Sukses

Studi Global Ungkap Adanya Malnutrisi hingga 40 Persen pada Anak Cerebral Palsy

Sebuah tinjauan sistematis dan meta-analisis yang diterbitkan di Public Health, memperkirakan prevalensi malnutrisi global di antara anak-anak dengan cerebral palsy (CP) adalah 40%.

Liputan6.com, Jakarta Sebuah tinjauan sistematis dan meta-analisis yang diterbitkan di Public Health, memperkirakan prevalensi malnutrisi global di antara anak-anak dengan cerebral palsy (CP) adalah 40%.

Dilansir dari neurologyadvisor, Anak CP sering mengalami malnutrisi. Studi sebelumnya memperkirakan status gizi anak-anak dengan CP telah menyimpang dalam parameter diagnosis, baik itu berdasarkan parameter Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Pusat Statistik Kesehatan Nasional (NCHS), atau kriteria khusus mereka sendiri. Setiap set kriteria berbeda. Beberapa studi meta-analisis memperkirakan kekurangan gizi di antara anak-anak ini tidak meyakinkan.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji prevalensi malnutrisi dan kekurangan gizi pada anak-anak dengan CP.

Para peneliti mengidentifikasi 67 artikel (453.804 anak-anak) melalui database dan pencarian daftar referensi untuk studi observasional atau uji klinis. Sebagian besar penelitian diterbitkan antara 2008 dan 2019. Ada 46 studi kohort cross-sectional.

Sekitar setengah dari studi kohort dan 8 studi kasus-kontrol (72,72%) memiliki risiko bias yang rendah, berdasarkan skala Newcastle-Ottawa.

Sebanyak 23 dari 26 studi yang menggunakan kriteria WHO menggunakan kurva yang diusulkan terbaru. Lima penelitian menggunakan kriteria diagnostik spesifik untuk CP. Sedangkan 28 studi menggunakan indeks antropometri WA.

Sebanyak 9 studi yang menyelidiki defisiensi nutrisi paling sering melaporkan hipokalsemia dan penurunan konsentrasi serum seng, tembaga, dan vitamin D.

Enam studi menunjukkan perubahan motorik pada pasien dengan CP, termasuk mengunyah dan komplikasi gastrointestinal, mempengaruhi malnutrisi.

Dua puluh lima studi mengklasifikasikan status gizi dengan kriteria WHO.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Prevalensi stunting

Prevalensi stunting adalah 46,0% (95% CI, 31,0-61,0) pada 12 penelitian dengan heterogenitas tinggi. Sebuah meta-analisis subkelompok menunjukkan prevalensi yang sama di antara benua Afrika, (50%; 95% CI 37,0-62,0), Asia (58%; 95% CI 13.0-96.0), dan Amerika Selatan (44%; 95% CI 24.0-64.0), sedangkan prevalensi lebih rendah di Oseania (12%; 95% CI, 7,0-16,0).

Sebelas dari 17 studi cross-sectional dengan rasio berat-usia menunjukkan 40% anak-anak dengan CP kekurangan berat badan secara global (95% CI, 28,0-53,0 I2 95,37%).

Secara global, sekitar 30% anak-anak dengan CP mengalami wasting atau kurang gizi alias kurus (95% CI, 20,0-41,0 I2 = 90,75%), menurut 7 studi cross-sectional. Amerika Selatan dan Afrika memiliki angka yang sama, tetapi Asia memiliki angka yang lebih rendah (21,0%; 95% CI, 14,0-29,0).

Sekitar 36% anak-anak dengan CP mengalami wasting atau gizi kurang (95% CI, 22,9-51,0 I2 = 95,55%), 8 studi cross-sectional menunjukkan, secara global, sementara Oseania (7%; 95% CI, 4,0-12,0) memiliki prevalensi terendah. Amerika Selatan dan Afrika masing-masing memiliki prevalensi sekitar 37,5%. Asia merupakan benua dengan prevalensi tertinggi (53,0%; 95% CI, 32,0-44,0).

Sembilan penelitian menggunakan indikator Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Body Mass Index (BMI)-A.

 

3 dari 3 halaman

Hasil studi

Di seluruh benua, 41% anak-anak dengan CP memiliki gizi kurang (95% CI, 31,0-51,0). Prevalensi gizi kurang di Amerika Utara adalah 37% (95% CI, 19,0-57,0). Itu 46% di Eropa (95% CI, 39,0-53,0).

Keterbatasan studi termasuk konsentrasi studi di AS dan heterogenitas.

Para peneliti mencatat, “Kami menemukan tingkat malnutrisi yang tinggi pada populasi dalam tinjauan ini, terlebih lagi, kami menyarankan bahwa beberapa kekurangan gizi terkait dengan defisit makanan dan bahwa faktor sosial ekonomi dan usia anak-anak ini mungkin berhubungan dengan gizi buruk. hasil."

“Hal ini membuat pemantauan dan pengelolaan nutrisi yang dipersonalisasi diperlukan, sesuai dengan karakteristik dan kekhasan anak-anak dengan CP,” tambah mereka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini