Sukses

Ragam Program PBB Untuk Disabilitas 2030

PBB memiliki program untuk disabilitas untuk 2030 mendatang.

Liputan6.com, Jakarta - Para pemimpin dunia dan advokat berkumpul di Kantor PBB untuk membahas keberlanjutan program agenda 2030 untuk disabilitas.

Pertemuan itu membahas banyak hal dan mengumpulkan orang-orang yang fokus pada isu disabilitas.

“Sebagai orang yang diamputasi di atas lutut, saya berbesar hati mendengar bahwa ini adalah prioritas internasional, dan senang menghadiri sesi dengan teman saya Danny Perry," ujar salah satu peserta perwakilan dari ICS dilansir www.newsdifabel.com, Rabu (19/9/2019).

Seni Kemungkinan merupakan judul acara yang menampilkan panel para pemimpin di komunitas disabilitas global bersama dengan pembicara dari kepimpinan PBB.

Duta Besar Kelley Currie, perwakilan AS di Dewan Ekonomi dan Sosial PBB membahas bagaimana undang-undang AS telah memengaruhi orang lain di seluruh dunia.

Dia juga membahas mengenai tujuan-tujuan PBB untuk menjadi lebih mudah diakses sendiri sebagai sebuah institusi. Hal itu disesuaikan dengan stuktural pada bangunan hingga teknologi Suara Ke Teks untuk dokumen online-nya.

Xian Horn, kontributor majalah Forbes dan pendukung disabilitas dengan cerebral palsy, membuka diskusi panel, berbagi bagaimana orang tuanya berfokus bukan pada keterbatasan, tetapi pada kemungkinan.

"Kita masing-masing memiliki kuas cat dan dapat menambah warna dan keindahan bagi dunia. Kami tidak pernah sepenuhnya tahu apa yang mampu kami lakukan sampai kami memiliki kesempatan untuk tumbuh," ujar Xian Horn.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Inovasi Teknologi bagi Disabilitas

Rodger DeRose, Presiden dan CEO Kessler Foundation menjadi moderator panel dan mencatat karya perintis pendiri Pusat Rehabilitasi Kessler, Henry Kessler, seorang ahli bedah.

Untuk membantu mengilustrasikan kemajuan apa yang dimungkinkan dalam teknologi rehabilitasi, seorang perempuan dengan kelumpuhan pada anggota tubuh bagian atas dan ekstremitas bawahnya menunjukkan bagaimana ia dapat berjalan dengan bantuan exoskeleton.

Hal ini,sebuah demonstrasi seberapa jauh perawatan transformatif dapat digunakan, dan itu adalah visi bagaimana kemjuan teknologi mampu memberikan kontribusi bagi aksesibilitas.

Rodger membahas bagaimana disabilitas adalah pendorong inovasi,seberapa banyak teknologi yang kita ketahui seperti Google Voice dan Google Call. Hal ini dibuat untuk para disabilitas, tetapi dapat juga bermanfaat bagi seluruh populasi.

Susan Robinson, seorang tuna netra pemimpin bisnis, pembicara inspirasional, blogger, dan pengusaha mengatakan, semua orang memiliki kemmapuan dan kekuatan yang berbeda-beda dan tidak ada yang memiliki semuanya.

"Disabilitas yang saya miliki memungkinkan saya tetap terbuka terhadap kemungkinan apa yang tidak bisa dilihat orang. Kita semua berpengalaman secara unik. Setiap orang layak mendapat peluang berdasarkan kekuatan mereka," tutur Susan.

3 dari 4 halaman

Disabiltas Dapat Melampaui Batas

Imajinasi hanya dapat diakses oleh diri sendiri,seperti yang dilustrasikan dari kisah Christina Mallon.

Dia adalah angggota Dewan Direksi untukuntuk Open Style Labs, program penelitian 10 minggu (didirikan oleh Grace Jun) di Parsons School of Design yang memadukan para desainer, insinyur, dan terapis okupasi untuk menciptakan solusi yang fashionable dan dapat dipakai bagi para difabel.

Seperti contoh seseorang yang kehilangan penggunaan angan dan jari-jarinya. Christina Mallon telah berkolaborasi dengan Open Style pada solusi yang membantu kehidupan sehari-harinya seperti kaus kaki dengan benang konduktif yang memungkinkannya mengetik dengan jari-jari kakinya.

Dengan bantuan kalung mesin metro, ia dapat menggunakan otot lehernya untuk menggesek kartunya di kereta bawah tanah New York.

4 dari 4 halaman

Disabilitas Dapat Menciptakan Perekrutan Budaya

Topik diskusi besar lainnya adalah pekerjaan untuk para difabel. Panelis Jim Sinocchi, Kepala Kantor Inklusi Disabilitas di JP Morgan Chase & Co, cara pandang seorang manajer dalam merekrut pekerja juga menjadi hambatan.

"Orang-orang bertanya kepada saya sepanjang waktu, ‘Apa yang saya katakan ketika saya bertemu seseorang dengan disabilitas?," katanya.

Jim menyarankan aksesibilitas dimasukkan ke dalam anggaran perusahaan untuk menghilangkan hambatan mempekerjakan penyandang disabilitas.

"Kami tidak merasa kasihan kepada orang-orang difabel; kami mempekerjakan mereka sebagai orang yang memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan itu," tutur jim.

 

(Desti Gusrina)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.