Sukses

Bisakah Video Game Membantu Mengurangi Gejala Autisme?

Tak hanya perbaikan postur bagi remaja dengan autisme, game ini juga dapat mengurangi gejala cacat perkembangan

Liputan6.com, Jakarta - Penelitian baru menunjukkan bahwa video game tidak hanya dapat menyebabkan perbaikan postur bagi remaja dengan autisme, tetapi juga dapat mengurangi masalah perkembangan.

Setelah enam minggu pelatihan keseimbangan menggunakan game Nintendo Wii yang dirancang khusus, remaja dengan autisme menunjukkan stabilitas yang lebih baik dalam postur mereka, melansir Disalbilityscoop.

Dan menurut temuan di jurnal Brain Communications, ini secara signifikan mengurangi keparahan gejala yang berkaitan dengan komunikasi sosial, perilaku berulang dan minat terbatas. 

Penelitian ini mengamati 34 orang dengan autisme dan 28 tanpa autisme, semuanya berusia antara 13 dan 17 tahun, yang secara acak ditugaskan untuk berpartisipasi dalam intervensi pelatihan keseimbangan tiga kali setiap minggu atau bermain video game.

Mereka yang berada dalam kelompok intervensi diminta untuk melakukan pose yoga dan tai chi selama mungkin sambil berdiri di atas papan keseimbangan. Gambar di layar akan semakin terang semakin lama mereka berpose. Di tengah sesi selama satu jam, para peserta dapat memainkan video game lainnya.

Ketika sesi berakhir, peserta dalam kelompok intervensi telah meningkatkan waktu mereka bisa berpose rata-rata 36 detik, studi tersebut menemukan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

game khusus

Selain itu, peneliti mengatakan bahwa MRI yang dilakukan sebelum intervensi dimulai dan setelah disimpulkan menunjukkan perubahan struktur otak mereka yang melakukan latihan keseimbangan. Namun, perubahannya berbeda pada remaja dengan dan tanpa autisme.

Temuan ini juga menunjukkan adanya peningkatan gejala autisme, yang dilaporkan oleh pengasuh, juga signifikan, dari parah ke sedang. Namun, peneliti tidak melihat perbedaan dalam keterampilan hidup sehari-hari bagi mereka yang berpartisipasi dalam intervensi.

Brittany Travers, seorang profesor terapi okupasi di University of Wisconsin-Madison yang mengerjakan penelitian ini, mencatat bahwa mungkin diperlukan waktu lebih lama untuk perubahan dalam keterampilan hidup sehari-hari terjadi.

"Saya sangat tertarik untuk mencoba memahami lebih baik jika ada beberapa jenis variabel ketiga yang menjelaskan hubungan yang terus ditemukan setiap (penelitian) dalam hal fitur motorik dan autisme inti," katanya.

Remaja dalam kelompok kontrol tidak melihat perbaikan dalam kontrol motorik atau gejala autisme mereka, menurut temuan tersebut.

 

Reporter: Lianna Leticia

3 dari 3 halaman

Infografis 5 Tips Cegah Klaster Keluarga Covid-19 Saat Perayaan dan Libur Imlek

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.