Sukses

Terkait Akses Berita, Disabilitas Tuli Lebih Menyarankan Bisindo Ketimbang SIBI

Di Indonesia masih ada beberapa kelompok masyarakat yang kesulitan mengakses berita. Salah satunya kelompok masyarakat disabilitas.

Liputan6.com, Jakarta Di Indonesia masih ada beberapa kelompok masyarakat yang kesulitan mengakses berita. Salah satunya kelompok masyarakat disabilitas.

Menurut Cheta Nilawaty, seorang jurnalis tunanetra, penyandang disabilitas yang paling kesulitan mengakses berita adalah ragam disabilitas tuli/rungu dan tunanetra. Ia menyebut setidaknya ada 4 kebutuhan dasar teman tuli yang perlu dipenuhi oleh media agar beritanya dapat diakses.

Empat kebutuhan dasar tersebut adalah penyediaan juru bahasa isyarat di program televisi, ketersediaan running teks dalam program yang menyediakan informasi tanpa visualisasi, penggunaan bahasa isyarat Indonesia (Bisindo) daripada Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) dan narator yang menggunakan tata bahasa tuli bukan tata bahasa dengar.

Penyandang disabilitas rungu atau tuli sangat bergantung pada penggambaran visual, maka juru bahasa isyarat dan teks sangat dibutuhkan. 

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perbedaan Bisindo dengan SIBI

Saat ini banyak digunakan bahasa isyarat SIBI untuk acara formal dan kenegaraan.

“Nah ini teman-teman disabilitas sensorik rungu menyampaikan aspirasi beberapa waktu lalu kepada saya bahwa sebaiknya sekarang yang digunakan Bisindo karena mereka sudah meminta aspirasi itu sejak tahun 1975 tapi masih saja SIBI yang digunakan,” kata Cheta dalam webinar Dewan Pers (31/8/2020).

Alasan Bisindo lebih dipilih oleh teman tuli ketimbang SIBI karena Bisindo berasal dari bahasa ibu mereka. Akar bahasanya berasal dari bahasa Indonesia yang cenderung lebih umum dan universal untuk diekspresikan bahkan lebih mudah dimengerti.

“Kalau SIBI digunakan di acara formal atau sekolah tapi belum tentu semua komunitas tuli terpapar dengan dunia pendidikan. Jadi kadang bahasa isyarat yang disampaikan tidak mengekspresikan ekspresi mereka secara universal atau secara sebenarnya.”

SIBI sendiri berasal dari American Sign Language sehingga kurang sesuai dengan bahasa isyarat Indonesia atau Bisindo.

“Otomatis ini juga menjadi penghalang untuk penyandang disabilitas sensorik rungu untuk mengakses berita.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.