Sukses

Usai Lulus Kuliah, Penyandang Disabilitas Masih Hadapi Stigma Berkarier

Meskipun berpendidikan di universitas, pekerjaan yang ditawarkan kepadanya adalah untuk tugas paling sederhana seperti mengisi amplop.

Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini, seorang dengan disabilitas intelektual membagikan kisah pengalamannya dalam mencari kerja.

Dilansir dari ABC, Gabrielle Trenbath menyelesaikan gelar masternya di bidang diplomasi. Namun saat ia melakukan apa yang dilakukan banyak lulusan universitas, yaitu pergi ke agen tenaga kerja untuk membantunya menemukan karier, ia menyadari betapa sulitnya mencari kerja. Meskipun berpendidikan di universitas, pekerjaan yang ditawarkan kepadanya adalah untuk tugas paling sederhana seperti mengisi amplop.

Trenbath mengira penyedia pekerjaan disabilitas tampaknya hanya melihat kelumpuhan otaknya, bukan prestasi akademis dan keterampilan kerjanya.

"Mereka mengira bahwa karena saya difabel, hidup saya sejahtera (di AS banyak situs online yang menggalangkan dana untuk penyandang disabilitas dan orang miskin), sehingga mereka merasa tidak perlu mencarikan saya pekerjaan dan mereka memiliki lebih banyak waktu luang," kata Trenbath. Padahal ia mengatakan tidak pernah mendaftar di situs penggalang dana tersebut, sehingga ia tidak mendapatkan dana bantuan hidup dan ia juga perlu bekerja.

“Saya tidak pernah di kesejahteraan dan saya tidak mendapatkan dana NDIS, jadi saya harus bekerja. Saya tidak hanya ingin bekerja, saya perlu bekerja untuk mandiri secara finansial. Saya tidak ingin bergantung pada dana pemerintah."

 

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Stigma dan disabilitas

Perlakuan ini menyebabkan beberapa orang menghindari pekerjaan sama sekali, dengan orang-orang yang mengalami diskriminasi karena disabilitasnya lebih kecil kemungkinannya untuk mendapatkan pekerjaan daripada mereka yang tidak.

Jadi, alih-alih kembali ke layanan ketenagakerjaan yang didanai pemerintah, Trenbath menggunakan inisiatifnya sendiri untuk melamar dan mendapatkan perannya saat ini sebagai pegawai negeri.

Mary Sayers, CEO kelompok advokasi Children and Young People with Disabilities mengatakan pengalaman seperti Trenbath cukup umum.

"Orang muda [penyandang disabilitas] memiliki harapan yang tinggi tentang apa yang ingin mereka lakukan dengan masa depan mereka, tetapi seringkali tanggapan yang didapat cenderung memberikan harapan yang sangat rendah. Kami tahu bahwa kaum muda umumnya menghadapi hambatan besar untuk menemukan pekerjaan yang aman, tetapi kaum muda penyandang disabilitas merasa lebih sulit, itulah sebabnya kami melihat statistik sekitar satu dari empat penyandang disabilitas yang menganggur," katanya yang menggambarkan statistik difabel di Australia yang menganggur.

Ia mengatakan bahwa para penyandang disabilitas membutuhkan majikan yang terbuka akan disabilitas, sayangnya yang terlihat saat ini masih banyak majikan yang tidak siap menerima pekerja yang difabel, meskipun masih muda.

"Kita tahu bahwa kaum muda penyandang disabilitas mengalami kesulitan dalam mendapatkan penyesuaian yang wajar bahkan di universitas, jadi kita perlu mengangkat jumlah kaum muda yang menyelesaikan sarjananya," katanya.

 

3 dari 4 halaman

Penyandang Disabilitas perlu sering bersosialisasi

Sayers mengatakan sangat penting bagi kaum muda untuk mengetahui hak-hak mereka sebagai individu, yang memiliki hak untuk dipekerjakan dan mengetahui bahwa majikan secara hukum diwajibkan oleh undang-undang untuk membuat penyesuaian yang wajar sebagaimana diuraikan dalam Undang-Undang Diskriminasi Disabilitas.

"Kita perlu memiliki harapan yang lebih tinggi terhadap kaum muda penyandang disabilitas dan kontribusi yang dapat mereka berikan untuk pekerjaan. Kita perlu memastikan bahwa kaum muda dilibatkan," kata Sayers.

Meskipun Trenbath saat ini sudah bisa mandiri atas penghasilannya sendiri, ia mengaku ada saat-saat ia meragukan dirinya sendiri. Ini berhubungan dengan apa yang ia alami sejak masih kecil, bahwa ia diberitahu kalu dirinya kurang mampu. Bahkan jika cukup mampu untuk bekerja dan telah mendapat gelar sekalipun, keterbatasan itu sulit untuk diatasi.

Trenbath menyarankan agar para mahasiswa penyandang disabilitas melakukan sebanyak mungkin hal dan bersosialisasi sebanyak mungkin dengan orang serta terbuka dengan disabilitasnya sejak gelar sudah didapatkan.

4 dari 4 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.