Sukses

Angkat Cerita Keluarga Tuli, Penulis dan Sutradara Film Coda Belajar Bahasa Isyarat

Coda menjadi salah satu film yang paling dinanti-nanti, sebab mengangkat topik keluarga mayoritas Tuli dan pemerannya benar-benar aktor Tuli.

Liputan6.com, Jakarta Biasanya pergi ke bioskop bukan hal yang menyenangkan bagi teman Tuli. Selain pemutaran film di bioskop memiliki teks terbatas, kacamata serta peralatan khusus yang diperlukan untuk membacanya sering rusak atau tidak tersedia.

Dilansir dari BBC, Coda menjadi salah satu film yang paling dinanti-nanti, sebab mengangkat topik keluarga mayoritas Tuli dan pemerannya benar-benar aktor Tuli.

Film ini bercererita pada Ruby yang diperankan oleh Emilia Jones, satu-satunya orang yang bisa mendengar dalam keluarga Tuli yang tinggal di Massachusetts, AS.

Orangtuanya adalah nelayan yang sederhana, menghasilkan uang secukupnya dari penghasilan melaut, tetapi karena mereka tidak memiliki cukup uang untuk penerjemah bahasa isyarat, dan infrastruktur masyarakat juga hanya diperuntukkan untuk orang dengar, maka mereka mengandalkan Ruby untuk bertahan hidup. Itulah letak konfliknya, yaitu ketika Ruby bercita-cita untuk melarikan diri dari belenggu kota kecilnya ke Boston, sebab ia ingin mengejar gelar menyanyi, tetapi ia terikat oleh ikatan kesetiaan keluarga.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Aktor dan aktris Tuli

Adapun yang membuat film ini menjadi lebih dinantikan, karena aktor yang di-casting untuk menjadi keluarga Ruby adalah aktor dan aktris Tuli. Yang paling dikenal dari ketiganya adalah Marlee Matlin, yang pernah memenangkan Oscar aktris terbaik pada 1987.

"Ini sangat inovatif, (hanya) karena film ini merupakan terobosan untuk mendukung komunitas Tuli dan komunitas yang mengalami gangguan pendengaran," kata Matlin, yang berperan sebagai ibu Tuli dalam film tersebut, dikutip dari Channelnewsasia.

Padahal, sampai saat ini, orang tuli diberi karakterisasi yang sangat sedikit di bioskop. Mereka jarang menjadi pusat perhatian, begitu pula kehidupan, identitas, atau keistimewaan budaya mereka. Seringkali, mereka dijebak sebagai korban. “Secara historis, karakter Tuli dan karakter penyandang disabilitas secara umum lebih sering menyesuaikan diri dengan stereotip negatif,” kata Annie Roberts, petugas advokasi untuk Royal National Institute for Deaf People (RNID) Inggris, dikutip dari BBC.

"Terlalu banyak film mengabaikan kekayaan budaya Tuli. Seringkali, karakter tuli hanyalah tanda, atau bahan ejekan," tambahnya.

 

 

3 dari 4 halaman

subtitle penuh

Film ini juga akan ditayangkan dengan subtitle penuh dalam lebih dari 36 bahasa di Apple TV+, mulai Jumat.

Apple bekerja sama dengan operator bioskop untuk memastikan film tersebut diputar di mana-mana, baik bagi penonton Tuli maupun yang dapat mendengar. 

"Ini bersejarah. Ini sangat luar biasa bagi kita semua. Ini adalah hari yang telah kami tunggu selama bertahun-tahun," kata Daniel Durant, aktor tunarungu yang memerankan putra Leo.

Durant juga mengatakan bahwa jika beberapa adegan memberikan sudut pandang khusus teman Tuli, daya tarik Coda bersifat universal.

"Siapa pun yang menonton ini dapat merasa terhubung dengannya karena semua orang berasal dari keluarga, dan setiap keluarga mengalami perjuangan yang sama. Anak-anak tumbuh dewasa, apa yang akan mereka lakukan di masa depan, menjadi mandiri, kemudian mungkin akan menjauh dari kehidupan keluarga mereka,” katanya.

Penulis-sutradara Sian Heder, yang bisa mendengar pun mempelajari Bahasa Isyarat Amerika (ASL) untuk proyek tersebut dan ingin memastikan bahwa film tersebut dapat diakses oleh semua orang.

4 dari 4 halaman

Simak Video Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.