Sukses

Badan Amal Hong Kong Buka Les Bahasa Isyarat untuk Anak-Anak

SLCO Community Resources menyediakan bilingualisme bahasa isyarat dalam pendidikan untuk anak-anak penyandang disabilitas pendengaran.

Liputan6.com, Jakarta Sebelum anak-anak belajar berbicara, mungkin sulit bagi kebanyakan orang tua untuk mengetahui kebutuhan anak-anak mereka. Tetapi bagi Miyuki Pang, salah satu ibu dari anak disabilitas pendengaran, ia sangat sulit memahami putrinya.

Dilansir dari scmp, sebuah badan amal menyediakan bilingualisme bahasa isyarat. Tujuannya memudahkan anak-anak dengan disabilitas pendengaran untuk berkomunikasi dua arah dengan non-disabilitas.

"Sebelum usianya dua tahun, putri saya selalu frustasi dan kehilangan kesabaran di depan umum ketika saya tidak mengerti apa yang ia butuhkan, seperti pergi ke kamar kecil atau minum air," kata Pang.

Putrinya Rihanna, sekarang empat tahun mengalami gangguan pendengaran yang parah, yang berarti ia tidak dapat mendeteksi suara apa pun yang lebih rendah dari 90 desibel, setara dengan naik kereta bawah tanah, di kedua telinganya.

“Sangat menyakitkan ketika Anda ingin mengungkapkan sesuatu tetapi gagal untuk mewujudkannya,” kata Pang.

Tetapi sejak Rihanna belajar beberapa bahasa isyarat dasar dua tahun lalu di proyek SLCO Community Resources, ia kini tidak masalah berkomunikasi di kelas terpadu di taman kanak-kanak umum.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bahasa isyarat memudahkan anak belajar di sekolah

Organisasi amal nirlaba ini adalah salah satu dari 18 penerima manfaat Operation Santa Claus tahun ini, penggalangan dana tahunan oleh South China Morning Post dan penyiar publik RTHK.

“Ada dua guru, satu mengajar dalam bahasa lisan dan yang lainnya dalam bahasa isyarat, di kelas. Pendekatan seperti itu sangat membantu karena saya melihat kemajuan Rihanna setiap hari. Ia sekarang bahkan dapat memahami konsep rumit seperti bilangan ganjil dan genap,” kata Pang.

Menurut data Education Bureau, sekitar 1.000 anak di tingkat sekolah dasar atau menengah di Hong Kong menderita gangguan pendengaran. Sekitar 300 di antaranya adalah kasus parah.

Tetapi pendiri SLCO Chris Yiu Kun-man memperkirakan bahwa jumlah sebenarnya siswa dengan masalah pendengaran bisa mencapai 20.000 jika kasus ringan dihitung.

Ia mengatakan lebih dari 80 persen dari 100 anak tunarungu yang bergabung dengan proyek bilingualisme tahunannya mengalami gangguan pendengaran yang parah hingga berat. Beberapa mengalami kehilangan yang sangat parah karena struktur yang malformasi dalam sistem pendengaran mereka.

Tetapi Yiu mencatat banyak orang tua enggan mendaftarkan anak-anak mereka untuk les bahasa isyarat, karena khawatir anak-anak akan lebih memilih bentuk komunikasi itu daripada berbicara.

“Mereka mungkin berpikir bahwa belajar bahasa isyarat dapat menghambat perkembangan bahasa lisan, tetapi sebenarnya tidak demikian. Secara teoritis, mereka sebenarnya saling melengkapi daripada saling bersaing,” katanya.

 

3 dari 4 halaman

Komunikasi verbal sering dipertahankan

Ia menambahkan bahwa bahasa isyarat telah lama dikesampingkan dalam pendidikan untuk anak-anak penyandang disabilitas pendengaran di Hong Kong, karena secara tradisional hanya komunikasi verbal yang digunakan dengan penekanan pada pendengaran dan ucapan.

Namun ia mengatakan komunikasi verbal hampir tidak berhasil untuk anak-anak seperti Rihanna yang memiliki masalah pendengaran yang parah. Yiu mengatakan mereka bisa kehilangan banyak informasi dengan mencoba membaca bibir para guru.

“Akibatnya, banyak anak tunarungu tidak dapat berkembang secara kognitif, sosial, atau akademis,” kata Yiu. Salah satu keunggulan utama bahasa isyarat dibandingkan ucapan adalah bahwa itu adalah media bebas hambatan karena pengguna tidak memiliki masalah dengan penglihatan, katanya.

Dengan dana dari Operation Santa Claus, Yiu mengatakan SLCO berharap dapat mempromosikan bilingualisme bahasa isyarat.

“Kami senang didanai oleh Morgan Stanley [donor OSC] untuk menjalankan proyek tahun ini. Kami juga berharap untuk mempromosikan bilingualisme bahasa isyarat ke lebih banyak sekolah umum dan sekolah untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus lainnya di tahun-tahun mendatang,” kata Yiu.

Ia mengatakan peraturan terpadu seperti itu juga membantu anak-anak dengan disabilitas pendengaran untuk dimasukkan ke dalam komunitas arus utama pada usia dini, sekaligus mengurangi kesalahpahaman terhadap mereka.Yiu juga mencatat bahwa bahasa isyarat dapat bermanfaat untuk spektrum sosial yang lebih luas, mulai dari anak-anak dengan autisme dan mereka yang mengalami keterlambatan bicara, hingga orang tua yang menderita gangguan pendengaran.

4 dari 4 halaman

Infografis 3 Manfaat Tidur Cukup Cegah Risiko Penularan Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.