Sukses

Anggota DPR AS Bakal Selidiki Keruntuhan FTX

Anggota DPR bakal mengadakan sidang kongres pada Desember 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Komite Jasa Keuangan DPR AS berencana untuk menyelidiki keruntuhan FTX. Hal itu disampaikan melalui siaran pers bersama yang diterbitkan oleh ketua komite Maxine Waters dan perwakilan Patrick McHenry. Selanjutnya, akan ada sidang kongres yang dijadwalkan berlangsung pada Desember 2022.

Komite Jasa Keuangan DPR AS berharap mendengar dari perusahaan dan individu yang terlibat, termasuk Sam Bankman-Fried, Alameda Research, Binance, FTX, dan entitas terkait.

"Jatuhnya FTX telah menimbulkan kerugian yang luar biasa bagi lebih dari satu juta pengguna, banyak di antaranya adalah orang biasa yang menginvestasikan tabungan mereka yang diperoleh dengan susah payah ke dalam pertukaran cryptocurrency FTX,” isi siaran pers, dikutip dari Bitcoin.com, Jumat (18/11/2022).

Siaran pers menambahkan, insiden ini hanyalah salah satu dari banyak contoh platform kripto yang telah runtuh tahun lalu. 

"Itulah mengapa dengan sangat mendesak saya, bersama dengan rekan saya Anggota Peringkat McHenry, mengumumkan niat Komite untuk mengadakan sidang untuk menyelidiki runtuhnya FTX," jelas siaran pers.

Waters juga memimpin penyelidikan dan pelaporan saham meme dan pasar Gamestop tahun lalu. Sehubungan dengan keruntuhan FTX, perwakilan partai Republik McHenry menekankan Komite Jasa Keuangan DPR berencana untuk menyelesaikan kegagalan FTX.

"Pengawasan adalah salah satu fungsi Kongres yang paling penting dan kita harus menyelesaikannya untuk pelanggan FTX dan rakyat Amerika,” kata McHenry. 

McHenry menambahkan, penting untuk meminta pertanggungjawaban pelaku kejahatan agar pelaku yang bertanggung jawab dapat memanfaatkan teknologi untuk membangun sistem keuangan yang lebih inklusif.

FTX mengajukan perlindungan kebangkrutan pada 11 November 2022, setelah pernah menjadi perusahaan yang memiliki valuasi USD 32 miliar. Selanjutnya, setelah pengajuan didaftarkan, pada hari yang sama hampir USD 500 juta token kripto diduga dicuri dari dompet FTX.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Regulator AS Selidiki FTX Terkait Dugaan Salah Menangani Dana Pelanggan

Sebelumnya, di tengah krisis likuiditas yang dialami pertukaran kripto FTX dan gagalnya akuisisi dari Binance untuk membantu. Sekarang, FTX menghadapi regulator AS yang sedang mencari tahu apakah FTX berpotensi salah menangani dana pelanggan di platformnya.

Dilansir dari Yahoo Finance, Jumat (11/11/2022), Komisi Sekuritas AS (SEC) dan Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas (CFTC) sedang menyelidiki hubungan FTX dengan entitas saudaranya Alameda Research serta dengan FTX AS. 

Investigasi ini belum diungkapkan kepada publik, tetapi telah dimulai berbulan-bulan yang lalu sebagai penyelidikan terhadap FTX AS dan aktivitas pinjaman kripto-nya, menurut laporan bloomberg. Namun penyelidikan ini diperluas terkait kasus baru yang menimpa FTX. 

Alameda Research, sebuah perusahaan perdagangan kripto yang dijalankan oleh kepala FTX Sam Bankman-Fried, tertangkap di mata badai minggu ini ketika keuangan neraca yang bocor mengungkapkan hubungan dekat yang tidak biasa dengan FTX melalui token FTT asli bursa. 

Changpeng Zhao, kepala eksekutif Binance, mengirimkan gelombang kejutan di Twitter ketika dia menulis perusahaannya, sebagai investor awal di FTX dan pemegang besar tokennya, akan melikuidasi posisinya di FTT.

Sejak serangkaian Tweet itu, pemegang FTT Coin telah berbondong-bondong menjual token mereka. Zhao mengklaim Bankman-Fried kemudian memanggilnya, meminta Binance untuk menyelamatkan perusahaannya yang bermasalah.

3 dari 4 halaman

Binance Mundur dari Akuisisi FTX

Binance dan FTX pada Selasa, 8 November 2022 keduanya mengungkapkan telah menandatangani letter of intent yang tidak mengikat yang memberikan opsi untuk membeli FTX sambil menunggu uji tuntas. 

Namun pada Rabu, Binance mengumumkan telah mundur dari kesepakatan akuisisi itu karena adanya beberapa faktor. 

“Setelah melakukan uji tuntas perusahaan serta adanya laporan berita terbaru mengenai dana pelanggan yang salah penanganan dan dugaan investigasi agensi AS,” tulis Binance di Twitter.

Binance kemudian mencatat mereka ingin membantu pelanggan FTX tetapi masalahnya berada di luar kendali atau kemampuan Binance membantu. Pertukaran kripto terbesar itu lebih lanjut mengatakan setiap kali bisnis kripto besar gagal, investor ritel yang menderita.

 

4 dari 4 halaman

CEO Binance Changpeng Zhao: Perlindungan Konsumen Kripto Tanggung Jawab Semua Pihak

Sebelumnya, terkait banyaknya kasus kejahatan dan runtuhnya para pemain besar di Industri kripto membuat keamanan investor kripto sebagai konsumen terancam. Menanggapi hal ini, CEO Binance, Changpeng Zhao menyebut perlindungan konsumen kripto jadi tanggung jawab semua pihak.

"Industri kripto punya peran untuk melindungi konsumen tak hanya regulator, bukan tugas regulator 100 persen untuk melindungi konsumen. Jadi perlindungan konsumen adalah tanggung jawab semuanya, kata Zhao dalam acara B20 Summit Indonesia, di Bali, Senin (14/11/2022). 

Tak hanya itu, Zhao menambahkan konsumen juga bertanggung jawab atas perlindungan dirinya sendiri dengan mengedukasi diri terkait kripto. 

"Kami dari Binance tak hanya sebagai exchanger, tetapi kami juga memberikan fasilitas untuk orang mengakses kripto. Kami mempunyai Coinmarketcap sebagai tempat informasi kripto,” kata Zhao. 

Adapun terkait regulasi soal kripto, Zhao menyebut industri saat ini membutuhkan regulasi untuk mengurangi berbagai kejahatan.

“Semuanya memiliki tanggung jawab untuk memberikan perlindungan pada konsumen. Kita juga membutuhkan banyak regulasi dari regulator,” lanjut Zhao. 

Bos binance menuturkan saat ini banyak regulator yang menyamakan pertukaran kripto seperti bank, padahal menurut Zhao keduanya sangat berbeda. 

“Saat in banyak regulasi yang menekankan pada KYC (Know Your Customer) dan AML (Anti Money Laundering), banyak regulator yang menganggap exchange beroperasi seperti bank, padahal sistemnya sangat berbeda,” tutur Zhao.

Zhao turut menyarankan agar pelaku industri dapat lebih transparan dan terus bekerja sama dengan regulator di seluruh dunia agar ekosistem di industri kripto semakin baik ke depannya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.