Sukses

Pasar Kripto Loyo Awal Oktober 2022, Ini Penyebabnya

Sebelum akhir pekan lalu, pasar kripto sempat reli akibat pelemahan Dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Awal Oktober, market kripto terlihat masih belum kuat untuk melaju ke zona hijau pada Senin (3/10/2022) pagi. Padahal bulan ini digadang-gadang menjadi periode terbaik untuk market bullish, sehingga ada istilah "Uptober."

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono menjelaskan, secara teknikal, penyebab market kripto turun berguguran disebabkan oleh Bitcoin yang gagal menembus level psikologis USD 20.000 atau setara Rp 305,5 juta di akhir pekan. 

"Hal tersebut mengindikasikan bahwa ada sebagian investor yang siap untuk melakukan aksi jual di kisaran level tersebut,” ujar Afid dalam analisis pasar harian yang diterima Liputan6.com, Selasa (4/10/2022)

Sebelum akhir pekan lalu, pasar kripto sempat reli akibat pelemahan Dolar AS. Kemudian, investor juga mulai melakukan aksi borong di akhir September, demi mengoleksi portofolio mereka di akhir kuartal III tahun ini.

Mereka sengaja melancarkan aksi akumulasi karena yakin bulan ini akan kembali mengulangi fenomena tahunan yang disebut "uptober," yakni kondisi ketika harga aset kripto kompak reli kencang di Oktober setelah terpukul di September. 

“Menurut Bitcoin Monthly Returns, harga BTC selalu naik di bulan Oktober dalam kurung waktu tiga tahun terakhir (2019-2021)," ujar Afid.

Namun baru memasuki Oktober, market kripto belum langsung panas, investor masih wait and see untuk terus melakukan akumulasi. Kuat dugaan, tingginya investor melakukan aksi jual di akhir pekan, disebabkan oleh pergerakan pasar saham AS yang juga berkinerja buruk. Alhasil investor kurang bergairah dan meninggalkan aset berisiko.

Di samping itu, investor juga mempertimbangkan prospek makroekonomi yang kelabu, sebelum menentukan sikap di pasar kripto. Perlu diketahui Biro Analisis Ekonomi AS pada Kamis, 30 September 2022 melaporkan pertumbuhan ekonomi AS kuartal II 2022 sebesar -0,6 persen secara tahunan. 

“Artinya, ekonomi AS resmi melanjutkan kontraksi setelah sebelumnya mencatat pertumbuhan ekonomi -1,6 persen di kuartal I. Secara teori, AS sejatinya sudah masuk ke fase resesi ekonomi, karena pertumbuhan minus dalam dua kuartal berturut-turut,” kata Afid.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sentimen Negatif Industri Kripto

Sentimen Negatif Industri Kripto

Sentimen negatif dari ekosistem kripto juga mendorong investor kurang semangat seperti, Coinbase dan Solana yang mengalami gangguan sistem pada akhir pekan lalu. Serta kabar exchange, WazirX memberhentikan 40 persen karyawannya sebagai langkah efisiensi.

Analisis Teknikal Bitcoin dan Ethereum

Pergerakan Bitcoin dari sisi teknikal, terlihat masih belum berhasil menembus downtrend line-nya di rentang waktu hariannya (daily time frame). 

“Kondisi ini tercermin dari harga BTC yang kembali terpental kembali setelah memasuki level USD 20.000. Melihat hal tersebut, BTC bisa melakukan retest kembali ke level USD 20.000 dengan support terkuat di USD 18.825,” kata Afid.

Sementara, Ethereum terlihat sideways dan bergerak di bawah 20-day EMA setelah menemukan lantai penurunannya di level USD 1.220. ETH bisa melakukan retest kembali ke level USD 1.356 dengan support terkuat di USD 1.180.

3 dari 4 halaman

Pembeli Kripto Kini Angkat Tangan Usai Rugi 50 Persen

Sebelumnya, pembeli bitcoin (BCT) saat bull market atau menguat 2021, mengaku angkat tangan lantaran merugi hingga 50 persen.

Dalam salah satu pembaruan pasar Quicktake per 29 September, platform analitik on-chain CryptoQuant mengungkapkan penjualan yang intens oleh sejumlah besar pemilik bitcoin baru-baru ini. Kontributor CryptoQuant, Edris menunjukkan mereka yang membeli antara April 2021 dan April 2022 telah menjual koin secara massal dengan harga lebih murah daripada yang mereka beli.

"Koin ini telah dibeli antara April 2021 dan April 2022 dengan harga di atas USD 30.000. Sinyal ini berarti bahwa banyak pemegang yang telah memasuki pasar selama bull market 2021, baru-baru ini menyerah dan keluar dari pasar dengan perkiraan kerugian 50 persen,” kata Edris, dikutip dari laman Cointelegraph, Sabtu (1/10/2022).

Mengikuti tren enam bulan terakhir atau lebih, faktor-faktor saat ini terus memberikan tekanan pada harga BTC, di antaranya kekhawatiran terus-menerus tentang potensi regulasi kripto yang ketat. Kemudian kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) mengenai kenaikan suku bunga dan pengetatan kuantitatif. Disusul kekhawatiran geopolitik Rusia—Ukraina dan persenjataan sumber daya alam permintaan tinggi yang diimpor oleh Uni Eropa.

Tak kalah mencekam, pasar mencermati sentimen risk-off yang kuat karena kemungkinan AS dan resesi global. Tantangan bertubi-tubi itu telah membuat aset dengan volatilitas tinggi kurang menarik bagi investor institusi, dan euforia yang terlihat selama bull market 2021 sebagian besar telah hilang.

4 dari 4 halaman

Popularitas Kripto di Amerika Serikat Menurun Akibat Crypto Winter

Sebelumnya, popularitas cryptocurrency dengan investor Amerika sedang menurun. Menurut survei Bankrate September, pada 2022, hanya sekitar 21 persen orang Amerika yang merasa nyaman berinvestasi dalam cryptocurrency. Itu turun dari 35 persen pada 2021. Penurunan ini terjadi di tengah kondisi yang disebut crypto winter.

Meskipun tingkat kenyamanan turun dengan investor lintas generasi, penurunan itu paling tajam di kalangan milenial. Hampir 30 persen investor Amerika Serikat berusia antara 26 dan 41 tahun merasa nyaman pada 2022, dibandingkan dengan hampir 50 persen pada 2021.

Penurunan ini tidak mengejutkan, mengingat hampir USD 2 triliun atau sekitar Rp 30.395 triliun telah hilang dari seluruh pasar kripto sejak November 2021. Harga mata uang digital populer seperti bitcoin telah berjuang untuk mencapai level tertinggi 2021. 

Salah satu perwakilan Bankrate, James Royal mengatakan trader aset apa pun adalah penggemar keuntungan. Dengan cryptocurrency utama seperti Bitcoin dan Ethereum turun lebih dari 70 persen dari tertinggi sepanjang masa, tidak mengherankan jika peminatnya menurun. 

"Penurunan harga kripto tidak membantu penyebab menarik lebih banyak orang ke kripto,” ujar Royal, dikutip dari CNBC, Jumat, 30 September 2022.

Bitcoin telah diperdagangkan antara USD 18.000 dan USD 25.000 sejak Juni turun dari rekor tertinggi lebih dari USD 65.000 pada November 2021. Cryptocurrency dianggap sebagai aset yang sangat fluktuatif yang tunduk pada fluktuasi harga yang tidak dapat diprediksi. 

Pakar keuangan biasanya menyarankan untuk tidak menginvestasikan lebih banyak uang ke dalam cryptocurrency karena tidak ada jaminan untuk mendapatkan keuntungan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.