Sukses

Juara Video Game Tunanetra Buktikan Keahlian Melalui Twitch

Dengan joystick di satu tangan dan perangkat braille di tangan yang satunya dan penutup mata yang menutupi matanya, Sven van de Wege yang menyandang gelar juara video game

Liputan6.com, Jakarta Dengan joystick di satu tangan dan perangkat braille di tangan yang satunya dan penutup mata yang menutupi matanya, Sven van de Wege yang menyandang gelar juara video game street fighter, menunjukkan keahliannya dan secara efisien menyingkirkan lawan mainnya.

Dilansir dari Gulfnews, Sven van de Wege sudah mengidap kanker saat usianya masih enam tahun. Dari penyakit itu, ia kehilangan penglihatannya. Tetapi ia bertekad untuk tidak kalah dengan disabilitas netranya dalam menggapai impian masa kecilnya untuk video game.

Tekadnya itu berhasil ia buktikan dengan menjadi juara saat usianya 35 tahun. Saat ini, ia telah mengalahkan beberapa pemain terbaik dunia di turnamen di seluruh Eropa dalam memainkan seri ikonik "Street Fighter". 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mengandalkan suara

Saat bermain, ia sangat mengandalkan pendengarannya. Saat menampilkan dirinya di Twitch, ia menggunakan penutup mata saat bermain karena menurutnya, masih ada orang yang meragukan ketidakmampuan melihatnya.

"Saya memakai topeng ini karena terkadang orang mengatakan saya tidak benar-benar tunanetra," katanya sambil tersenyum, yang ia tujukan pada lawannya yang ia kalahkan di situs streaming video game Twitch, dikutip dari Gulfnews.

Setelah bertahun-tahun berlatih selama beberapa jam sehari, membuatnya memahami seberapa jauh jarak lawannya dari volume langkah kaki lawannya, suara setiap pukulan dan itu memberitahukan bagaimana ia harus bereaksi. "Dengan isyarat audio itu, saya bisa tahu apakah saya di kiri atau jika saya di kanan, serta bagaimana saya harus menyerang," jelasnya.

Keterampilannya ini menjadi penghasilan sampingannya dari Twitch yang memiliki sekitar 30 juta pengguna per hari, meskipun sebagian besar yang masuk hanya untuk menonton orang lain bermain video game. Saat siang, ia bekerja sebagai teknisi IT.

Bagi Sven, ia membutuhkan peralatan khusus serta kreativitas dalam menyusun studio streaming yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Studionya yang terletak di dalam apartemennya di Den Haag, memiliki dua komputer yang terhubung ke layar Braille.

Perangkat ini menerjemahkan komentar dari obrolan langsung streaming ke dalam Braille yang dapat dibacanya dengan sentuhan, sehingga ia dapat berinteraksi dengan pemirsa yang menontonnya bermain.

 

3 dari 4 halaman

Menghadap ke dinding

Ia juga tidak menghadap layar komputer saat bermain, melainkan hanya dinding. "Saya tidak membutuhkan layar, dan itu menghemat energi," katanya. Namun ia juga mengaku mengalami kesulitan dalam mengawasi obrolan, sebab komentar dari penontonya selain ungkapan penyemangat, ada juga yang menyebutkan kata-kata bijak yang bergulir cepat dan bisa sulit diikuti, yang membuat sulit untuk tetap fokus dalam permainan.

Sven yang bergabung dengan Twitch pada tahun 2017 secara rutin menantang siapapun yang siap menjadi lawannya setiap hari Minggu untuk pertempuran sengit. "Ketika saya bermain melawan penonton saya, saya pikir delapan dari 10 pertandingan saya menangkan," katanya dengan headset yang terpasang di telinganya, sehingga ia dapat melacak setiap gerakan musuhnya melalui efek suara.

Ia menyayangkan ada terlalu banyak judul game yang tidak memiliki fitur aksesibilitas yang dibutuhkan pemain penyandang disabilitas. Namun ia juga merasa bersyukur karena Twitch telah mendorong keragaman di platformnya.

Pada bulan Mei, situs tersebut menambahkan sekitar 350 tag untuk memungkinkan anggota komunitas yang berbeda menemukan satu sama lain dengan lebih mudah, termasuk satu tag untuk penyandang disabilitas.

Meski demikian, Sven juga mengharapkan Twitch mampu melakukan lebih dari ini untuk membuat platformnya dapat diakses oleh pemain dengan gangguan penglihatan. Sebab menguraikan pesan dalam obrolan langsung bisa jadi sulit karena orang-orang memposting gambar, yang mengacaukan perangkat Braille-nya.

"Saya berharap ada opsi bahwa Anda bisa mengobrol biasa tanpa semua hal grafis," katanya.

Ssaat ini, Sven menghasilkan hampir mencapai 100 euro (sekitar sejuta setengah jika dirupiahkan) per bulan dengan status afiliasi di Twitch. Namun ia berharap suatu saat mampu mencapai status mitra yang memungkinkan dirinya untuk melakukan streaming sebagai pekerjaan penuh waktu.

"Jika saya berpikir 'saya tunanetra, saya tidak bisa bermain video game lagi', saya akan menyerah. Tapi karena saya bisa melakukannya, saya yakin ada lebih banyak orang yang juga bisa melakukannya," katanya.

4 dari 4 halaman

Infografis 11 Aplikasi untuk Konsultasi Online dan Obat Gratis Pasien Isolasi Mandiri Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.