Sukses

Distribusi Vaksin Menyesuaikan Prioritas, Bagaimana Nasib Penyandang Disabilitas?

Vaksin yang tersedia belum cukup untuk semua orang. Karena itu, muncul kebijakan dari pemerintah untuk membuat dan membentuk target prioritas masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta Pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung membuat dunia terus menunggu vaksin. Tapi, vaksin yang tersedia belum cukup untuk semua orang. Karena itu, muncul kebijakan dari pemerintah untuk membuat dan membentuk target prioritas masyarakat. Namun sayangnya dengan adanya rencana ini, penyandang disabilitas mungkin tidak diberi prioritas.

Awal bulan ini, komite dari National Academies of Sciences, Engineering and Medicine mengeluarkan kerangka kerja pendahuluan yang menguraikan bagaimana vaksin COVID-19 dapat dialokasikan. Komite ini diharapkan akan membantu menginformasikan pengambilan keputusan federal tentang vaksin akhir musim gugur ini.

Draf dokumen ini menjelaskan mengenai rencana empat fase tentang bagaimana membagikan vaksin. Prioritasnya adalah petugas kesehatan garis depan, orang dewasa yang lebih tua, dan orang-orang dengan kondisi berisiko tinggi.

Namun, sayangnya proposal tersebut membuat para pendukung disabilitas khawatir, karena tidak menyebutkan kapan kaum disabilitas dapat mengakses vaksin COVID-19.

“Fakta bahwa penyandang disabilitas tidak disebutkan namanya secara eksplisit, ini membuat kecewa, frustrasi, kesal,” kata Shannon McCracken, wakil presiden hubungan pemerintah di American Network of Community Options and Resources (ANCOR), dikutip dari DisabilityScoop.

 

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Permohonan vaksin untuk disabilitas

Rencana ini mengabaikan orang-orang dengan masyarakat yang memiliki keterbatasan yang tinggal di komunitas dan tempat berkumpul lainnya seperti panti jompo, pusat disabilitas perkembangan dan fasilitas psikiatri kecuali mereka kebetulan memiliki kondisi berisiko tinggi lainnya juga. Orang-orang ini tidak akan memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin sampai fase tiga atau empat, yaitu tahap ketika vaksin itu tersedia secara luas untuk anak-anak dan dewasa.

Penelitian telah menunjukkan bahwa masyarakat yang memiliki keterbatasan tertentu memiliki resiko kematian COVID-19 yang jauh lebih tinggi akibat daripada yang masyarakat lain.

“Saya pikir kegagalan untuk memasukkan penyandang disabilitas intelektual adalah kelalaian yang dapat menyebabkan kerugian serius,” kata Sam Crane, direktur hukum Autistic Self Advocacy Network.  “Hal ini terutama berlaku untuk masyarakat disabilitas intelektual yang tinggal di lingkungan kelembagaan, yang tampaknya tidak ditangani di mana pun, dan juga orang-orang dengan disabilitas dalam pengaturan berbasis komunitas yang menerima dukungan secara langsung dan karenanya tidak dapat mengisolasi.”

Kelompok Crane bersama dengan ANCOR, Asosiasi Nasional Direktur Negara untuk Layanan Disabilitas, dan berbagai organisasi Kesehatan dan disabilitas Amerika selama periode komentar empat hari di awal September, meminta panel ahli untuk merekomendasikan akses vaksin bagi masyarakat disabilitas intelektual.

Selain itu, gugus tugas dari Consortium for Citizens with Disabilities, sebuah koalisi yang mewakili lusinan kelompok advokasi disabilitas, menulis kepada Kantor Hak Sipil di Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS minggu ini untuk mendorong kantor tersebut untuk memastikan adanya vaksin dan agar rencana alokasi memberikan akses yang sama bagi penyandang disabilitas sesuai dengan undang-undang hak sipil federal.

 

(Vania Accalia)

3 dari 3 halaman

Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.