Sukses

6 Tantangan Anak ADHD Ketika Melakukan Kelas Virtual

Padahal semenjak pandemi COVID-19, saat ini anak-anak sedang mengalami perubahan lingkungan belajar. Banyak sekolah beralih dari sekolah tatap muka ke sekolah jarak jauh, menjadi belajar di rumah dan online.

Liputan6.com, Jakarta Banyak anak dengan gangguan attention-deficit/ hyperactivity disorder (ADHD), jenis gangguan mental yang menyebabkan seorang anak sulit memusatkan perhatian, berperilaku impulsif, dan hiperaktif, tetap berkutat dengan kegiatan sekolah meskipun terjadi perubahan proses kegiatan belajar mengajar.

Padahal semenjak pandemi COVID-19, saat ini anak-anak sedang mengalami perubahan lingkungan belajar. Banyak sekolah beralih dari sekolah tatap muka ke sekolah jarak jauh, menjadi belajar di rumah dan online.

Ketika tahun ajaran baru sudah dimulai, beberapa sekolah akan melanjutkan sekolah tetap dengan cara menghadiri virtual. Namun, beberapa lainnya akan menggunkan sistem campuran antara sekolah tatap muka dan virtual. Selain itu, tidak menutup kemungkinan sekolah kembali  ke sekolah untuk melakukan kegiatan belajar secara tatap muka, tetapi dengan aturan baru menyesuaikan protokol kesehatan.

Perubahan kondisi belajar ini memunculkan tantangan baru bagi anak-anak ADHD. Dari sekian banyak tantangan berikut rangkuman dari beberapa tantangan yang dapat dihadapi oleh anak-anak ADHD, melansir laman CDC dan Prevention.

1. Butuh Struktur dan Prediktabilitas Lebih

Anak-anak dengan ADHD mungkin membutuhkan struktur dan prediktabilitas lebih dari teman-temannya.

2. Kesulitan Melawan Hiperaktif

Aktivitas fisik dan gerakan penting untuk semua anak, terutama untuk anak-anak dengan ADHD. Pembelajaran virtual berarti duduk di depan komputer tanpa berpindah dari kelas ke kelas, dan perubahan dalam kegiatan setelah sekolah dapat berarti lebih sedikit kesempatan untuk bermain kelompok secara aktif. Ini mungkin sulit terutama untuk anak-anak yang berjuang melawan hiperaktif.

3. Berjuang Melawan Kebosanan

Anak-anak dengan ADHD lebih berjuang melawan kebosanan dan mengerahkan upaya mental untuk tugas-tugas yang menantang. Pembelajaran virtual atau sekolah tatap muka dengan lebih banyak aturan mungkin mengurangi hal baru dan kegembiraan yang membuat anak-anak dengan ADHD tidak merasa bosan dan membuat mereka tetap terlibat dalam pembelajaran.

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

4. Berkurangnya Kesempatan Interaksi Membangun Hubungan

Anak-anak dengan ADHD lebih cenderung mengalami kesulitan dalam hubungan sosial dibandingkan teman sebayanya, jadi memiliki lebih sedikit kesempatan untuk berinteraksi secara bebas dapat berarti lebih sedikit waktu untuk melatih keterampilan sosial dan membangun hubungan.

5. Perubahan Kondisi Belajar

Transisi dapat menjadi tantangan bagi anak-anak dengan ADHD. Keharusan menghabiskan waktu melakukan tugas sekolah, pekerjaan rumah, dan aktivitas keluarga di ruang yang sama dimana orang tua mungkin juga harus melakukan pekerjaan mereka sendiri dapat membuat stres tambahan bagi siswa dan orang tua.

6. Terdapat Gangguan Selain ADHD

Anak-anak dengan ADHD cenderung memiliki gangguan lain selain ADHD yang dapat membuat mengatasi stres. Perubahan dan isolasi sosial terkait dengan pembelajaran virtual menjadi lebih sulit.

Namun, beberapa anak dengan ADHD mungkin menanggapi beberapa perubahan secara positif. Misalnya saja pembelajaran virtual dapat memberikan lebih sedikit gangguan bagi anak-anak yang merasa lebih sulit untuk mengabaikan orang lain di sekitar mereka.

Belajar di ruangan yang nyaman dapat membantu beberapa anak untuk fokus. Dengan lebih sedikit aktivitas dalam jadwal harian mereka, beberapa anak mungkin memiliki lebih banyak waktu untuk mendapatkan tidur dibutuhkan. Karena pada dasarnya setiap anak mungkin bereaksi berbeda terhadap perubahan di lingkungan mereka.

 

 

 

Penulis: Rissa Sugiarti

3 dari 3 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.