Sukses

FOTO: Berkunjung ke Pesantren Inklusif Takwinul Ummah

Pondok Pesantren Takwinul Ummah adalah pesantren yang berdiri di bawah naungan Yayasan Bakti Islami Takwinul Ummah. Didirikan oleh R Ismail Prawira Kusuma seorang penyandang tunanetra. Dibantu istrinya, yang bernama Maryati.

Liputan6.com, Jakarta Pondok Pesantren Takwinul Ummah didirikan oleh R Ismail Prawira, seorang penyandang tunanetra. Pesantren ini berada di bawah naungan Yayasan Bakti Islami Takwinul Ummah. Dalam mengelola pesantren, Ismail dibantu oleh istrinya, Maryati.

Gedung sekolah dan gedung asrama pesantren ini masing-masing terdiri dari dua lantai, terletak di Dusun Sinar Sari RT 10 RW 02 Desa Karangsari, Kecamatan Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. Masing-masing gedung tersebut memiliki luas 1473 m2, 450 m2 (asrama putri), dan 350 m2 (asrama putra).

Yayasan Bakti Islami Takwinul Ummah telah resmi dengan mengantongi  surat izin operasional pada Desember 2008. Sejak awal berdiri, pesantren ini lebih memprioritaskan santri dengan latar belakang anak-anak yatim dan yatim piatu. Namun, yayasan ini juga ingin berkontribusi bagi masyarakat sekitar, salah satunya melalui program pemberian sembako bagi lansia dan pengajian rutin majelis taklim untuk para ibu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 9 halaman

Ustadz Ismail, Pendiri Pesantren Takwinul Ummah

Ismail dan Maryati berbagi nilai yang sama, keduanya sama-sama mencintai anak yatim. Setelah menyelesaikan pendidikan dengan predikat cumlaude di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ismail kembali ke tanah kelahirannya untuk membangun desa sekaligus mewujudkan visinya membuat pesantren.

Setelah yayasannya berdiri dan menyadari banyaknya permasalahan ekonomi di masyarakat, Ismail merasa perlu menimba ilmu tambahan mengenai ekonomi Syariah. Ia pun kembali melanjutkan pendidikan di tingkat pasca sarjana di Universitas Ibnu Khaldun Bogor. Lagi-lagi ia berhasil menyelesaikan pendidikan dengan predikat cumlaude dan meraih gelar Magister Ekonomi Islam. 

Ismail bukan penyandang tunanetra sejak lahir. Ia kehilangan penglihatan sejak tahun 2000, kecelakaan terjadi ketika seorang tetangganya membersihkan senapan angin. Meski begitu, kehilangan penglihatan tak menyurutkan semangatnya untuk belajar dan menebar manfaat seluas-luasnya.

Pria yang akrab disapa Ustaz Ismail ini berhasil mengembangkan pesantrennya hingga memiliki 19 cabang di lima Kecamatan Kabupaten Karawang. Ada sekitar 250 anak yatim yang diberikan beasiswa pendidikan. Serta, ada 60 Santri yang bermukim di pondok pesantren ini untuk tahun ajaran 2019-2020.

3 dari 9 halaman

Bangun SMP Islam untuk Para Yatim

SMP Islam Takwinul Ummah ditujukan bagi anak yatim, yatim piatu, dan dhuafa, sehingga tak memungut biaya bulanan atau SPP dari para siswanya. Tidak hanya sampai disitu, biaya makan, minum, pakaian, dan perawatan diri, juga disediakan dari dana yayasan.

4 dari 9 halaman

Zahira, Santri Tunanetra Takwinul Ummah

Pondok Pesantren dan SMP Takwinul Ummah dibangun dengan lingkungan yang inklusif. Ini dibuktikan dengan diterimanya santri dengan disabilitas. Ada santri tunanetra, autis ringan, dan juga slow learner yang belajar bersama dengan santri-santri non-disabilitas.

Santri tunanetra di pesantren ini bernama Zahira. Ia baru berusia 7,5 tahun dan telah tinggal di pesantren ini selama 8 bulan. Hingga kini ia mampu menghafal dua juz Al-Quran. Zahira bercita-cita ingin hafal 30 juz pada usia 9 tahun.

5 dari 9 halaman

Selain Belajar Agama, Santri Diajari Pelajaran Seni

Selain diajarkan pendidikan agama, para santri juga dilatih untuk melakukan pertunjukan seni. Beberapa ekstrakurikuler disediakan di pesantren ini, seperti rebana, tari saman, dan teater.

6 dari 9 halaman

Seminar Pembentukan Akhlak

Untuk membentuk santri-santri dengan akhlakul karimah, pihak pesantren bekerjasama dengan psikolog pendidikan salah satunya Mego Husodo. Sekitar satu bulan satu kali Mego dan psikolog lainnya mengisi materi di SMP Islam Takwinul Ummah ini.

7 dari 9 halaman

Kolam Lele Pemberian Bu Susi

Pada 2017 yayasan menerima bantuan dari mantan Mentri Kelautan, Susi Pudjiastuti. Bantuan ini berupa 12 kolam lele serta bibit lelenya. Mesin pakan pun diberikan dan kini yayasan mampu melakukan pembiakan lele secara mandiri.

Lele biasanya dijadikan konsumsi pribadi namun, tak jarang dijual dengan harga Rp 25 ribu untuk satu kilo. Yayasan juga menjalankan dua sector usaha lainnya yaitu koperasi dan pengisian air minu.

8 dari 9 halaman

Kebersamaan Para Santri Ketika Hendak Makan

9 dari 9 halaman

Pemberdayaan Penyandang Disabilitas

Selain menerima siswa dengan kebutuhan khusus, pesantren juga senantiasa menerima staf atau guru yang memiliki keterbatasan. Misal, Trian sebagai Fund Riser dan promosi dan sempat ada guru pengguna kursi roda yang mengajar di pesantren ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.