Sukses

Keterbukaan Orangtua, Cara Meminimalisasi Kesalahpahaman dan Bully Terhadap Anak Disleksia

Finalis kompetisi masak di stasiun TV swasta Amy Zein dikaruniai dua anak dengan disleksia atau kesulitan membaca dan menulis.

Liputan6.com, Jakarta Finalis kompetisi masak di stasiun TV swasta Amy Zein dikaruniai dua anak dengan disleksia atau kesulitan membaca dan menulis.

Menurutnya, kondisi sang anak sering kali menimbulkan kesalahpahaman dan ucapan-ucapan bernada bully atau perundungan. Pasalnya, anak-anak disleksia sering kali dicap bodoh dan tidak pandai di kelas.

“Kalau bully sampai sekarang masih ada karena ketidakmengertian orang. Justru banyak orangtua sangat terbuka dengan keadaan anaknya adalah untuk meminimalisasi kesalahpahaman itu,” ujar Amy dalam seminar daring Koneksi Indonesia Inklusif (Konekin) ditulis Selasa (21/12/2021).

“Jadi jangan sampai anak dianggap tidak sopan, tidak bisa bekerja, atau bodoh sekali. Kenapa kita speak up tentang disleksia ya supaya orang tahu bahwa ada kondisi seperti ini dan mengejek, menghina, mengucilkan itu tidak akan menyelesaikan masalah,” tambahnya.

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bukan Aib

Amy juga menegaskan bahwa disleksia bukan aib. Maka dari itu, ia sering membagikan edukasi singkat terkait disleksia di akun Instagram-nya.

“Kenapa saya tidak menutupi kondisi anak-anak saya yang disleksia? Karena disleksia itu bukan aib, kita mendapatkan ini sebagai karunia. Allah menciptakan sudah dari lahir seperti itu.”

Menurutnya, disleksia bukanlah penyakit yang bisa disembuhkan. Melainkan sebuah kondisi yang disandang seumur hidup.

“Ini disandang, bukan diidap karena bukan penyakit. Udah kita sandang aja, istilahnya keadaan dan aksesoris hidup kita. Jadi, enggak ada yang perlu ditutupi karena sekali lagi itu bukan aib.”

3 dari 4 halaman

80 Persen Diturunkan

Dalam acara yang sama, Ketua Asosiasi Disleksia Indonesia dr. Kristiantini Dewi, Sp.A menjelaskan bahwa disleksia 80 persen diturunkan dari orangtua.

“Karena 80 persen itu banyak, kalau saya lihat anak disleksia biasanya langsung berusaha memverifikasi orangtuanya siapa yang disleksia atau mungkin saudara kandungnya juga disleksia,” kata Tian.

Sedang, 20 persen sisanya bukan dari faktor keturunan. Hal ini masih diteliti dan belum ada hasilnya, lanjut Tian.

“Tapi betul, disleksia berbasis genetika sebagian besar bisa diturunkan. Kalau saya disleksia maka kemungkinan besar anak pertama saya tuh 40 sampai 70 persen kemungkinan menyandang disleksia. Saudara kandungnya kemungkinan 50 persen menyandang disleksia.”

Ia menambahkan, disleksia adalah kondisi yang dapat ditandai dengan kesulitan membaca dan menulis. Ketika membaca dan menulis, anak disleksia dapat melihat tulisan yang terbolak-balik sehingga sulit dipahami.

“Kondisi ini tidak dapat disembuhkan dan tidak dapat dipesan.”

Dalam menegakkan diagnosis disleksia diperlukan tindakan klinis. Pertama, harus terbukti bahwa penyandangnya memiliki potensi kecerdasan yang baik.

“Kalau mau terlihat secara objektif biasanya kita tes IQ, akan terlihat bahwa skor IQ-nya paling tidak normal. Apa bisa orangnya pintar atau pintar banget? Ya bisa lah.”

Hal ini dibuktikan dengan tokoh-tokoh dunia yang memiliki disleksia dan berhasil sukses di bidang masing-masing. Contohnya Walt Disney dan mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew.

4 dari 4 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.