Sukses

Pentingnya Mengajarkan Kemandirian pada Anak Berkebutuhan Khusus

Pada dasarnya, setiap anak perlu diajarkan kemandirian terutama anak berkebutuhan khusus (ABK). Mengajarkan kemandirian pada ABK memerlukan usaha yang lebih besar ketimbang pada anak non disabilitas.

Liputan6.com, Jakarta Pada dasarnya, setiap anak perlu diajarkan kemandirian terutama anak berkebutuhan khusus (ABK). Mengajarkan kemandirian pada ABK memerlukan usaha yang lebih besar ketimbang pada anak non disabilitas.

Menurut Ibu dari anak penyandang tuli, Susanti Mayangsari, dalam mengajarkan kemandirian pada anak berkebutuhan khusus orangtua perlu mengetahui dan melihat modalitas atau kemampuan anaknya terlebih dahulu.

“Semua anak harus mandiri tapi untuk ABK harus lebih mandiri lagi. ABK membutuhkan kemandirian karena orangtua tidak akan selalu ada di sampingnya,” ujar Susanti dalam webinar Konekin, ditulis Senin (7/12/2020).

Di sisi lain, orangtua juga tidak bisa mengandalkan saudara, kakak, atau adik ABK tersebut karena mereka memiliki urusan masing-masing, tambahnya.

Mengenali modalitas anak menjadi penting karena setiap ABK memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda. Begitu pula orangtua masing-masing ABK yang memiliki tantangan berbeda.

“Kenapa mengenal kapasitas anak itu penting? Karena kadang-kadang orangtua itu memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi.”

“Ketika kita mengenal kapasitas anak, kita akan bisa bikin target-target yang sesuai dengan kemampuan anak kita.”

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ketahui Modalitas Anak dengan Terus Belajar

Susanti dikaruniai anak dengan tuli dan kelainan jantung, Selia, menurut dokter yang menangani, kondisi tersebut diakibatkan Rubella.

Tak dapat dimungkiri, membesarkan anak dengan disabilitas tersebut bukan hal mudah bagi Susanti. Namun, ia memiliki cara sendiri untuk mendidik anaknya menjadi mandiri.

“Gimana caranya kita tahu kapasitas anak kita? Belajar, hanya itu.”

Pada awalnya, ia tidak tahu tentang tuli dan kelainan jantung. Namun, ia mulai mempelajari segala hal tentang kondisi anaknya baik secara daring maupun luring. Sampai akhirnya ia mengetahui cara merawat anaknya.

“Ada dua yang harus saya kerjakan, anak saya tuli dan kelainan jantung jadi selain saya harus pantau terus jantungnya, saya juga harus melakukan terapi, kunjungan-kunjungan, dan pemeriksaan yang sangat panjang.”

Selain belajar orangtua juga memerlukan teman untuk berbagi. Maka dari itu, bergabung dengan komunitas adalah hal yang sangat penting.

“Bertemu dengan orang yang melewati masa-masa seperti kita itu kita bisa dapat kekuatan, pengetahuan, informasi, itu salah satu cara kita untuk belajar.”

3 dari 3 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.