Sukses

Studi: Tekanan Darah Tinggi Saat Hamil Bisa Tingkatkan Risiko Autisme pada Anak

Menurut sebuah analisis, tekanan darah tinggi selama kehamilan dapat meningkatkan peluang wanita untuk memiliki anak autis.

Liputan6.com, Jakarta Menurut sebuah analisis, tekanan darah tinggi selama kehamilan dapat meningkatkan peluang wanita untuk memiliki anak autis.

Studi juga menemukan, timbulnya tekanan darah tinggi selama kehamilan atau suatu kondisi yang dikenal sebagai preeklampsia, juga meningkatkan kemungkinan kondisi perkembangan saraf lainnya.

"Efek preeklampsia pada perkembangan janin mungkin luas, memengaruhi berbagai disabilitas," kata peneliti utama Allen Wilcox, ilmuwan di Institut Nasional Ilmu Kesehatan Lingkungan AS di Durham, North Carolina mengutip Spectrum News.

Karya ini menambah bukti yang berkembang bahwa preeklampsia dan kondisi terkait, seperti diabetes gestasional, meningkatkan kemungkinan autisme pada anak-anak perempuan, meskipun mekanismenya masih belum diketahui. Faktor genetik dapat menjelaskan hubungan tersebut.

Menemukan bagaimana preeklampsia berkontribusi pada kondisi perkembangan saraf pada akhirnya dapat mengarah pada perawatan baru, kata Wilcox.

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penelitian yang Dilakukan

Wilcox dan rekan-rekannya menganalisis hampir 1 juta catatan yang mendokumentasikan semua kelahiran tunggal dalam kurun waktu dari 1991 hingga 2009 di Norwegia. Mereka melacak hasil kesehatan pada anak-anak ini hingga setidaknya usia 5, dan sampai usia rata-rata 14.

Sekitar 28 ribu anak dilahirkan oleh ibu dengan preeklampsia. Anak-anak ini 1,29 kali lebih mungkin mengalami autisme dibandingkan anak-anak lain. Mereka juga lebih rentan terhadap gangguan defisit hiperaktif, epilepsi, dan disabilitas intelektual.

Peluang meningkat setelah para peneliti mengontrol usia ibu, pendidikan dan status imigrasi. Penelitian ini diterbitkan pada April 2020 di JAMA Psychiatry.

Namun, tim tidak mengontrol kondisi pada ibu yang diabetes atau obesitas, dan yang dapat memengaruhi kemungkinan kondisi perkembangan saraf pada anak-anak perempuan. Ini disampaikan Diana Schendel, profesor epidemiologi psikiatri di Universitas Aarhus di Denmark, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Menurutnya, studi ini juga tidak memperhitungkan beberapa diagnosis pada anak-anak, sehingga sulit untuk menentukan hubungan antara preeklampsia dan autisme saja, kata Schendel.

Wilcox mengatakan diabetes dan obesitas jarang terjadi pada wanita hamil di Norwegia dan karena itu tidak mungkin memiliki hasil yang miring. Para peneliti tidak dapat mengeksplorasi beberapa diagnosis pada anak-anak karena informasi itu tidak tersedia secara konsisten dalam catatan, katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.