Sukses

Kisah Pasangan Rawat Buah Hati Kembar Penyandang Autisme

Dua anak autis berlarian di halaman rumahnya yang dipagari kawat tinggi. Anak kembar ini adalah buah hati dari pasangan asal Inggris Annie dan Mark Montague.

Liputan6.com, Jakarta Dua anak autis berlarian di halaman rumahnya yang dipagari kawat tinggi. Anak kembar ini adalah buah hati dari pasangan asal Inggris Annie dan Mark Montague.

Mereka melihat ada yang tidak biasa dengan kedua anaknya saat menginjak usia dua tahun. “Saat suamiku pulang kerja dan berkata 'Halo, anak-anak!' tak ada sedikitpun reaksi dari mereka,” ujar Annie pada Barcoft TV.

Mereka didiagnosis menyandang autisme parah. Seiring bertambahnya usia, kebiasaan mereka semakin parah. “Mereka dapat merusak apa pun, menyampah di mana pun, dan berguling di mana pun,” kata Mark.

“Itulah kenapa kami tidak bisa memiliki perabotan,” tambah Annie.

Kembar autis Samuel dan Jacob sempat kabur dari rumah hingga lima atau enam kali. Keluarga sampai meminta bantuan polisi, helikopter, dan anjing polisi untuk menemukan mereka.

Orang-orang mengatakan, kebiasaan tersebut tidak akan pernah bisa diubah. Beberapa orang menyarankan untuk mengirim mereka ke panti profesional yang bisa menangani. Namun, berpisah bukanlah pilihan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Terapi Son Rise

Setelah melakukan berbagai upaya, pasangan ini akhirnya menemukan sebuah terapi bernama program Son Rise. Ini adalah sebuah terapi berdasarkan pendekatan hubungan.

Menurut terapis Son Rise, Jack Mason Goodall, salah satu teknik terpenting dalam pendekatan ini adalah dengan menerima kondisi alami mereka. 

“Satu ketika, aku melihat anakku terus-terusan mengelilingi meja. Aku mencoba melakukan hal yang sama dengannya. Seketika, ia berhenti dan melihat lurus ke mataku, wajahnya seolah berkata bahwa aku mengerti dirinya dan ada bersamanya,” ujar Mark dengan mata berkaca-kaca.

Pengalaman tersebut membuatnya sangat tersentuh. Itu pertama kali ia melihat anaknya memberikan perhatian padanya.

“Kami mencoba memasuki dunia mereka, kemudian perlahan mengubah aktivitas mereka tanpa mereka sadari. Mereka perlahan meniru dan di saat itulah kami mencoba membawa mereka untuk masuk ke dunia kami,” kata Annie.

Setelah menjalani terapi, lambat laun mereka dapat mengeluarkan sepatah dua patah kata. Samuel dan Jacob kini memiliki rasa peduli. Di usia 11, keduanya memiliki rasa kehilangan, dapat memeluk, bahkan mencium kedua orangtuanya.

“Terapis berkata, tidak ada yang tidak mungkin,” pungkas Mark.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini