Sukses

Diet Gula Membuat Disabilitas Mental Membaik

Catherine Hayes, seorang ibu asal Australia merasakan manfaat besar mengurangi konsumsi gula.

Liputan6.com, Jakarta Catherine Hayes, seorang ibu asal Australia merasakan manfaat besar saat mengurangi konsumsi gula. Disabilitas mental yang sering mengganggu, membuatnya harus keluar masuk kantor konseling kesehatan mental.

Dilansir dari healthline.com, setelah perempuan berusia 39 tahun ini mengurangi gula, ia bahkan dapat menghentikan konsumsi antidepresan.

“Suasana hati saya akan naik turun, kebanyakan turun. Saya merasa tidak baik dan beberapa kali saya berpikir lebih baik mati. Lalu ada kecemasan sampai-sampai saya tidak bisa meninggalkan rumah,” jelas Hayes.

Turun naiknya perasaan yang tidak menentu lambat laun berpengaruh pada kehidupan rumah tangga. Kesadaran akan pentingnya anak dan suami mendorongnya untuk melakukan pengobatan alternatif. Hayes mulai melakukan yoga dan menemukan buku "I Quit Sugar".

Kesehatan mentalnya ternyata dipengaruhi kebiasaan buruk. Acap kali ia makan banyak kue dengan kopi di sore hari. Bahkan sebelum makan malam, santapannya adalah yang  manis-manis.

"Cara makan saya yang baru terdiri dari banyak sayuran dan salad, lemak sehat, dan protein dari daging. Mengganti saus manis dengan minyak zaitun dan jus lemon. Saya juga membatasi buah-buahan dengan fruktosa rendah seperti blueberry dan raspberry," katanya.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bukan Pekerjaan Mudah

Mengurangi gula ternyata tidak mudah baginya. "Di bulan pertama diet gula, saya merasa lemas dan sakit kepala serta ada gejala seperti flu.”

Tetapi setelah itu, semuanya berubah. “Level energi saya meningkat, dapat tidur dengan baik, suasana hati tidak turun. Saya lebih bahagia, kegelisahan dan depresi sudah tidak menyerang,” kata Hayes.

Dua setengah tahun berlalu, bebas gula bahkan membuatnya berhenti meminum antidepresan. Penghentian antidepresan tentunya harus berdasar pada diskusi bersama dokter terlebih dahulu.

Hal ini dapat berhasil pada Hayes namun belum tentu berhasil pada orang lain dengan keparahan disabilitas mental yang berbeda.

“Jika Anda mempertimbangkan untuk menghentikan antidepresan, diskusi dengan dokter Anda untuk membuat jadwal pengurangan. Anda tidak boleh menghentikan obat antidepresan secara sembarangan,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.