Sukses

Pentingnya Anak Tuli Diajarkan Bahasa Isyarat Disertai Terapi Wicara

Pendidikan bahasa isyarat bagi anak penyandang tuli sangat penting diberikan sejak dini agar anak dapat berinteraksi dengan penyandang tuli lainnya.

Liputan6.com, Jakarta Pendidikan bahasa isyarat bagi anak penyandang tuli sangat penting diberikan sejak dini agar anak dapat berinteraksi dengan penyandang tuli lainnya.

Selain pengajaran bahasa isyarat, terapi wicara juga dapat diberikan guna meminimalisasi masalah oral yang dimiliki. Masalah oral perlu ditangani sejak dini agar kegiatan makan tidak terganggu.

Menurut Pendiri Komunitas Kesetaraan Bagi Anak Tuli (Setuli), Susanti Mayangsari, kedua hal itu penting diberikan pada anak tuli agar dapat mengetahui cara komunikasi dengan sesama tuli maupun teman dengar.

Susanti yang juga memiliki anak tuli memberikan kedua hal tersebut kepada anaknya sendiri guna membantu sang anak tumbuh dengan baik dan memiliki keahlian lebih.

“Saya belajar banyak dari pilihan yang saya ambil, saya lihat Selia (anaknya) punya masalah oral, dia harus terapi wicara agar masalah makan bisa terbantu dengan terapi wicara,” ujar Susanti dalam webinar Konekin, ditulis Jumat (11/12/2020).

“Dan pada akhirnya dia harus tahu bagaimana berkomunikasi dengan orang dengar. Karena dia hidup di dua dunia, dunia tuli dan dunia dengar,” tambahnya.

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Membantu Anak Beradaptasi

Terapi wicara dan pengajaran bahasa isyarat ini diberikan sebagai salah satu upaya membantu anak tuli agar dapat beradaptasi dengan lingkungan.

Kemampuan bahasa isyarat akan sangat membantunya berinteraksi di dunia tuli. Sedang, terapi wicara dapat membantunya beradaptasi di dunia dengar.

“Saya ingin Selia tahu dua-duanya, bagaimana cara dia hidup di komunitas dengar, bagaimana cara dia hidup di komunitas tuli dengan identitasnya dia.”

Selia sendiri memiliki kondisi tuli kongenital yang diakibatkan rubella. Pendengarannya masih bisa dibantu dengan alat. Walau demikian, bagi Susanti pengajaran bahasa isyarat masih tetap penting.

“Saya pikir gini, alat itu bisa rusak, alat itu bisa hilang dan tidak ada saat dibutuhkan. Kalau dia tahu alternatif komunikasi dengan cara lain itu akan sangat membantu dia.”

Selain itu, Susanti juga memiliki mimpi yang tinggi terkait anaknya. Ia ingin sang anak bisa kuliah ke luar negeri dan bahasa isyarat adalah salah satu modal agar anaknya bisa meraih pendidikan tinggi. 

3 dari 3 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.