Sukses

Aktif di Dunia Olahraga, Ini Kegiatan Remaja Down Syndrome di Bulan Ramadan

Di bulan suci Ramadan, penyandang down syndrome yang aktif di dunia olahraga, Nabil Dhiya Ulhaq A’isy, mengalami perubahan jadwal latihan.

Liputan6.com, Jakarta Di bulan suci Ramadan, penyandang down syndrome yang aktif di dunia olahraga, Nabil Dhiya Ulhaq A’isy, mengalami perubahan jadwal latihan.

Cabang atletik yang ditekuni remaja usia 19 ini memang menguras tenaga ketika latihan. Sehingga, menurut sang ibu, Popi Wargani (52), perubahan waktu latihan disesuaikan dengan keadaan Nabil yang sedang berpuasa.

“Ya perubahannya hanya di waktu saja, kalau hari biasa jam 16.00 sampai 18.00 kalau bulan Ramadan jam 16.30 sampai 17.30,” ujar Popi kepada kanal Disabilitas Liputan6.com, ditulis Senin (26/4/2021).

Down syndrome yang disandang Nabil tidak menghalanginya dalam menunaikan ibadah puasa. Sejak duduk di bangku SD, ia sudah mampu berpuasa penuh dan ikut salat tarawih di masjid.

Cara Popi mengajarkan buah hatinya berpuasa cenderung mirip dengan cara yang dilakukan orangtua pada umumnya. Yakni dengan memberi contoh dan dengan obrolan ringan tentang puasa.

Bahkan, bulan suci dimanfaatkan remaja asal Garut, Jawa Barat ini untuk berbagi pada sesama.

“Ya kebetulan Nabil suka ngisi celengan umat yang diadakan DT Peduli secara rutin dan alhamdulillah pas puasa ini celengannya sudah penuh hingga Nabil ingin mengembalikan ke DT Peduli,” ujar Popi.

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menu Kesukaan Nabil

Sebagai atlet lari, asupan nutrisi yang disukai Nabil tidak muluk-muluk. Ia cenderung tidak pilih-pilih makanan. Namun, makanan favoritnya adalah ayam.

“Ayam apapun itu jenis masakannya, aman kalau ada ayam. Walaupun semua makanan dia suka, karena Nabil tidak pilih-pilih soal makanan,” kata Popi.

Ke depannya, Popi berharap agar anak istimewanya bisa mandiri. Walau sekarang sudah terhitung mandiri, tapi ia berharap di masa depan anaknya lebih mandiri lagi.

“Dan harapan yang lainnya agar sukses menjadi atlet lari.”

Ia pun berpesan bagi orangtua di luar sana yang sama-sama memiliki anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk tidak berputus asa.

“Jangan berputus asa karena kita diamanati anak spesial, setelah besar anak akan menemukan jalan kehidupan melalui bakatnya, semangat terus,” tutup Popi.

 

3 dari 3 halaman

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.