Sukses

Tips Rayakan Valentine yang Inklusif di Sekolah

Hari valentine bukan hanya dirayakan untuk merayakan cinta kepada pasangannya namun juga kasih sayang pada sahabat.

Liputan6.com, Jakarta Hari valentine bukan hanya dirayakan untuk merayakan cinta kepada pasangannya namun juga kasih sayang pada sahabat.

Penulis Lisa Lightner, membagikan pengalaman beberapa orang yang ia temukan di Facebook dan memberi beberapa tips untuk merayakan hari Valentine yang ramah disabilitas.

Hal ini dilatarbelakangi beberapa kejadian yang kurang sesuai, kata dia. Seperti misalnya ada orang tua yang memposting kalau saat merayakan pesta Hari Kasih Sayang di sekolah, putrinya yang baru berumur 5 tahun diminta gurunya untuk mencantumkan nama di atas hadiah yang sudah disiapkan untuk temannya. Tapi putrinya itu memiliki spektrum autisme. Jadi ia akan menulis kalau ia mau (meskipun tulisannya sulit dibaca), atau tidak akan mau melakukannya jika ia tidak mau.

Tentu hal itu cukup membuat sang orang tua kewalahan dan merasa keberatan dengan aturannya.

Adapun orang tua lain yang ikut menimpali kalau anaknya yang juga memiliki autisme dan melakukan hal yang sama, lebih suka jika hadiahnya tidak perlu dipersonalisasi. "Saya bukannya bilang kalau memberi hadiah saat Valentine kepada anak lain tidaklah penting. Tapi penting bagi anak saya untuk memahami isyarat sosial persahabatan dan cinta dengan mengekspresikan cintanya kepada siapapun tanpa membatasi hadiahnya harus diberikan ke orang tertentu," tulis komentar tersebut.

Dan masih banyak lagi. Ada orang tua yang anaknya menderita disleksia dan disgrafia serta ADHD, menyatakan lebih menyukai jika guru tidak mempersulit anaknya untuk menulis namanya di setiap 30 kartu ucapan. Karena selain menulis namanya dan nama setiap temannya sudah cukup menyulitkannya, dari pengalamannya sendiri saat masih kecil, ia pernah menerima kartu ucapan yang isinya kalau penulisnya sebenarnya tidak menyukainya tapi oleh guru harus diberi kartu. Itu memberikan bekas luka baginya yang tentu tidak ingin terjadi hal yang sama pada anaknya.

Tapi orang tua yang terakhir mengantisipasinya dengan membuat stiker dan stempel karet yang dibuat dengan namanya seperti yang ia gunakan di masa lalu. Ia mengusahakan untuk mengakomdasi anaknya, sehingga memudahkannya untuk menjalankan tugasnya dengan sendiri, tidak dibantu langsung ibu atau ayahnya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Daftar ide merayakan valentine

Dari beberapa tulisan yang Lisa baca dan solusi mereka yang luar biasa, Lisa menulis 5 daftar ide untuk membuat hari Valentine pada difabel lebih inklusif.

1. Persiapkan kalimat-kalimat sosial nan positif untuk anak yang butuh persiapan.

2. Persiapkan kebutuhan anak, misal keterampilan sosial, komunikasi, atau menulis, dsb., dan memanfaatkan hari Valentine sebagai latihan.

3. Pikirkan tentang apa yang anak Anda bisa dan tidak bisa lakukan, karena berkaitan dengan memilih, menandatangani dan mendistribusikan Valentine, dan mengirim catatan ke guru Anda. “Guru yang terhormat, kami ingin {nama} menikmati Hari Valentine tahun ini, dan dalam beberapa tahun terakhir ini cukup membuat stres dan frustasi baginya karena….. Jadi tahun ini, saya pikir jika kita melakukan A, B dan C….”

4. Tanyakan kepada guru Anda tentang diet khusus, alergi makanan , Diabetes Tipe 1, dll. Karena tentu kita tidak ingin memberi hadiah yang justru membahayakan penerimanya.

5. Lebih baik lagi, daripada permen, jika Anda harus membeli hadiah kecil untuk merayakan Valentine, pilihlah pensil, penghapus, atau stiker.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini