Sukses

Tak Ada yang Menyangka, Wanita Difabel Ini Sukses jadi Penyanyi

Seorang wanita dari Oklahoma bernama Allie Williams merupakan penyanyi difabel yang berhasil membuktikan kemampuannya dalam meraih impian.

Liputan6.com, Jakarta Seorang wanita dari Oklahoma bernama Allie Williams merupakan penyanyi difabel yang berhasil membuktikan kemampuannya dalam meraih impian.

Dilansir dari the Oklahoman, saat masih kecil, orang-orang menilai bahwa Allie tidak akan mungkin bisa menjadi penyanyi. Bahkan ia diberitahu hidupnya tidak akan lama saat usianya masih kanak-kanak.

"Orang tua saya diberitahu bahwa saya tidak akan hidup lebih dari 6 tahun dan membolehkan membawa saya pulang dan tinggal bersama saya sampai saya meninggal. Dan itulah harapan hidup saya. (Nyatanya) Saya akan berusia 40 tahun (pada 9 Mei) jadi jelas, para dokter salah," katanya.

Ketika Allie berusia 18 bulan, ia didiagnosis menderita atrofi otot tulang belakang, kelainan genetik yang ditandai dengan kelemahan dan pengecilan otot yang digunakan untuk bergerak. Sebelum memulai pengobatan baru tahun lalu, penduduk asli Oklahoma ini mengatakan bahwa kecintaannya pada musik membantunya lebih sehat daripada sebelumnya. Karena seiring bertambahnya usia, kekuatannya terus menurun dan dengan musiklah yang membantunya menjaga kesehatan paru-parunya.

"Saya pikir musik secara umum telah menyelamatkan tubuh saya dan membuat saya lebih kuat dari apa yang diharapkan dari tubuh saya," katanya.

 

simak video berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tumbuh di keluarga pemusik

Allie selalu bernyanyi di paduan suara sekolah dan bermain klarinet di band.

"Saya bermain klarinet hingga tahun pertama sekolah menengah ketika tangan kanan saya berhenti bekerja. ... Jadi, ketika saya tidak bisa bermain klarinet lagi, saya pindah ke paduan suara sebagai passion saya," katanya.

Ketika ia lulus SMA, ia bermaksud untuk mengikuti tradisi keluarga ke Oklahoma State University tetapi berakhir di Claremore di Rogers State University, tempat ia mendapat gelar seni grafis. Meskipun selama itu ia merasa takut karena tidak terbiasa hidup sendiri, tinggal jauh dari keluarga. Maka dari itu, setelahnya ia menjalankan rencananya untuk kembali meraih impian musiknya.

Meskipun harus memulainya dari awal lagi dan juga mengurusi perceraian serta pindah-pindah tempat tinggal, ia terus mendorong kemampuannya semaksimal mungkin sampai ia diberitahu akan menjadi guru musik yang baik. Ia bahkan mengikuti audisi program musik OSU pada tahun 2015 yang saat itu usianya 34 tahun.

Kisah dan semangat Allie untuk belajar, menyentuh profesor bidang suara dan wakil direktur studi opera OSU, April Golliver-Mohiuddin, yang membantunya mencapai tujuannya. Menurutnya, Allie memiliki semua keterampilan yang diperlukan untuk sukses, termasuk etos kerja yang kuat, keterampilan bermusik yang hebat, tekad untuk bertahan melalui rintangan yang sulit, keinginan yang kuat untuk belajar dan kedewasaan yang membantu memimpin dan membimbing siswa yang lebih muda, katanya, dikutip dari The Oklahoman.

Kabar baiknya, di kampus ini, Allie sangat diterima oleh semua orang. Ia diperlakukan sama, banyak yang ingin mengenalnya, menjadi temannya, sehingga Allie tidak pernah merasa tersisihkan sama sekali. Meskipun di usianya mungkin cukup sulit mengikuti pelajaran, namun para guru selalu bersedia membantu dan menyemangatinya. Semangat belajarnya ini bahkan membuat kagum pengasuhnya, Donna Waldrop.

Ia yang tahu kesulitan yang dihadapi Allie dengan segala keterbatasan fasilitas yang tidak inklusif, merasa terharu dengan keterbukaan mereka terhadap penyandang disabilitas.

Lalu Allie menyadari bahwa kenangan seperti ini tidak akan terulang lagi. Maka ia memutuskan untuk melakukan apa pun agar dia dapat melakukan resital seniornya dengan aman di atas panggung perpisahannya. Bahkan jika ia hanya akan bernyanyi dengan profesor vokalnya saja yang hadir.

Namun pertunjukan Allie sangat berhasil. "Pertunjukan Allie adalah representasi luar biasa dari kerja keras, disiplin, dan dedikasinya yang konstan terhadap kecintaannya pada musik dan pendidikan musik. Sejujurnya, itu adalah malam yang akan saya hargai selama sisa hidup saya," kata Golliver-Mohiuddin.

Kehidupan setelah bergelar sarjana

Sejak lulus pada bulan Desember, Allie mengaku menghabiskan sebagian besar waktu untuk beristirahat dan tetap aman dari pandemi. Ia menggunakan TikTok untuk meningkatkan kesadaran penyandang disabilitas dan telah mengumpulkan hampir 150.000 pengikut.

Ia telah menerima dosis lengkap vaksinasi COVID-19 dan telah memulai pengajaran musiknya secara online. Allie mengatakan ia berharap pencapaiannya akan menginspirasi orang lain yang memiliki keterbatasan untuk terus mengejar impian mereka.

 

3 dari 3 halaman

Infografis Jangan Sampai Ada Gelombang Kedua Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.