Sukses

Disabilitas Netra Tak Surutkan Semangat Remaja Ini Jadi Fotografer

Roesie Percy adalah seorang fotografer dengan disabilitas netra yang memiliki ambisi besar dalam bidang fotografi dan eksplorasi.

Liputan6.com, Jakarta Roesie Percy adalah seorang fotografer dengan disabilitas netra yang memiliki ambisi besar dalam bidang fotografi dan eksplorasi. Remaja usia 19 ini memiliki keterbatasan penglihatan di bagian tengah. Sementara penglihatan tepi masih berfungsi walau terbatas.

Hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya dalam mengejar mimpi sebagai fotografer. Hal ini dibuktikan dengan kegigihannya dalam mengenyam pendidikan fotografi di University of Plymouth, Inggris.

“Saya juga seorang atlet dayung di universitas, dan telah ikut serta dalam olahraga ini sejak saya berusia 12 tahun. Ini adalah olahraga yang sempurna bagi saya karena Anda tidak benar-benar perlu menggunakan mata Anda. Ini semua tentang merasakan pergerakan perahu. Saya juga telah menjalin pertemanan yang sangat baik selama bertahun-tahun,” ujarnya mengutip Disability Horizon.

Minatnya terhadap fotografi terinspirasi dari keluarganya yang juga hobi fotografi. Di usia 11, ayahnya menyarankan untuk membuat akun Instagram untuk menyimpan hasil fotonya.

“Seluruh keluarga saya selalu menyukai fotografi sebagai hobi. Ketika saya berusia sekitar 11 tahun, ayah saya mengatakan saya harus membuat akun Instagram untuk mendokumentasikan apa yang saya tangkap. Sejak itu saya telah mengambil berbagai foto.”

Berbagai objek telah ia abadikan, mulai dari gedung-gedung hingga pemandangan alam. “Saat ini, genre utama saya adalah arsitektur modern, eksposur lama di kota-kota metropolitan yang sibuk dan olahraga, terutama mendayung.”

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tantangan Jadi Fotografer dengan Disabilitas Netra

Roesie mengatakan, selama menjalani hobi fotografi tantangan terbesar yang ia hadapi adalah kepercayaan dirinya sendiri. Ia mengaku tidak mudah puas dengan apa yang ia kerjakan dan selalu menginginkan hasil terbaik.

“Saya pikir cara terbaik untuk mengatasi ini adalah dengan tidak meminta pendapat banyak orang. Pendapat setiap orang akan berbeda, jadi sebaiknya hanya memiliki satu atau dua pendapat.”

Tantangan lain yang ia hadapi adalah membiasakan diri dengan peralatan baru. Sebagai penyandang tunanetra, sangat sulit baginya untuk menghadapi perubahan, meskipun perbedaannya sangat kecil.

3 dari 3 halaman

Kiat Jadi Fotografer Tunanetra yang Baik

Rosie juga membagikan beberapa kiat agar dapat menjadi fotografer tunanetra yang baik. Hal pertama yang ia tekankan adalah bersabar. Karena tidak selamanya hasil foto akan langsung bagus. Beberapa kegagalan akan ditemui.

Kiat kedua adalah mengetahui  peralatan yang digunakan. Setiap fotografer harus mengetahui cara menggunakan kamera dan berbagai peralatan pendukung terutama saat memotret sendiri.

Ketiga “bersikap terbuka terhadap perubahan. Anda bisa berada dalam situasi di mana Anda harus beradaptasi dengan perubahan dengan cepat. Anda mungkin tidak mau, tetapi hal ini bisa membuat Anda menjadi lebih baik.”

Kiat selanjutnya adalah memeriksa segala perlengkapan sebanyak tiga kali sebelum melakukan pemotretan. “Saya memiliki beberapa pengalaman yang di mana saya lupa meletakkan kartu memori SD di kamera saya atau lupa membawa baterai cadangan.”

Kiat terakhir adalah membuka diri dan jangan malu menerima bantuan orang lain jika ada kesulitan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.