Sukses

Luca Patuelly Sebar Kesadaran Inklusif Melalui Breakdance

Luca Patuelly adalah seorang penyandang disabilitas ragam tunadaksa yang mahir menari. Seketika ia menjatuhkan tongkatnya dan mulai menari ketika lagu hip hop diputar.

Liputan6.com, Jakarta Luca Patuelly adalah seorang penyandang disabilitas ragam tunadaksa yang mahir breakdance. Seketika ia menjatuhkan tongkatnya dan mulai menari ketika lagu hip hop diputar.

Pria berusia 35 tahun ini memimpin sekitar 20 orang untuk menari bersama di pusat olahraga Tin Shui Wai, Hong Kong. Seperti dilansir dari scmp.com, tak semua orang dapat mengikuti kecepatan gerakkannya. Namun, semua orang seakan tertular oleh antusiasmenya. Tepuk tangan pun pecah.

Pria asal Kanada ini lahir dengan arthrogryposis. Sebuah gangguan otot yang berdampak pada tulang  dan jaringan sendi. Akibatnya ia harus mengunakan tongkat untuk berjalan. Namun, hal ini sama sekali tak menghentikannya untuk menari khususnya breakdance.

Guna menjalankan proyek "No Limits", ia terbang ke Hong Kong dan ambil bagian membantu jalannya festival. Hong Kong Arts Festival dan Hong Kong Jockey Club Charities Trust adalah ajang amal yang digelar untuk mempromosikan inklusivitas melalui seni.

"Menari adalah bahasa internasional," kata Luca. "Saya suka breakdance karena kebudayaan, musik, dan aspek sosialnya. Orang-orang berkumpul dan saling melengkapi satu sama lain".

 

Simak Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menjalankan Hobi Sambil Menginspirasi

Hobinya menari diawali pada usia 15 tahun. Kegemarannya melakukan gerakan menantang membuatnya populer di US pada 1970an.

Keadaan tubuh yang tidak sempurna membuatnya belajar untuk beradaptasi. Membuat gerakan dengan gaya unik dan mengandalkan kekuatan tubuh bagian atas menjadi ciri khasnya.

Dari tahun ke tahun breakdancer ini menginspirasi banyak orang terutama penyandang disabilitas. Pada 2007, ia membuat sebuah grup breakdance bernama ILL-Abilities. Grup ini mengkampanyekan inklusivitas melalui kekuatan tarian.

"Melakukannya sendiri itu bagus, tapi jika banyak orang melakukan hal yang sama di berbagai negara, pesan dan kesadaran akan tumbuh dengan lebih baik,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.