Sukses

Pria di New York Menipu Berkedok Penambangan Kripto Rp 31,4 Miliar

Chester Chet Stojanovich, ditangkap oleh Biro Investigasi Federal (FBI) pada April 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang pria New York mengaku bersalah pada Selasa, 29 November 2022 karena menipu lebih dari selusin korban dengan total dana USD 2 juta atau sekitar Rp 31,4 miliar sebagai bagian dari penipuan penambangan kripto yang telah berlangsung lama.

Dilansir dari CoinDesk, Rabu (30/11/2022), Chester Chet Stojanovich, ditangkap oleh Biro Investigasi Federal (FBI) pada April 2022 dan didakwa dengan satu tuduhan penipuan kawat. 

Dari Maret 2019 hingga September 2021, Stojanovich berperan sebagai dealer peralatan penambangan kripto, meyakinkan pelanggan untuk membeli mesin penambangan melalui dia dan kemudian menerima pembayaran untuk mengatur layanan hosting di sebuah fasilitas di Goose Bay, Kanada.

Namun, fasilitas tersebut adalah fiksi dan Stojanovich malah menghabiskan uang pelanggan untuk pembelian mewah untuk dirinya sendiri, termasuk penerbangan jet pribadi, mobil limosin, pesta, hadiah untuk istrinya, dan bahkan melunasi USD 80.000 dari hutang kartu kredit pribadinya.

Stojanovich berusaha keras untuk meyakinkan pelanggannya skemanya sah, membeli sekitar 75 penambang dari Amazon dan Ebay dan menggunakan mereka sebagai alat peraga, mengirimkan foto dirinya bersama alat tambang ke pelanggan ketika mereka curiga.

Stojanovich bahkan membawa seorang pelanggan, yang menuntut untuk melihat sendiri fasilitas hosting, dalam perjalanan darat 31 jam dari New York ke Goose Bay, hanya untuk menurunkannya di bandara Buffalo sebelum mereka mencapai perbatasan Kanada dan memberi tahu dia akan dapat melihat fasilitas atau menerima segala jenis pengembalian uang.

Pada September 2019, komunikasi Stojanovich dengan pelanggan menjadi gelap, hanya untuk dia muncul kembali dua bulan kemudian dan memberi tahu pelanggan bahwa pemilik fasilitas fiksi Goose Bay telah bangkrut dan melarikan diri dengan peralatan mereka.

Enam korban Stojanovich mengajukan gugatan terhadapnya pada Juni 2020 dengan tuduhan pelanggaran sipil, pelanggaran kontrak, penipuan, konversi, dan pengayaan yang tidak adil, tetapi ancaman gugatan tidak menghentikan Stojanovich untuk mencoba skema penipuan kedua.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penipuan Kedua Kalinya

Antara Agustus dan September 2021, Stojanovich membujuk tiga pialang pertambangan untuk membeli peralatan senilai USD 200.000 melalui dia. Meskipun mereka membayar gabungan 127 mesin penambangan, broker hanya menerima tiga alat penambang.

Ketika mereka menuntut pengembalian uang, Stojanovich menulis serangkaian cek kosong sebelum akhirnya mengembalikan hanya USD 61.000, menyimpan sisanya untuk dirinya sendiri. 

Menurut pengaduan dalam kasus tersebut, dia membelanjakan uangnya untuk produk Apple, hotel dan restoran, pembayaran kepada istrinya dan lebih dari USD 33.000 ke kasino online.

Akibat perbuatannya ini, Stojanovich akan menghadapi hukuman 20 tahun penjara. 

3 dari 4 halaman

Nilai Mata Uang Venezuela Anjlok, Kripto Jadi Biang Kerok

Sebelumnya, mata uang Venezuela, bolivar, telah kehilangan nilainya pada tingkat yang mengkhawatirkan setelah menikmati periode yang relatif stabil baru-baru ini.  Mata uang telah kehilangan hampir 40 persen terhadap dolar AS. Saat ini warga yang khawatir dengan percepatan devaluasi. 

Menurut indeks harga populer Monitordolar, setiap dolar memiliki harga 9,05 bolivar pada 25 Oktober. Nilai tukar meningkat menjadi 12,63 bolivar per dolar pada 26 November. 

Menurut analis, penurunan ini diperkirakan karena peningkatan pengeluaran yang biasa terjadi pada musim Natal, akibat dari peningkatan likuiditas yang dimasukkan ke pasar karena bonus dan pembayaran yang diberikan pemerintah dan perusahaan lain kepada pekerja.

Ini adalah bagian dari teori yang dirumuskan oleh ekonom Venezuela Jose Guerra tentang masalah ini. Guerra mengatakan permintaan bolivar turun karena inflasi yang tinggi sehingga ketika bolivar beredar.

“Masyarakat beralih membeli barang dan dolar untuk melakukan lindung nilai terhadap inflasi dan devaluasi,” ujar Guerra dikutip dari Bitcoin.com, Selasa (29/11/2022). 

4 dari 4 halaman

Kripto Jadi Penyebab

Namun, selain penyebab biasa yang terjadi, kepala Ecoanallitica, sebuah firma riset ekonomi, Asdrubal Oliveros juga percaya ada elemen kripto yang membuat situasi ini semakin parah. 

Oliveros menyatakan sebagian besar pasar mata uang paralel, yang tidak bergantung pada intervensi pemerintah, saat ini sedang diberi makan oleh pembuat pasar yang menggunakan pertukaran mata uang kripto sebagai cara menyuntikkan dana ini ke negara tersebut.

Namun, karena tren turun yang sedang berlangsung yang dihadapi pasar mata uang kripto, dan kurangnya kepercayaan pada bursa terpusat terkait dengan jatuhnya FTX, pembuat pasar ini telah membatasi eksposur mereka, membuat pasar tidak likuid. dan berkontribusi terhadap kelangkaan dolar.

Ekonom memperkirakan nilai tukar akan terus naik karena masalah ini semakin besar dalam beberapa hari ke depan, menjadikan situasi ini sebagai "badai sempurna" yang membuat devaluasi terus tumbuh.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.