Sukses

10 Ilmuwan Disabilitas yang Berhasil Temukan Inovasi Penting di Dunia

Para penyandang disabilitas memiliki potensi dalam bidang keahlian masing-masing termasuk di bidang sains.

Liputan6.com, Jakarta Para penyandang disabilitas memiliki potensi dalam bidang keahlian masing-masing termasuk di bidang sains.

Seperti pada bidang lainnya, dunia sains acap kali sulit diakses oleh para difabel. Tata letak fisik laboratorium, atau lokasi lapangan, dan desain instrumennya dapat membuat sains benar-benar tidak dapat diakses oleh beberapa ilmuwan yang disabilitas.

Sementara representasi ilmuwan penyandang disabilitas telah meningkat, banyak yang masih memilih untuk tidak mengungkapkan disabilitasnya karena stigma yang mengakar di institusi. Meskipun demikian, ada banyak ilmuwan disabilitas yang temuannya sangat penting bagi kehidupan masyarakat sehari-hari.

Berikut 10 ilmuwan disabilitas yang bisa menjadi inspirasi bagi penyandang disabilitas lain seperti dilansir dari Disability Horizons:

Thomas Edison

Thomas Edison lahir pada 1847, Ia kehilangan sebagian besar pendengarannya pada awal usia 20-an. Dia bekerja di bidang telegrafi — mengirimkan informasi melalui sistem komunikasi — di mana dia berkembang sebagai inovator dan penemu.

Di lab Thomas New Jersey, ia mengembangkan perangkat audio, menemukan bola lampu pijar, dan membantu melahirkan industri film.

Ralph Braun

Setelah diagnosis distrofi otot, Ralph Braun mengembangkan perangkat mobilitas yang inovatif. Beberapa temuan Ralph yang erat kaitannya dengan aksesibilitas adalah skuter bermotor, kendaraan yang dapat diakses kursi roda, dan lift kursi roda.

Dia memiliki harapan besar agar individu penyandang disabilitas bisa mengenyam pendidikan dan mendapat pekerjaan dalam bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika. Ralph, yang meninggal pada tahun 2013, dikenal sebagai “Bapak Gerakan Mobilitas.”

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Berikutnya

Sang-Mook Lee

Lahir di Korea dan dilatih sebagai ahli kelautan, Sang-Mook Lee mengajar di Amerika Serikat ketika sebuah kecelakaan mobil pada tahun 2006 melumpuhkannya dari bahu ke bawah.

Pengalaman tersebut memberi dorongan yang lebih besar bagi Lee untuk menjadi seorang ilmuwan dan sebagai pendidik. Lee mengadvokasi pengembangan teknologi bantu untuk pendidikan sains dan teknik sambil melanjutkan penelitiannya sendiri.

Stephen Hawking

Setelah diagnosis amyotrophic lateral sclerosis - suatu bentuk penyakit neuron motorik - pada usia 21, Stephen Hawking menghabiskan beberapa dekade bekerja sebagai ahli matematika dan fisikawan.

Stephen menggunakan kursi roda, synthesizer suara, dan teknologi lainnya untuk meneliti, menulis, dan berkomunikasi. Dia menyumbangkan teori-teori inovatif tentang asal usul alam semesta, lubang hitam (black hole), radiasi, dan banyak lagi.

Stephen juga menerbitkan, mengajar, dan memenangkan banyak penghargaan atas kontribusi ilmiahnya sebelum kematiannya pada tahun 2018.

Richard Mankin

Ahli entomologi riset Richard Mankin menjabat sebagai presiden Foundation for Science and Disability dan mengatakan dia “dilahirkan untuk menjadi ilmuwan.”

Richard memakai penyangga di kakinya dan menggunakan kruk untuk berjalan saat melakukan penelitian lapangan sebagai bagian dari karyanya tentang bagaimana serangga menggunakan bau dan suara.

3 dari 4 halaman

Ilmuwan Lainnya

Geerat Vermeij

Geerat Vermeij adalah ahli biologi evolusioner yang menyandang disabilitas netra sejak kecil. Dia menggunakan sentuhan dalam karyanya dengan moluska saat dia menyelidiki spesies yang punah dan pemangsanya.

Geerat memfokuskan minatnya pada alam dan sejarah alam, minat ini didukung oleh orangtua dan guru yang selalu memberi dorongan sepanjang hidupnya.

Geerat menyatakan bahwa disabilitas netra telah membantunya mewujudkan mimpi sebagai ilmuwan karena ia menyadari bahwa disabilitas netra membuatnya menjadi "pengamat yang lebih baik," mengutip Disability Horizons Senin (30/5/2022).

Farida Bedwei

Insinyur perangkat lunak Farida Bedwei menyandang cerebral palsy (lumpuh otak). Dia mengembangkan perangkat lunak cloud yang sekarang digunakan oleh lebih dari 100 perusahaan keuangan di negara asalnya, Ghana.

Ia juga telah menerbitkan buku anak-anak untuk mendidik orang-orang tentang disabilitas dari perspektif penyandangnya.

Ia adalah salah satu pengusaha paling sukses di benua Afrika dan memenangkan penghargaan atas kepemimpinannya di bidang keuangan.

4 dari 4 halaman

Selanjutnya

Hamied Haroon

Penasihat karier sempat mengatakan kepada Hamied Haroon bahwa dirinya akan kesulitan menggapai cita-cita sebagai dokter. Namun, tekadnya yang kuat untuk mengejar karier di bidang medis tak runtuh hanya karena kata-kata tersebut.

Hamied adalah penyandang penyakit keturunan Charcot-Marie-Tooth, yang menyebabkan kerusakan saraf.

Menggunakan kaliper dan kursi roda, Hamied terus beradaptasi dengan perubahan di tubuhnya. Ia mempelajari demensia dengan harapan dapat mengembangkan pengobatan yang lebih efektif untuk penyakit tersebut dengan menggunakan teknologi MRI.

Albert Einstein

Prestasi Albert Einstein di bidang matematika dan fisika bukan tanpa tantangan. Akibat disabilitas belajar yang dimiliki, konon dia tidak belajar berbicara sampai usia empat tahun dan sering dikonfrontasi oleh guru karena ketidakmampuannya untuk memahami konsep secepat siswa lain. Mungkin saja dia mengalami gejala disleksia.

Albert Einstein adalah seorang ilmuwan fisika teoretis yang dipandang luas sebagai ilmuwan terbesar pada abad ke-20.

Einstein lahir di Jerman pada 14 Maret 1879. Einstein mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistika dan kosmologi.

Edwin Krebs

Ahli biokimia pemenang hadiah Nobel Edwin Krebs membuat penemuan sensasional pada 1950-an.

Penemuannya terkait aktivitas seluler dalam tubuh manusia yang membawa pemahaman yang lebih besar tentang hormon, rentang kehidupan sel, dan bahkan bagaimana tubuh dapat menolak organ yang ditransplantasikan.

Penyandang gangguan pendengaran ini adalah salah satu orang terakhir yang mengetahui bahwa dia akan mendapatkan Nobel pada tahun 1992 karena dia tidak dapat mendengar telepon berdering.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.