Sukses

Para Dance Sport World, Ajang Tari Dunia untuk Difabel

Para Dance Sport World Championships adalah ajang tari dunia untuk penyandang disabilitas. Pada 2019, ajang ini digelar di Bonn Jerman.

Liputan6.com, Jakarta Para Dance Sport World Championships adalah ajang tari dunia untuk penyandang disabilitas. Pada 2019, ajang ini digelar di Bonn, Jerman.

Setiap peserta terdiri dari satu pasang penari, satu laki-laki dan satu perempuan. Satu pengguna kursi roda dan satu lagi non-disabilitas. Peserta juga dapat tampil di kategori tunggal.

Dua jenis tarian yang bisa dimainkan oleh satu pasang penari adalah Freestyle Combi dan Latin Combi. Freestyle Combi adalah tarian di mana peserta memilih musik dan gaya tarian sendiri.

 Kategori ini membebaskan peserta untuk membuat koreografi sekreatif mungkin untuk satu musik. Freestyle dapat berupa gaya atau genre tarian apa pun.

Sedang, kategori Latin Combi terdiri dari lima tarian tradisional , Samba, ChaChaCha, Rumba, Paso Doble dan Jive. Dikutip dari laman disabilityhorizons.com, dalam kategori ini peserta tidak mengetahui lagu mana yang akan didapat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Aspek Penilaian

Aspek penilaian tari Freestyle dinilai berdasarkan sistem poin mirip seperti senam atau seluncur es. Poin dihitung berdasarkan kemampuan teknis dan koreografi  atau presentasi. Poin tambahan bisa didapat dari tingkat kesulitan teknik tarian.

Penilaian tari Latin ditentukan oleh para juri. Para juri menandai dan memilih pasangan yang menurut mereka bagus di setiap babaknya. Pasangan terpilih dapat melanjutkan ke babak final yang artinya pasangan terpilih sudah ada di peringkat satu hingga enam.

3 dari 3 halaman

Pasangan Tari Para Dance Pertama Inggris

Pasangan tari pertama yang terdaftar di Komite Paralimpik Internasional Inggris adalah Strictly Wheels. Terdiri dari Paula Moulton, pengguna kursi roda dan Gary Lyness, non-disabilitas.

Pasangan tari asal Manchester ini mulai menari sejak 2010 silam. Kejuaraan Terbuka Belanda pada April 2011 menjadi kompetisi perdana mereka.

Dalam kompetisi perdana, mereka berhasil mengantongi emas di Kategori Tari Latin Amatir. Gelar ini bertahan hingga 2012 dan 2013. Setelah itu, mereka naik tingkat dan terdaftar di International Paralympic  Committee (IPC).

Mereka bersaing secara berkelanjutan di kompetisi internasional dan saat ini menduduki peringkat 9 di Eropa dalam nomor Latin Combi 2. Paula juga menduduki peringkat  ke-8 di nomor Ladies Singles.

Paula menjadi pengguna kursi roda 20 tahun lalu setelah memiliki gangguan MRSA, yang menyebabkan kerusakan pada panggul dan bahunya.

Pada 29 November hingga 1 Desember 2019, Paula dan Gary berkompetisi di Para Dance Sport World Championships. Mereka mencapai peringkat 21 di Combi Latin dan 17 di Combi Freestyle. Hal ini menjadi sebuah kemajuan bagi mereka jika dibanding tahun-tahun sebelumnya.

“Kami naik peringkat, menduduki peringkat 10 teratas di Eropa dan 10 besar Dunia. Kami meraih medali Perunggu pada Oktober 2019 di Freestyle di Polandia, yang merupakan pencapaian besar,” ujar Paula.

Pasangan ini akan terus berlatih dan menari bersama. Pada April 2020 mereka berencana mengikuti kejuaraan terbuka di Belanda.

“Kami akan melakukan beberapa tarian yang LaLaLand Freestyle dan tarian Latin,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.