Sukses

Menyandang Microphthalmia, Begini Cara Adinda Wardhani Ajarkan Nilai Inklusif pada Anak

Managing Editor Fashion, Beauty, & Lifestyle di Fimela.com Adinda Tri Wardhani membagikan kiat mengajarkan nilai inklusif pada anak.

Liputan6.com, Jakarta Managing Editor Fashion, Beauty, & Lifestyle di Fimela.com Adinda Tri Wardhani membagikan kisahnya dalam mengajarkan nilai inklusif pada anak.

Ibu dua anak ini menyandang microphthalmia sejak lahir yang menyebabkan mata kanannya tidak berkembang sempurna. Ia pun perlu menggunakan mata protesa atau mata paslu setiap hari.

Terkait kondisi tersebut, kedua anaknya sudah paham dan tidak menganggap hal tersebut sesuatu yang aneh. Pasalnya, sejak kecil anak-anaknya selalu diajak untuk pengecekan rutin ke dokter mata.

“Anakku sih cuek aja, soalnya dari kecil dari usia 3 suka nemenin kalau aku ke dokter. Suka lihat juga aku bersihin mata,” kata perempuan yang akrab disapa Dinda kepada Disabilitas Liputan6.com melalui sambungan telepon.

Dinda juga tak pernah menutupi apapun terkait kondisinya, hal ini bertujuan mengedukasi anak-anaknya agar terbiasa dengan perbedaan.

“Aku enggak menutupi apa-apa sih ke anak-anak, ya udah aku ajak kalau memang mereka mau nemenin aku periksa. Tiap hari juga mereka lihat aku bersihin mata seperti apa.”

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ingin Jadi Dokter Mata

Melihat Dinda yang membutuhkan perawatan mata rutin, salah satu anaknya bahkan bercita-cita untuk menjadi dokter mata.

“Anakku yang kecil bilang, ‘aku ingin jadi dokter mata to fixing your eyes, nanti aku yang urus mata Bunda’,” katanya.

Dengan tidak menutupi kondisi disabilitas yang dimiliki, Dinda berharap anak-anaknya memiliki nilai inklusif sejak dini.

3 dari 4 halaman

Membantu Teman Disabilitas

Dinda juga menanamkan pada anak-anaknya bahwa di dunia ini memang tidak semua orang memiliki organ tubuh yang sempurna.

Berbagai edukasi inklusif yang diberikan kepada anak-anak ternyata membuahkan hasil baik. Anak-anaknya cenderung memiliki kesadaran inklusif di lingkungan sekolah.

“Mereka tahu bahwa ada temannya yang memiliki kebutuhan khusus dan butuh pendampingan, terutama anakku yang paling besar.”

Sempat suatu ketika, putra pertamanya mengatakan bahwa tempat makan dan botol minumnya pecah gara-gara dibanting oleh temannya yang memiliki kebutuhan khusus.

“Dia bilang ‘Bunda jangan marah yah, teman aku yang special needs memang kadang-kadang suka emosi, kalau lagi emosi suka banting barang, tapi Bunda please don’t be mad karena dia special needs dia enggak bermaksud untuk ngerusak barang aku’.”

“Jadi dia juga sudah paham dengan kondisi temannya yang memiliki kebutuhan khusus,” kata Dinda.

4 dari 4 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.