Sukses

Abai pada Gangguan Pendengaran Bisa Berisiko Fatal

Adapun penyebab lain dari gangguan pendengaran diantaranya karena trauma atau cedera, infeksi virus, kemoterapi dan bahkan penggunaan antibiotik tertentu.

Liputan6.com, Jakarta Gangguan pendengaran mempengaruhi satu dari delapan orang berusia 12 tahun atau lebih di AS, dan sementara 28,8 juta orang dewasa dapat memperoleh manfaat dari memakai alat bantu dengar, kurang dari 1 dari 3 orang di atas usia 70 yang benar-benar mendapat manfaatnya (alias yang mendapat perawatan).

“Semakin tua kita, semakin besar kemungkinan kita mengalami gangguan pendengaran,” kata Royce LaMarr, pemilik Heartland Hearing Centers, seperti dilansir dari Stltoday.

Adapun penyebab lain dari gangguan pendengaran diantaranya karena trauma atau cedera, infeksi virus, kemoterapi dan bahkan penggunaan antibiotik tertentu.

Sebuah studi Johns Hopkins menunjukkan bahwa manula dengan gangguan pendengaran yang tidak diobati lebih mungkin mengembangkan demensia daripada mereka yang mempertahankan kemampuan pendengarannya.

Selain itu, kondisi tidak dapat mendengar panggilan telepon, klakson mobil, alarm kebakaran, atau informasi penting pada janji dokter juga dapat membuat penderita gangguan pendengaran berisiko lebih tinggi mengalami kecelakaan. Disamping itu, mereka yang mengalami gangguan pendengaran cenderung mengisolasi diri dari keluarga dan teman untuk menghindari frustrasi karena tidak dapat mendengar, yang dapat menyebabkan depresi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rintangan yang Dialami Penderita Gangguan Dengar

Orang dengan gangguan pendengaran mungkin ragu untuk mencari pengobatan karena beberapa alasan seperti harganya yang mahal atau tidak sesuai mode/fashion.

Royce menyebutkan kalau fashion merupakan masalah. “Ketika saya mulai bekerja di industri ini 33 tahun yang lalu, tidak ada yang mau memakai alat bantu dengar karena membuat orang merasa tua!”

Untungnya, alat bantu dengar kini semakin canggih dengan ukuran lebih kecil dan tidak akan tampak jika tidak diamati dari dekat. Namun, pertimbangan biaya masih menjadi kendala bagi banyak orang, dengan harga rata-rata alat bantu dengar berkisar antara $1.000 hingga $4.000 (Rp14juta-57juta) per buah. Alat bantu dengar ini juga tidak termasuk perawatan yang biayanya ditanggung pemerintah.

“Pertimbangan lainnya adalah rasa takut,” kata Royce. “Semua orang pernah mendengar cerita horor tentang pengalaman buruk. Kebanyakan alat bantu dengar yang dijual bebas hanya memperkuat suara; mereka tidak memperbaiki nada. Jika Anda tidak dirawat oleh profesional berkualifikasi yang mengikuti protokol yang benar, tingkat keberhasilan Anda akan jauh lebih rendah.”

Memulihkan Apa yang Hilang

Meskipun pendengaran tidak dapat diperoleh kembali setelah hilang, pendengaran dapat ditingkatkan dengan intervensi yang tepat. Mengatasi gangguan pendengaran dengan alat bantu dan melatih ulang otak melalui rehabilitasi audiologi dapat membantu menjaga kapasitas pendengaran. Bahkan sesuatu yang sederhana seperti membaca dengan suara keras selama beberapa menit setiap hari dapat membantu mempercepat kemampuan otak untuk memproses suara.

Jika Anda mengalami gangguan pendengaran atau melihat tanda-tanda kehilangan pendengaran pada orang di sekitar Anda, terlebih ia adalah orang yang Anda cintai, carilah pengobatan sesegera mungkin.

“Helen Keller pernah berkata: 'Kebutaan memisahkan kita dari berbagai hal; ketulian memisahkan kita dari orang-orang,'” kata Royce. “Tugas kami adalah membantu menghubungkan kembali orang dengan orang lain.”

Jangan menunggu untuk mengatasi potensi gangguan pendengaran.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.