kecemasannya kini setiap kali harus melintasi trotoar.

"Jika Anda tidak dapat melihat, mungkin Anda akan merasakan juga betapa menakutkannya mencoba menyeberangi jalan raya. Bahkan dengan penglihatan yang terbatas, Anda tidak dapat melihat rintangannya. Itu yang saya pikir membuatnya lebih menakutkan," jelas Jade.

 

3 dari 4 halaman

Penyandang disabilitas kesulitan beraktivitas

Karena semakin banyaknya kafe yang menggunakan tempat duduk outdoor, para penyandang disabilitas ini kesulitan untuk beraktivitas.

“Jarak itu penting bagi penyandang disabilitas. Untuk terus-menerus menyeberang jalan ini untuk menghindari semua halangan, Anda harus melewatinya tiga kali. Saya tidak menentang kafe trotoar tetapi mereka harus berada di tempat yang tepat. Artinya jika jalanannya terlalu sempit, itu tidak pantas," jelas Elick Williams, juru kampanye hak-hak disabilitas.

 

4 dari 4 halaman

Pebisnis diuntungkan

Sementara salah satu pebisnis kafe trotar, Sarah Lakin, sangat mengandalkan pelanggan yang bisa makan di luar. Ia menyukai kafe trotoar karena dengan meletakkan beberapa kursi dan meja di trotoar menandakan kafenya sudah dibuka dan bisnisnya terlihat hidup.

"Dengan meletakkan beberapa kursi dan meja, itu memberi sinyal kepada semua orang bahwa kafe telah buka. Dengan demikian, itu memungkinkan orang untuk datang sambil minum kopi dan duduk di luar, yang merupakan iklan kecil, jadi tanpa ini. Saya hanya terlihat seperti bisnis mati," ujar Sarah dari The Fossgate Social. Namun ia sendiri menginginkan setiap orang di kota tersebut bisa menikmati pusat kota. Ia tidak ingin mengatakan tidak kepada siapapun, tidak ingin ada kelompok yang dikucilkan.

Fakta ini tampak tidak sejalan dengan komitmen dewan New York City yang berkomitmen untuk memastikan bahwa pusat kota dapat diterima oleh semua orang. Meskipun dikatakan mereka menyadari kekhawatiran tentang kafe trotoar dan soal masalah identifikasi keamanan lisensi harus ditinjau.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.